Download App
51.85% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 14: - 13 -

Chapter 14: - 13 -

CEKREK

KRETEK

Nero, Vicente, dan Xavier terlihat tengah merakit senjata mereka, sebuah McMillan TAC 50 yang yang merupakan senjata sniper, dipasangi sebuah peredam suara oleh Vicente. Sementara Nero tengah memutar-mutar sepasang karambit di ujung jari telunjuknya yang dimasukan pada fingerhole senjata itu.

"Sepertinya cukup kalian saja yang beraksi," ucap Xavier yang tengah membakar sebatang rokok di bibirnya sembari bersandar pada dinding.

"Terserahlah, aku hanya ingin meregangkan otot-ototku saja," sahut Nero.

Mereka bertiga berada di sebuah rooftop bangunan sekolah itu. Nero berdiri di atas ujung tembok pembatas sembari menatap tajam pada sekelompok musuh yang sudah berdatangan.

"Benar kau hanya ingin diam saja?" tanya Vicente pada Xavier sembari membidik seorang musuh melalui Scope senjatanya.

"Sudahlah biarkan dia!" desis Nero, ia langsung menjatuhkan tubuhnya dengan posisi kepala di bawah dan tangan yang meregang bak sayap burung.

Gedung itu memanglah tidak terlalu tinggi, tapi jika dia jatuh dari ketinggian gedung 5 lantai itu, sudah pasti salah satu tulangnya akan remuk.

CLAPP

SREETT

Nero dengan cekatan menusukan kedua pisaunya pada sebuah batang pohon sesaat sebelum dia menghantam tanah, pisau itu membantunya mendarat dari terjun bebas. Saat kaki Nero berhasil memijak tanah, pria itu langsung bersandar pada pohon untuk menyembunyikan tubuhnya sembari menelisik beberapa musuh di sekitarnya.

CLAPP

Sebuah belati dilemparkan oleh Nero pada seorang musuh yang langsung terjatuh begitu mendapati pisau itu tertancap di keningnya.

"Mage, apa kau mendengarku?" tanya Vicente yang terdengar dari earpiece yang digunakan oleh Nero.

"Aye aye!" jawab Nero singkat.

"Mereka semua tidak menggunakan peredam suara! Usahakan agar semua musuh mati tanpa menembakan senjatanya, habisi mereka sebelum timbul kekacauan di sekolah ini!" Apa yang diucapkan oleh Vicente memang benar, Nero pun langung menelisik ke sekitarnya memastikan ucapan Vicente.

"Roger that!" sahut Nero di ujung kalimatnya.

Nero langsung menyelinap ke berbagai tempat yang memang memungkinkan untuk bersembunyi, mengingat gedung ini memiliki banyak semak dan patung-patung yang cukup besar di bagian halaman luar. Saat ini Vicente hanya mengawasi gerak gerik Nero seraya mengarahkannya pada musuh yang berdatangan.

"Arah jam 2!" ujar Vicente, "arah jam 8, riotgun!" ucap pria dengan sniper itu lagi.

Di tiap ucapan yang dikatakan Vicente langsung saja dituruti oleh Nero dan dengan cepat membunuh musuh-musuhnya. Satu per satu musuh dibunuh dengan cepat dan menggunakan perhitungan yang matang.

Nero yang diarahkan oleh Vicente membunuh musuh dari posisi yang berada di paling belakang, agar saat salah satu musuhnya mati anggota lain tidak akan menyadarinya dengan cepat lalu menembakkan senjatanya hingga timbul kegaduhan.

Itulah penyebab Vicente hanya menggunakan sniper miliknya untuk mengarahkan pergerakan Nero saja, mungkin dia akan menembakan senjata itu hanya disaat genting saja.

"Gluppy ...," desis Nero singkat sembari menarik tubuh musuhnya ke arah semak agar tidak dilihat oleh musuh yang lain.

"Diamlah! Seseorang sudah menyadari jika anggota mereka terbunuh, dia berjalan ke arahmu," ucap Vicente.

"Sial! Berapa tikus yang tersisa?" Nero menyandarkan punggungnya pada sebuah patung dengan tumpuan beton berbentuk kubus tempat berdirinya patung cupid itu.

Xavier tiba-tiba menjatuhkan puntung rokok yang tengah ia hisap lalu menginjaknya.

"Lama sekali!" gerutu Xavier sembari mengernyitkan dahi.

"Gluppy, apa kau dengar?" sekali lagi Nero bertanya pada Vicente yang kali ini mendapat respon dari saudaranya itu.

"7 orang, satu berada di belakangmu, dua orang berada di sayap kiri memeriksa mayat anggotanya begitupun dua orang di sayap kanan, lalu dua orang lagi ...," Vicente berdiam diri saat berbicara dengan Nero.

"Hei Gluppy, kenapa kau diam?" tanya Nero sembari mengeluarkan sepasang pisau saat melihat bayangan seseorang terus melewati tempatnya bersembunyi.

"Wild! Wild, membunuh mereka tanpa sembunyi!" jawab Vicente sembari terkejut. "Sekarang dia berlari menyerang dua orang di sayap kanan."

