Bidadari yang terjatuh dari langit itu memejamkan kedua matanya, tertidur dengan damai tanpa sedikitpun rasa peduli pada dunia sekitarnya.
Di setiap hembusan nafas lembutnya, Rei dapat merasakan detak jantungnya yang berdegup makin kencang.
Mungkin disebabkan oleh kejadian novelis, Rei dapat merasa kalau ia semakin tertarik kepada gadis yang dengan polosnya tertidur di pelukannya.
Dengan raut wajah yang terlihat seperti bidadari, gadis itu bukan hanya menarik perhatian Rei, bahkan kedua teman terdekatnya pun tercengang dengan mulutnya yang terbuka.
"Sa―Sakatsuki-san..?"
Yang pertama kembali ke kenyataan dan menyadari situasi yang tidak normal adalah Shizuku yang segera menyebut nama dari gadis yang berada di pelukan Rei.
Shock, dan kekhawatiran dapat terdengar dari suara Shizuku.
Dengan suara Shizuku sebagai pemicu, Rei dan Fujisa pun kembali ke kenyataan dan merasakan situasi krisis yang berada dihadapan mereka.
Dengan cepat, Rei mendekatkan telinganya ke dada gadis itu untuk memastikan keadaannya tanpa mengubah posisi gadis itu yang masih ia pegang dengan erat di kedua tangannya.
Thump! Thump!
Detak jantung yang stabil dapat terdengar hingga menyebabkan Rei menghela nafas lega.
Tidak, hingga wangi yang menenangkan menusuk indra penciuman miliknya yang menyebabkannya kembali berdiri tegak secara refleks dengan wajahnya yang memerah.
Shizuku yang berada di sisi Rei terdiam, dan melihat kearah Rei dengan tatapan terkejut. Rei yang selalu berada di sisinya menunjukan ekpresi yang jarang Shizuku lihat. Sementara Fujisa yang belum selesai mencerna situasi hanya terdiam dan memperhatikan kedua temannya.
"Mmmh?"
Menggumam, gadis yang tertidur dengan pulas itu dengan perlahan membuka kelopak matanya.
Dan kata-kata yang pertama kali keluar dari mulutnya yang mungil adalah,
"Aku... Selamat?"
Dengan wajah yang terlukisi sedikit kebingungan, gadis yang disebut Sakatsuki melihat orang di sekitarnya dengan wajah yang diwarnai kekhawatiran.
"Cih."
"Cih?"3x
Trio itu... ikut mendecakkan lidahnya, terkejut oleh reaksi gadis yang baru saja tertidur dengan raut wajah yang mirip dengan bidadari itu mengubah ekspresi lembutnya menjadi ekspresi masam, wajah yang tidak puas dengan hasil yang ia dapat.
Tanpa mengeluarkan kata-kata, gadis itu sekali lagi menganalisa situasi sekitarnya, dan menyadari posisi tubuhnya yang berada di pelukan laki-laki dengan wajah tampan yang membuatnya ingin segera menjauh.
Seakan mengatakan 'turunkan aku', gadis itu menatap Rei dan menggoyangkan sedikit tubuhnya. Tapi, Rei yang protagonist-like..., tentu saja tidak menyadari apa yang gadis itu maksud.
"..."
"A-Ada apa Sakatsuki-san? Kenapa tatapanmu terasa begitu masam?"
"..."
Dengan raut wajah yang semakin masam, gadis itu sangat menatap Rei. Kebingungan, keringat dapat ia rasakan mengalir di dahinya.
Rei dan Gadis itu saling menatap satu sama lain, sementara sang gadis mencoba menyampaikan sesuatu, Rei mencoba mencerna apa yang gadis itu maksud. Mereka berdua saling melakukan eye contact untuk sementara waktu hingga Rei terlihat seperti ia mencapai batasnya.
Dan tepat sebelum Rei menyerah, ia merasakan sesuatu menepuk pundaknya dan berbicara tepat disebelah telinganya.
"Turun... Turunkan dia."
Ah.. Rei akhirnya sadar mengapa gadis yang berada di kedua tangannya barusan menunjukan wajah masam. Gadis itu terlalu ringan hingga Rei melupakan fakta bahwa ia menopang seluruh berat gadis itu.
Ngomong-ngomong, gadis yang terjatuh dari langit dan jatuh di pelukan Rei itu bernama Sakatsuki Haruna, sama seperti trio itu, Haruna juga merupakan mantan murid yang terpanggil dari Bumi. Tetapi Haruna bukanlah teman masa kecil dari trio tersebut, Haruna adalah orang baru di lingkungan sang trio.
