Arka membimbing Arsha untuk turun dari pesawat yang baru saja mendarat. Kini mereka berada sudah berada di kota Padang, kota kelahiran Arsha kota dimana ia merasakan arti hidup yang sesungguhnya. Kota penuh makna serta arti yang mendalam untuk tumbuhnya ia menjadi sosok yang sekarang.
"Kita makan dulu ya," ujar Arka saat mereka keluar dari bandara.
"Kenapa nggak langsung aja, semalam aku udah nelpon Sika buat ngasih tau kalau kita bakal pulang hari ini."
Arka menatap Arsha sebentar lalu mengangguk. Ia meraih tangan Arsha untuk kembali di genggaman.
Mobil yang akan digunakan oleh mereka selama mereka berada di Padang berhenti tepat didepan mereka.
Arka masukkan koper milik Arsha dan ransel yang ia bawa kedalam bagasi, sedangkan Arsha langsung masuk kekursi belakang menunggu Arka menyelesaikan pekerjaannya.
Arka menutup bagasi lalu masuk kedalam mobil, ia duduk dikursi belakang bersama Arsha, tak lama mobil yang mereka tumpangi jalan bergabung dengan mobil lain.
"Kalau kamu ngantuk, tidur aja nanti aku bangunin kalau udah sampe," ucap Arka saat matanya melihat Arsha menguap menahan kantuk.
Arsha mengangguk, lalu ia memejamkan matanya. Ia baru tertidur pukul 3 dini hari tadi. Karna mereka berangkat ke Padang pukul 1 tengah malam tadi membuat matanya tak dapat terpenjam hingga pukul 3.
Dengkuran halus milik Arsha menandakan bahwa gadis itu sudah jatuh kealam mimpi. Arka yang memperbaiki cara tidur gadis disebelahnya, karna ia yakin kalau leher Arsha akan sakit saat ia bangun jika posisi tidurnya masih dalam posisi yang sama.
Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai ke Kampung Mendang, yang terletak di Pariaman. Arka membangunkan Arsha, ia menepuk pelan pipi lembut gadis itu.
"Sha bangun, kita udah sampai." Ujarnya masih dengan menepuk pelan pipi Arsha.
Arsha yang merasa tidurnya terganggu, mulai membuka matanya. Ia mengerjabkan matanya, menyesuaikan cahaya yang ada.
Arka yang melihat tingkah Arsha, menarik sudut bibirnya. Sungguh ia tak akan menyesal untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan gadis polos yang berada disampingnya ini.
Arsha yang sudah sadar sepenuhnya, menoleh kearah Arka. Lalu melihat ke sekeliling, memastikan apakah mereka sudah sampai.
"Kita udah sampai. Ayo turun."
Arsha dengan semangat mengangguk lalu membuka pintu mobil itu dengan cepat. Sungguh ia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan adiknya.
Arka langsung menuju bagasi, mengeluarkan koper yang ia bawa dan koper milik Arsha.
"Assalamualaikum," Arsha mengetuk pintu seraya mengucap salam.
Terdengar kunci yang diputar dari dalam, pintu itu terbuka berbarengan dengan kepala Sita yang menyembul dari dalam.
Saat mata Sita menangkap wajah Arsha, ia langsung membuka pintu lebar-lebar dan berhambur kedalam pelukan Arsha.
"Kak, sita kangen," ujarnya dengan nada manja. Memang setelah Arsha pergi merantau tak ada lagi tempat Sita bermanja-manja.
"Um. Adek kakak udah makin tinggi aja, kakak juga kangen sama kamu."
Merasa sudah cukup lama mereka berpelukan, Arsha melepas pelukan mereka. Lalu merangkul pundak Sita.
"Ehm," deheman dari belakang badan mereka, membuat Arsha tersadar bahwa ia tak sendiri saat datang tadi.
"Eh," Arsha seakan tersadar bahwa ia kesini tidak sendiri.
"Sita kamu udah kenal sama pa..mas Arka kan?" Tanya Arsha gugup.
"Udah kak, kemaren kak Arka pernah mampir kesini."
Arsha mengangguk tanda ia paham. "Sita nenek kamu mana?" Tanya Arka membuat Arsha menoleh kedalam mencari keberadaan neneknya.
"Iya, nenek mana Ya?"
"Nenek lagi pergi kerumah tante Putri kak," jawab Sita membuat kedua manusia berbeda jenis kelamin itu mengangguk.
