Download App

Chapter 29: Bagian 26

Dua sejoli itu melangkah beriringan manapaki loby kantor setelah keluar dari salah satu mobil mewah milik Pandu. Beberapa pasang mata menatap mereka terkejut. Begitu pula gadis yang berjalan disamping Pandu. Gadis yang berada dalam rangkulannya dengan berjalan berdampingan. Ia tidak bisa untuk tidak menunduk saat menyadari pandangan heran para karyawan calon suaminya.

"Perhatikan langkahmu sayang!!" Ujar Pandu tanpa menoleh kearahnya. Ia menyadari jika Pita berjalan dengan menunduk, meski ia yakin wanitanya ini tidak akan mengalami hal yang tidak diinginkan selama Pandu berada didekatnya. Sedangkan Pita hanya menoleh lalu menuruti perintah sang calon suami.

Hingga mereka sampai di lift. Pita hendak menekan tombol lift namun pergerakannya terhenti saat Pandu malah mengeratkan rangkulan dipinggangnya. Dan seseorang yang berada dibelakangnya segera menekan tombol lift itu. Orang itu adalah Tias, sekertaris sang calon suami. Entah sejak kapan ia berjalan dibelakang mereka. Lift terbuka Pandu menggiring Pita masuk dengan masih merangkul pinggangnya posesif. Dan ia menekan tombol lift hingga tertutup. Kesempatan itu tidak ia lewatkan, ia melerai kukuhan lengan Pandu dipinggangnya dengan kasar. Pandu menatap datar dengan rahang mengeras.

"APA?" Teriaknya dengan menaikan dagunya seolah menantang.

"Kamu ini, sudah aku bilang bersikap biasa saja. Kamu tidak lihat pandangan semua orang loby tadi??" Geram Pita saat mengingat Pandangan bertanya, dan tidak suka para karyawan dan karyawati kantor yang Pandu pimpin.

"Aku tidak peduli." Satu kalimat itu membuat Pita menahan perasaan kesal, marah, dan sedih. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

"Apa kamu tetap tidak peduli saat mereka terang-terangan mengatakan jika aku menggoda atasan?? Bahkan, saat ini saja aku tidak mengenakan pakaian kerjaku, harusnya aku tidak perlu mengikuti keinginan konyol kamu!!" Balas Pita memegang gaun indah yang melekat ditubuhnya dengan tangan bergetar.

Pandu menoleh dan menghembuskan napas pelan, saat ini ia harus mengalah. Sudah cukup beradu argumen dengan wanita ini apalagi saat dimansionnya ia sukses membuat Pita marah besar hingga Pandu tidak bisa menghubunginya. Karena Pandu yang memaksa Pita agar tinggal bersebelahan dengan Apartemennya. Ia baru menyadari jika kemarahan sang calon istri sangat menyeramkan hingga ia harus membuka paksa pintu kontrakan Pita, karena Pita tidak kunjung mengangkat berpuluhan, ralat ratusan panggilannya. Dan ia tidak mau kesayangannya ini kembali mengabaikannya.

Pandu mendekat, dan menangkup wajah Pita dengan kedua lengannya. Lalu menghapus airmata dipipi gadisnya.

"Aku tidak akan membiarkan mereka mengatakan hal yang akan menyakiti perasaanmu. Berhentilah berpikir negatif. Kamu yang meminta ingin tetap bekerja kan?" Tanya Pandu yang langsung diangguki pelan oleh Pita. "Jadilah asisten pribadi yang baik. Jadilah obat penenangku" Ucap Pandu lembut kemudian mengecup pipi Pita. Hingga dentingan lift membuat mereka tersadar lalu Pandu menggenggam lengan Pita.

'Asisten Pribadi?? Mungkin yang dimaksud bukan benar-benar seorang asisten. Namun Pandunya hanya ingin tetap bersama dengannya.' batin Pita saat ia melihat tangan mungilnya digenggam oleh lengan kekar Pandu. Pandangannya beralih pada wajah sipemilik lengan kekar. Dan betapa tersipunya ia saat Pandu balas menatapnya dengan semburat senyum manisnya. Senyuman yang mampu meruntuhkan kewarasannya.

***

Ia duduk disofa ruang kerja Pandu. Bosan. Ya, ia sangat bosan hanya duduk dari pagi sampai siang hari jika dihitung sudah sekitar 5jam ia hanya duduk saja. Ingin rasanya ia berkeliling kantor. Atau seperti biasa saat ia menjadi Office Girl, menyediakan segala kebutuhan karyawan disini. Sepertinya menjadi Office Girl lebih menyenangkan.

Pandu meraih ponselnya mengetik pesan dan dikirimkan pada seseorang.

Suara ketukan membuat Pandu menatap pintu, tidak terkecuali Pita.

Tias, sekertaris Pandu masuk membawa beberapa berkas ditangannya.

"Pak, ini data yang anda minta!!" Pandu meraihnya lalu meneliti.

"Semua terus merangkak naik ke pasaran dalam dan luar negri. Beberapa pesanan bahan kain juga textil sudah masuk. Dan ini, laporan keuangannya." Lanjutnya. Pandu meraihnya.

"Buatkan jadwal kunjungan ke lapangan!!" Titah Pandu yang diangguki Tias.

"Bagaimana dengan perusahaan dari Malaysia?" Tanya Pandu.

"Mr. Ammar sedang dalam perjalanan kesini." Jawab Tias, yang kembali diangguki Pandu.

"Saya pamit Pak." Tias menunduk lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Sedangkan Pita tetap dengan posisi ogah-ogahannya. Tanpa ia sadari Pandu menghampirinya menyadandarkan kepalanya dibahunya.