Di mata sang trio, Haruna adalah gadis cantik yang sedikit berbeda dari yang lainnya. Meskipun ia memiliki ciri-ciri orang asia sama seperti mereka bertiga, sesuatu tentang Haruna tetap membuat trio itu meninggalkan kesan 'misterius' disaat mereka pertama kali melihat Haruna.
Haruna memiliki warna rambut dan bola mata coklat yang serasi, dengan wajah yang terlihat mungil dan mata besarnya ia terlihat lebih imut dibandingkan gadis lainnya. Ditambah dengan bibir yang memiliki warna identical dengan dedaunan sakura itu membuatnya terlihat semakin mempesona.
Dia adalah contoh gadis cantik setingkat idol yang tidak mudah ditemui.
Gadis cantik.... jika ia tetap menutup mulutnya rapat,
"Apakah kamu yang mengganggu waktu terjun bebasku?"
"Tidak, tadi itu hanya kebetulan.... TERJUN BEBAS!?"
Menerima respon dari Rei, Haruna mendesah karena percobaan bunuh dirinya sekali lagi gagal dan kembali melanjutkan percakapan.
"Terjun bebas.. kamu tidak mengerti? Maksudku bunuh diri."
"BUNUH DIRI!?"
Saat ini, Rei yang berkarisma hero-like dengan wajah tampan memiliki ekspresi konyol dengan mulut yang terbuka lebar.
Di titik ini, trio itu sudah mengerti kenapa mereka merasakan kesan 'misterius' dari gadis yang bernama Sakatsuki Haruna.
Kesampingkan Fujisa yang tidak bisa mengikuti percakapan sedikitpun, Shizuku hanya tersenyum memperhatikan teman masa kecilnya yang menunjukan sesuatu yang tidak biasa kepada orang yang pertama kali ia temui.
"Yup~ aku sedang mencoba bunuh diriku... dan kamu malah melakukan sesuatu yang menganggu."
"E-entah kenapa aku dimarahi oleh orang yang aku selamatkan."
"Meski begitu, bunuh diri bersih tanpa merepotkan orang lain adalah keinginanku..." Haruna berhenti untuk sesaat dan sekali lagi menghela nafasnya, "Namun faktanya aku malah merepotkanmu jadi secara teknis semua hal yang terjadi saat ini adalah salahku..."
Haruna sedikit membungkukan badannya dan berkata, "maaf." dengan tulus.
Shizuku yang memilih untuk diam dan memperhatikan Rei dari kejauhan dengan tatapan keibuan, akhirnya masuk kedalam percakapan selagi melihat keatas.
"Sakatsuki-san? kenapa kamu bisa terjatuh dari langit?"
"Hm? Tidak, hanya saja aku bangun terlalu pagi dan berpikir untuk berjalan-jalan disekitar kastil hingga akhirnya aku berakhir diatas sana."
Ucap Haruna selagi ia menunjuk keatas kastil. Trio itu mengangguk.
"Tempat itu terlihat seperti tempat dimana para royalti mengadakan tea party... dan kebetulan matahari terbit jadi aku memutuskan untuk memanjakan mataku dengan melihat matahari terbit."
Trio itu mengangguk, dan Haruna melanjutkan penjelasannya.
"Pada saat itu ide cemerlang menghampiri ku, 'Sungguh situasi ideal untuk bunuh diri' pikir ku selagi melihat kebawah kastil yang ternyata lebih tinggi dari yang ku kira."
Trio itu menatap Haruna dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
"Aku pikir loncat begitu saja terlihat mengerikan, dan aku mendapatkan fitrah, sebuah cara bunuh diri baru yang aku sebut 'Accidental Suicide'."
Tatapan sang trio terhadap Haruna semakin mengganggu dan sulit dijelaskan.
"Jadi aku duduk di pagar pembatas sambil bersender, hingga aku tertidur, dan begitulah caraku terjun bebas."
Tepat setelah penjelasan selesaia, sesuatu berdering dari kantung seragam sekolah yang Haruna kenakan. Ia meraba sakunya dan mengeluarkan asal getaran itu yang berasal dari Smartphonenya.
Dengan Tap! getaran itu terhenti dan Haruna membalik badannya dan mulai berjalan.
"Sudah waktunya untuk bertemu dengan orang-orang dari divisi kesatria'an itu, kalian tidak mau ikut?"
Tanpa sempat mengucapkan complain sedikitpun, mereka bergegas mengikuti langkah Haruna menuju jadwal yang harus mereka penuhi.