"Ayo kak masuk, masa dari tadi kita ngomong diluar," ajak Sita sambil membantu membawa koper milik Arsha.
"Aku ambil minum dulu ya mas," tak menunggu respon dari Arka, ia langsung pergi ke dapur.
Setelah Arsha pergi, keheningan tercipta antara Arka dan Sita. Arka memang pernah kesana sekali, waktu itu ia berkunjung. Karna ingin bersilaturahmi kepada keluarga Arsha. Namun s karang ia datang lagi, mempunyai niat lain.
"Kak Arka seriuskan mau nikahin kakak aku?" Tanya Sita memastikan.
"Iya, kalau nggak serius nggak mungkin kakak nekat kesini, padahal besok jadwal kakak terbang."
Sita tersenyum mendengar ucapan Arka, ada nada kesungguhan yang ia tangkap saat Arka berbicara tadi.
"Kak, Sita cuma mau ngingetin kakak aja, kalau sebenarnya kak Arsha itu masih terlalu muda buat jadi istri kakak. Jadi Sita minta kakak harus sabar dan terus bimbing kak Arsha supaya dia biasa jadi istri yang baik."
"Pasti, kakak memang nggak bisa janji apa-apa sama kamu, karna kakak takut nanti kakak bakal langgar janji itu. Tapi kakak bakal pastikan kalau kakak kamu akan selalu tersenyum."
Sita mengangguk mendengar ucapan sungguh-sungguh milik Arka. Entah mengapa ia yakin kalau kebahagiaan kalanya memang bersama Arka.
Arsha datang dari dapur membawa tiga gelas diatas nampan. Ia menaruhnya diatas meja lalu duduk disamping Arka.
"Minum mas," tawarnya mengabulkan gelas yang berisi kopi panas.
Arka menerimanya lalu mengucapkan terima kasih yang dibalas senyum oleh Arsha.
"Dek, kamu nanti tidur sama kakak aja ya? Biar mas Arka tidur dikamar kamu."
"Nggak usah Sha, mas tidur di ruang tamu aja nggak papa kok," jawab Arka cepat. Ia tak enak jika harus merepotkan keluarga Arsha.
"Nggak papa kok kak, lagian Sita juga masih rindu sama kak Arsha."
Arka menghela nafas, sungguh ia merasa tak enak jika harus merepotkan seperti ini.
"Nggak papa mas, masa kamu tidur diluar. Biasanya kalau malam disini dingin. Emang sih dirumah kamu, kamu make AC tapikan beda dinginnya."
"Yaudah kalau kamu maksa."
Mereka melanjutkan mengobrol hingga azan berkumandang menandakan waktu sholat telah tiba.
"Aku siap-siap dulu ya, mau langsung ke musholla," ujar Arka yang diangguki oleh Arsha.
"Aku juga mau ambil wudhu didalam."
********
Malam telah menggantikan siang, bulan telah menggantikan tugas matahari untuk memancarkan sinarnya guna menerangi langit dan bumi ditemani oleh para bintang.
Arsha yang tengah masak, dikagetkan dengan kehadiran Arka yang tiba-tiba.
"Astagfirullah mas, aku belum mau mati muda ya," ujar Arsha pelan sambil mengelus dadanya untuk memelankan laju kerja jantungnya.
"Maaf, kirain kamu udah nyadar pas aku masuk tadi. Oh iya, nenek kok belum pulang?"
"Nenek ternyata nginap di rumah uni Putri mas. Besok sore baru pulang katanya."
"Oh, kamu lagi masak apa. Kok wangi banget."
"Ini lagi masak rendang mas."
"Wah, pasti enak ni. Masih lama nggak mas udah lapar soalnya."
"Ini tinggal dituang dalam tempat aja kok."
*****
hai....hai....
hari ini aku lagi seneng banget, makanya updet. aku nggak tau sih, masih ada yg nungguin cerita ini ato nggak. aku mau cerita dikit. kemarin tuh aku ada problem sedikit sama Emil aku. sama hp aku lh gitu. terus aku sedih dong, kan aku nggak terlalu ngerti soalnya. dan barusan aku ngotak Atik hp aku. soalnya aku bingung ini kenapa nggak bisa gitu kan ya. and sekarang. Alhamdulillah aku bersyukur banget hp nya udah nggak papa.
yaudah gitu aja yah.
eh, sama satu lagi dong. jangan lupa yah buat follow ig nya aku.
@hikmah_srg.
Batam, 14 Januari 2020.