Download App
68.42% MY BITCH! AKU CINTA KAMU / Chapter 13: MENYELAMATKANMU (2)

Chapter 13: MENYELAMATKANMU (2)

"Kenapa Dokter itu memanggil Edgar dengan nama Allan? siapa Allan? dan hubungan apa Dokter itu dengan Allan?" tanya Maya dengan kening berkerut.

Segera Indira memeriksa luka Edgar dengan sangat serius.

"Ayah...kita harus membawanya ke rumah sakit. Peluru itu bersarang terlalu dalam." ucap Indira dengan wajah cemas.

"Baiklah, aku akan mengeluarkan mobil dulu." ucap Rahmat bergegas pergi untuk menyiapkan mobil.

"Nona siapa nama kamu? dan bagaimana ceritanya Allan bisa tertembak?" tanya Indira dengan wajah serius.

"Namaku Maya, dan dia bukan Allan. Dia Syam, temanku. Dia tertembak oleh beberapa orang yang tidak aku kenal." ucap Maya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Indira kalau Edgar telah di tembak beberapa Polisi yang mengejarnya.

Maya berpikir masih belum bisa mempercayai Indira, dan Maya juga tidak ingin Indira mengurungkan niatnya untuk menolong Edgar kalau tahu Edgar bermasalah dengan polisi.

Apalagi Maya sempat melihat foto Rahmat di dinding kamar kalau dia seorang polisi.

"Syam?? dengar Maya, dia bukan Syam tapi Allan. Dia mantan kekasihku, seorang Polisi. Beberapa tahun yang lalu Syam mendapat tugas rahasia dan di tempatkan di luar kota. Setelah kepindahan tugasnya, aku sudah hilang kontak dengannya. Sampai sekarang aku tidak tahu lagi di mana Allan berada." ucap Indira dengan wajah terlihat sedih.

Maya menekan pelipisnya, tiba-tiba badannya merasa gerah.

"Mati aku!! siapa yang aku percaya sekarang? Edgar atau wanita ini? kalau Edgar adalah Allan berarti dia seorang polisi. Tapi, bagaimana bisa Allan menjadi buronan Polisi kalau dia sendiri orang polisi?" tanya Maya dalam hati sambil menatap Indira yang sedang membersikan darah di punggung Edgar.

"Indira! Mobil sudah siap di luar? apa kita membawa Allan sekarang?" tanya Rahmat mendekati Indira.

"Kita berangkat sekarang saja Ayah, untuk sementara aku sudah menghentikan perdarahannya. Tapi aku harus mengeluarkan peluru yang ada di dalam punggung Allan." ucap Indira sambil membantu Rahmat membawa Edgar ke dalam mobil.

"Biar aku yang memangku Syam, Dokter." ucap Maya dengan pikiran tetap waspada.

Indira menatap Maya kemudian menganggukkan kepalanya.

"Cepatlah masuk." ucap Indira dengan tatapan rumit seolah-olah tidak rela Maya begitu dekat dengan Edgar.

Tanpa memperdulikan tatapan Indira yang menatapnya tidak senang, Maya masuk lebih dulu ke dalam mobil dan duduk menunggu Edgar masuk dengan bantuan Rahmat.

Setelah Edgar berbaring dalam pangkuannya, Maya melihat ke arah Rahmat dan Indira yang duduk di depan.

Tanpa sepengetahuan Rahmat dan Indira, Maya segera merogoh saku celana belakang Edgar dan mengambil dompet Edgar agar Indira tidak mengetahui indentitas Edgar.

Dengan tenang Maya menegakkan punggungnya setelah menyimpan dompet Edgar dalam kantong celananya.

Setelah menyimpan dompet Edgar, Maya kembali duduk tenang sambil melihat ke arah Indira dan Rahmat yang fokus duduk di depan.

Tiba di rumah sakit, Maya melihat Indira dan Rahmat keluar dari mobil dan berjalan cepat ke ruang UGD.

Tidak lama kemudian mereka kembali dengan tiga orang perawat yang membawa brankar.

"Maya, angkat kepala Allan, biar perawat membawanya masuk ke ruang operasi." Ucap Indira dengan wajah serius.

Segera Maya membantu ketiga perawat memindahkan Edgar ke atas brankar. Segera Indira dan ketiga perawat membawa Edgar masuk ke dalam ruang operasi.