"Aaargghh, sudahi saja permainan ini!" Nero menyeringai kasar lalu tiba-tiba melompat dan menyerang pria yang sedari tadi mendekatinya.

Sebuah sayatan dilakukan Nero pada pergelangan tangan pria itu hingga membuatnya menjatuhkan senjata, saat musuhnya sudah lagi tidak menggenggam senjata, Nero menyiksa pria itu dengan mudah hanya mengandalkan pisau kecil miliknya dan beberapa gerakan akrobatik untuk menghindar, pria itu kini sudah tewas.

SPLASH

SPLASH

Dua buah peluru melesat sempurna menembus kepala musuh yang berada di sisi kiri yang berasal dari dalam moncong sniper milik Vicente.

Xavier yang kini terlihat melawan dua orang musuh sekaligus itu terlihat sangat tenang, dia bahkan tidak sedikit pun terlihat gentar saat musuhnya mengarahkan senjata laras panjang padanya. Beberapa pukulan berhasil dilayangkan oleh Xavier hingga musuhnya tersungkur beberapa kali.

Tangan kanan Xavier menggenggam erat kepala salah satu musuhnya, lalu tanpa belas kasih, dia membenturkan puluhan kali kepala itu pada sebuah patung hingga hamburan darah dan suara tulang tengkorak kepala yang pecah menjadi melodi indah yang terdengar di kepala Xavier.

Satu orang musuhnya yang menyaksikan adegan gila itu sangatlah terlihat takut saat menatap wajah Xavier, dia berusaha menyeret tubuhnya ke belakang saat Xavier berjalan mendekatinya. Mafioso itu tengah bersiap menarik pelatuk senjatanya yang sudah di arahkan pada Xavier dengan tangan yang gemetar.

DOR

DOR

DOR

"Sudah aku katakan untuk memakai peredam!" rutuk Nero saat melihat Xavier telah mematahkan tangan musuhnya dan moncong senjata mafioso itu ditempelkan pada dadanya sesaat sebelum suara tembakan terdengar.

Xavier mengunakan tubuh Mafioso itu sebagai peredam dari tembakan yang ia berikan untuk membunuh lawannya..

"Aku melupakan itu," jawab Xavier tanpa merasa bersalah.

Nero hanya memutar bola matanya jengkel.

"Ini baru hari pertama, usahakan kau tidak mengganggu Nona Felica di dalam sana," protes Nero sambil memerintahkan mafioso Roulette untuk membersihkan mayat-mayat itu.

"Akan kucoba," sahut Xavier sambil menyeringai.

***

Hari-hari berikutnya semakin banyak mafioso musuh yang menyerang, bahkan Felica sudah hampir beberapa kali tertembak jika saja Xavier, Nero, dan Vicente tidak melindungi Felica dengan baik. Keamanan Felica kini benar-benar diprioritaskan. Ke mana pun Felica pergi, ketiga bodyguardnya itu akan selalu mengikuti.

Bahkan ketiga pria tampan itu bisa membius semua anak perempuan di sekolah itu karena ketampanan mereka. Tidak jarang Nero yang terlihat manis itu selalu dikerubungi oleh para gadis-gadis, hingga membuat Felica kesal karena setiap jam istirahat para gadis itu menemuinya untuk makan bersama.

"Felica," panggil gadis bersurai pirang dengan wajah manisnya yang saat ini tengah di dalam kelas tanpa ada guru.

"Ada apa?" sahut Felica sambil menulis sesuatu di buku miliknya.

"Apa kau punya seorang kekasih?" tanya gadis itu.

"Tidak, aku tidak membutuhkan itu," jawab Felica tanpa menoleh.

"Kau tidak pernah berpacaran?" tanya gadis itu menatap takjub pada gadis bersurai merah di sampingnya.

"Tidak, lagi pula aku tidak mengerti dengan mereka yang memiliki hubungan itu," jawab Felica yang kini terlihat seperti sedang berpikir.

"Astaga, kau tidak mengerti?" tanya gadis itu histeris.

"Memangnya kau mengerti hubungan itu, Alice?" Felica terlihat bingung dengan tingkah temannya itu.

"Sepasang kekasih adalah orang yang saling mencintai, itulah garis besarnya," terang Alice, Felica terlihat mengerutkan keningnya.

"Saling mencintai?"gumam Felica.

"Ya, kau pasti pernah mencintai seseorang, bukan?" tanya Alice.

"Tentu saja, aku mencintai mereka berempat," jawab Felica dengan polosnya.

"Siapa yang kau maksud?" tanya Alice dengan wajah bingungnya.

"Ketiga bodyguardku itu dan Alucard, mereka sering berkata mencintaiku," jawab Felica dan kembali fokus pada tulisannya, sedangkan Alice terdiam mematung mendengar jawaban teman barunya itu.

"Aku bertanya-tanya apa kau sebenarnya mengerti dari kata 'mencintai'?" gumam Alice sambil menggelengkan kepalanya.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C14
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login