Di depan mata mereka kini tampak pegunungan hijau, dengan ditemani sungai kecil yang sangat jernih airnya. Burung-burung berkicauan merdu, rumput-rumput hijau bergoyang karena semilir angin, sangat indah seperti pemandangan padang rumput di luar negeri. Ciptaan Tuhan begitu mempesona dan cuaca juga cerah bukan kepalang. Hanya saja, apa Mo Liancheng benar-benar kurang kerjaan, untuk apa dia mengeluarkan papan lukisan di sini? Batin Qu Tan'er.
Harusnya Qu Tan'er tahu nasibnya akan seperti ini. Tidak lama setelah turun dari kereta, Mo Liancheng sudah memilih lokasi yang bagus, kemudian memasang papan lukisan. Hanya kurang sedikit camilan dan arak, kemudian gadis cantik yang memainkan kecapi untuk menambah inspirasi.
"Pangeran terlihat sangat senang," ujar Qu Tan'er kepada Shixue.
"Pangeran memang begitu. Nanti Nyonya akan terbiasa," jawab Shixue dengan datar. Sepertinya, gadis itu berdarah dingin dan tidak bisa bersikap ramah.