"Neng Maya, untuk mengisi data riwayat Allan. Apa Neng Maya menyimpan identitas Allan?" tanya Rahmat dengan tatapan penuh.

"Aku tidak tahu Pak Rahmat, mungkin dompet Syam terjatuh atau juga tidak membawanya. Aku kurang tahu tentang hal itu. Aku sendiri tidak membawa dompet." ucap Maya berharap Rahmat tidak mengetahui dompet Edgar ada di kantong samping celana belelnya yang di pinjami Edgar.

Untuk sesaat Rahmat terdiam, kemudian kembali ke bagian Administrasi.

Maya menghela nafas panjang setelah Rahmat menjauh darinya.

"Lebih baik, aku menunggu Edgar di depan ruang operasi daripada di sini. Pasti Paman itu tidak akan berhenti menanyaiku. Jiwa polisi dalam dirinya pasti ingin tahu lebih dari Indira." ucap Maya bergegas pergi meninggalkan ruangan dan pergi ke ruang operasi di mana Edgar ada di dalamnya.

Di depan ruang operasi, Maya mondar-mandir dengan gelisah. Bukan karena memikirkan tentang keselamatan Edgar tapi memikirkan apa selanjutnya yang akan terjadi.

"Indira begitu sangat yakin, kalau Edgar adalah Allan. Allan seorang polisi rahasia, sedangkan Edgar sendiri seorang buronan polisi. Aku benar-benar bingung. Apa saat ini Allan sedang menyamar sebagai Edgar dan tinggal di daerah para penjahat untuk menyelidiki yang rahasia? Lalu kenapa Edgar di kejar-kejar polisi?" tanya Maya sambil mengusap tengkuk lehernya merasa bingung dengan apa yang akan di lakukannya.

"Bodoh!! kenapa aku harus bingung!! aku bisa memastikan jati Edgar dari kartu identitasnya kan? tapi bagaimana kalau kartu identitas itu palsu?? sama saja bohong! aku tetap tidak akan tahu siapa Edgar sebenarnya." ucap Maya berkali-kali menghela nafas panjang.

Sudah hampir satu jam Maya masih mondar-mandir tidak bisa tenang. Apalagi ruang operasi sama sekali belum terbuka.

"Ccckkk!!! lama sekali mereka kerja di dalam? apa susahnya mengambil satu butir peluru saja! atau mereka sengaja memperlambat operasi Edgar, agar Edgar bisa di tangkap?!! atauuuuu mereka sedang mencuci otak Edgar?!! Oh Nooo! semoga saja apa yang aku pikirkan tidak benar!!" ucap Maya segera mendekati pintu ruang operasi dan melihat bagian dalam ruangan dari kaca kecil yang ada di pintu.

"Ini sangat tidak mungkin!! bagaimana proses operasi bisa selama ini?!! aku harus melihatnya!! apa yang mereka lakukan pada Edgar!" ucap Maya dengan nekat berniat membuka pintu ruang operasi, tapi pintu ruang operasi terbuka lebih dulu.

Maya sangat terkejut, melihat Indira yang membuka pintu operasi tersebut.

"Dokter?? Kenapa sangat lama operasinya Syam? bagaimana keadaannya? dia tidak mati kan?" tanya Maya dengan wajah sangat serius dan cemas.

Indira menatap Maya dengan tatapan tidak senang tapi sebagai seorang Dokter dia harus profesional.

"Allan sudah melewati masa kritisnya. Peluru itu bersarang hampir dekat dengan jantung Allan. Jadi aku harus hati-hati mengambilnya. Sebentar lagi Allan akan di pindahkan ke kamar inap." ucap Indira dengan tatapan tak lepas dari wajah Maya.

"Syukurlah kalau Syam selamat. Semoga saja setelah ini tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya." ucap Maya sambil melihat ke arah dalam ruang operasi.

"Kamu sangat perhatian sekali pada Allan. Apa kamu menyukai Allan?" tanya Indira dengan tatapan cemburu.

"Tentu saja aku tidak menyukai Syam. Tapi Syam yang mencintaiku. Dia berniat mau melamarku tapi aku tidak mau." ucap Maya dengan sengaja menjawab asal bicara. Tapi Maya sangat puas melihat warna merah di wajah Indira.

"Mampus kamu! makan itu cemburu! memang siapa kamu sampai cemburu padaku?!" ucap Maya merasa Indira tidak menyukainya hanya karena dia dekat dengan Edgar.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C13
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login