"Ada yang mau membunuhmu? Siapa?" tanya Qu Tan'er sambil mengerutkan kening.
"Karena aku sudah menggagalkan seseorang menjadi Putra Mahkota," jawaban Mo Liancheng, dia tidak menyebut langsung siapa yang berniat membunuhnya. Jika ingin menyokong orang lain, dia adalah penyokong yang sangat kuat. Namun, jika dia ingin menggagalkan seseorang, maka dirinya adalah batu rintangan yang sangat besar. Wajar sekali ada yang berniat membunuhnya.
Pandangan mata Qu Tan'er tanpa sadar mengikuti arah tatapan Mo Liancheng. Dia melihat ke arah para pembunuh berwajah dingin yang menyamar menjadi pelayan istana. Tatapan mata mereka membuatnya bergidik. Para pembunuh ini sungguh tidak takut mati.
Qu Tan'er pun kembali teringat dengan kejadian di tepi jurang. Orang yang ingin membunuh Mo Liancheng, kalau bukan Pangeran Pertama, kemungkinan adalah Pangeran Kedua. Istana yang dijaga ketat seperti ini, hanya orang yang berkuasa yang bisa membuat pembunuh bayaran seperti ini menyusup.