Ia menoleh melihat wajah lelah Pandu yang sedang menutup mata seolah dirinya adalah sumber kekuatan. Seketika perasaan bersalah menjalar pada dirinya. Mungkin inilah alasan kenapa Pandu memintanya menjadi Asisten sementara sebelum pernikahannya tiba. Menjadi penenangnya disaat Pandu lelah dengan semua aktivitas nya!!

'Jadilah asisten pribadi yang baik. Jadilah penenangku' kata itu terputar kembali, ungkapan Pandu saat berada dalam lift tadi pagi. Bodoh, kenapa ia tidak menyadarinya. Ah---mungkin karena ia terlalu terhanyut sehingga tak menyadarinya.

Tangannya terulur mengelus lembut pipi Pandu, bahkan masih terlihat sedikit memar disudut bibirnya akibat perkelahian dengan Virza seminggu yang lalu. Cukup lama pita mentransfer kekuatannya untuk Pandu. Hingga Pandu bangkit dan menatap Pita.

"Bosan??" Tanya nya.

Jika mungkin ia belum menyadari posisinya sebagai sumber kekuatan untuk Pandu ia akan berkata 'Sangat Bosan'. Namun kaliini berbeda dan ia lebih memilih menggeleng diikuti senyumnya.

"Sejak kapan kamu belajar berbohong huh??" Tanya Pandu diikuti tawa kecil seolah mengejeknya.

"Kapan lagi aku bekerja dengan sangat santai, sambil memandangi wajah kekasihku." Tukas Pita tidak kalah mengejek.

"Good, kamu sudah mengerti posisimu dengan cepat." Ucap Pandu mencubit gemas pipi Pita.

Sebuah ketukan pintu terdengar.

"Pak, Mr. Ammar sudah tiba." Terang Tias.

"5 menit lagi aku kesana!!" Jelas Pandu, Tias mengangguk kemudian pergi.

"Kenapa tidak sekarang saja kamu pergi." Tanya Pita

Pandu mengerenyit "kamu mengusirku??"

"Tidak... Hanya saja---" ucapanya terpotong saat dering ponsel Pandu mengintrupsi.

📞"......."

"Jaga dia!! Bawa pada ibuku."

📞"......"

Pandu mematikan panggilannya dan menaruh ponsel itu disaku jasnya.

"Sopir dan bodyguard sudah dibawah. Pergilah temui momy!! Rapatku mungkin agak lama, kamu akan bosan jika hanya berdiam diri diruangan ini." Jelasnya.

"Tapi, kamu??" Elaknya

"Aku langsung kesana jika sudah selesai" Bujuknya. Pita mengangguk lalu ia meraih tas selempangnya.

"Wait---- aku lupa sesuatu!!" Pandu menarik pinggang Pita merapatkan tubuh mereka, menghancurkan jarak diantaranya. Menyatukan bibir satu sama lain cukup lama. Hingga ia melepaskan pagutannya saat dirasa Pita hampir pingsan kehabisan oksigen.

Napas mereka tak beraturan dengan memandang satu sama lain. Pandu kembali mendekatkan wajahnya, mencium singkat bibir mungil Pita.

"Aku sudah melahap obat penenangku." Aku Pandu membuat pipi Pita merona sempurna.

"Ayo." Ajak Pandu

***

Dentingan lift terbuka, mereka keluar. Didepan lift sudah berdiri dua bodyguard berbadan besar nan kekar yang menunduk hormat pada Pandu.

"Tunggu aku." Pinta Pandu.

Pita mengangguk. "Cepatlah, pergi." Titahnya tegas. Membuat Pandu terkekeh kecil. Kemudian ia kembali masuk kedalam lift.

"Mari nona..." Salah satu bodyguard menggiringnya disisi kiri dan kanan. Ia sedikit risih, untung saja keadaan kantor saat ini sedikit sepi karena masih di jam kerja. Salah satu bodyguard membukakan Pintu. Pita masuk kedalam mobil itu. Dan mobil itu meninggalkan pekarangan kantor membawanya pada Nyonya besar Dirgantara. Erie.

Dibelakang mobil yang Pita naiki ada sebuah mobil Range Rover hitam yang mengiringi. Siapa lagi jika bukan bodyguard nya. Ia menghela napas pelan.

"Pak, momy dimana?" Tanya Pita pada sopir keluarga Dirgantara.

"Di mansion pusat kota nona." Pita mengangguk dan lebih memilih meraih ponselnya.

***

Sementara diruang rapat. Pandu melihat titik merah yang terus berjalan dilayar ponselnya. Kemudian ia tersenyum lega. Akhir-akhir ini ia merasa takut jika wanitanya akan pergi. Apalagi setelah perkelahiannya dengan Virza, sungguh membayangkannya saja ia tidak rela jika Pita benar-benar meninggalkannya. Tidak akan, ia tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Tidak akan pernah---

Sejauh apapun Pita pergi, Pandu akan tetap menariknya agar kembali.

Dan ia kembali fokus pada perusahaan textile terbesar diMalaysia yang ingin bekerjasama.

✨✨✨

Hola... lama ya?? baru dapet hidayah ini😁 rencananya bulan puasa ini mas Pandu tetep aku up kalo mood nulis tentunya😂 sama upnya kalo udah buka puasa ya... takut puasa kalian batal. Tapi boonglah... kalo ga setuju sama alurnya silahkan pergi, aku akan belajar ikhlas ko😌 karena ini real hasil pemikiranku. cobalah hargai sedikit.

Pundung aku😂

.

.

Please kasih bintang kecil sama komennya ya kesayanganku🤗


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C29
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login