Download App
73.07% Moment at Senior High School / Chapter 38: Bab 38

Chapter 38: Bab 38

Keesokan Harinya

Pengadilan

Saat ini aku sedang berada di dalam ruang pengadilan untuk sidang.

Hakim : "Sidang peradilan pidana, nomor kasus 25. Dengan ini kami menyampaikan hukuman atas terdakwa Veronica Lee. Peradilan telah menemukan terdakwa Veronica Lee bersalah atas kecelakaan lalu lintas dan pembunuhan. Sesuai dengan pasal 310 ayat 4, "Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 juta. Jaksa penuntut silahkan memberikan pernyataan."

Jaksa : "Rekaman kamera cctv lalu lintas dari lokasi kejadian menunjukkan saudara Veronica Lee mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata – rata. Saudara Veronica Lee berhak dihukum seberat – beratnya."

Hakim : "Pengacara saudara Veronica Lee silahkan pernyataan"

Pengacara : "Di dalam rekaman cctv kita dapat melihat saudara Valerie Lee tiba – tiba saja berlari di depan mobil saudara Veronica Lee. Selain itu kabel rem mobil saudara Veronica Lee ditemukan dalam keadaan terputus. Mungkin saja ada orang yang ingin menjebaknya"

Jaksa : "Memang kabel rem ditemukan terputus, tetapi mengapa saudara Veronica Lee tidak membelokkan saja mobilnya kea rah lain sehingga dia tidak akan menabrak saudara Valerie Lee. Meskipun nanti tetap akan terjadi tabrakan tapi akibat dari tabrakannya tidak akan sebesar ini. Selain itu pada saat itu saudara Veronica Lee mengemudi dengan keadaan mabuk"

Hakim : "Terima kasih untuk jaksa dan juga pengacara atas pernyataannya. Meski pun ada beberapa fakta yang mengatakan bahwa mobil saudara Veronica Lee disabotase oleh orang lain tapi kita tidak bias mengubah fakta utamanya yaitu saudara Veronica Lee telah menabrak saudara Valerie Lee hingga tewas. Sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak, maka dengan ini saya menyatakan saudara Veronica Lee dijatuhi hukuman 2 tahun penjara"

Seketika air mata ku jatuh saat mendengar putusan hakim.

"Tuhan apa salah ku sampai kau berikan hukuman yang seperti ini" (Batin ku)

Penjara

Saat aku memasuki tempat ku di penjara, aku melihat di sana sudah ada 3 orang di sana satu orang yang usianya kira – kira 40 tahunan, satu orang lagi yang usianya 70 tahunan, dan satu lagi yang usianya 30 tahunan. Mereka semua menatapi ku seakan ke datangan ku mengganggu merka.

Tahanan berusia 40 tahunan : "Woi lu anak baru kenapa lu masuk penjara?"

Aku hanya diam saja tanpa menjawab nya.

Tahanan berusia 30 tahunan : "Udah lah kak ngapain ngurusin orang kayak dia. Kak gue nanti dapet kiriman makanan dari adik gue"

Tahanan berusia 40 tahunan : "Wah seriusan lu? Asikk gue bakal makan enak"

Tak lama kemudian makanan itu pun datang. Tahanan berusia 40 tahunan itu pun langsung merebut keranjang yang berisi makanan itu. Dia pun langsung membagikan makanan. Dia memberi ku sebungkus makanan ringan sedangkan yang lainnya untuk dirinya dan tahanan yang berusia 30 tahunan.

Veve : "Mengapa nenek itu tidak kau beri makanan. Dia juga berhak untuk makan"

Tahanan berusia 40 tahunan : "Dia tidak berhak untuk makan. Dia itu pembunuh. P E M B U N U H"

AAKKKHHH. Saat mendengar kata pembunuh aku pembunuh aku pun langsung berteriak dengan keras. Aku pun mulai tak dapat mengendalikan diri.

Tahanan berusia 30 tahunan : "Kak kenapa dia berteriak?"

Tahanan berusia 40 tahunan : "Gue juga gak tahu bego. Lu cepet panggil petugas ke sini"

Tak perlu waktu lama petugas pun datang.

Petugas : "Ada apa ini?"

Tahanan berusia 30 tahunan : "Bu tolong seperinya dia gila"

Petugas : "Nona Veve tolong tenang. Sadarkan diri anda"

Veve : "AAHH. Jangan mendekat" (Sambil membawa pisau)

Petugas : "Nona Veve anda tenang dulu. Letakkan pisau yang ada di tangan anda"

AAHH. Aku berteriak dengan kencang, lalu ku tusukkan pisau itu ke perut ku.

Petugas : "Nona Vevee. Cepat kalian panggil ambulans"

Rumah Sakit

Dokter Riant: "Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ini bias terjadi?"

Petugas : "Tadi dia menusuk perutnya sendiri dengan pisau"

Dokter Riant : "Sus ayo cepat bawa dia ke ruang operasi"

Suster : "Baik dok"

1 Jam Kemudian

Papa Veve : "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa anak saya Veve bias terluka?"

Saat Papa Veve sedang berbicara dengan petugas kepolisian tiba – tiba Dokter Riant keluar dari ruang operasi.

Papa Veve : "Riant gimana keadaan Veve?"

Dokter Riant : "Keadaan Veve sekarang sudah stabil"

Dokter Riant : "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Veve sampai bias seperti ini?"

Petugas : "Waktu saya datang ke dalam sel tahanan dia sudah dalam keadaan seperti orang kesurupan. Lalu dia mengambil pisau dan dia menusuk perutnya sendiri dengan pisau"

Papa Veve : "Ya tuhan anak kuu" (Sambil menangis)

Dokter Riant : "Om ini udah gak bias kita biarin lagi. Kita harus ambil tindakan. Kita harus masukkan Veve ke dalam rumah sakit jiwa"

Papa Veve : "Apa maksud mu Riant? Kamu piker anak saya gila? Anak saya tidak gila"

Dokter Riant : "Om kita harus mengambil tindakan, jika kita tidak mengambil tindakan dengan cepat takunya dia nanti akan bunuh diri lagi seperti sekarang ini"

Papa Veve : "Tapi Riantt"

Dokter Riant : "Om percaya aja sama aku"

Papa Veve : "Ya Tuhann anak ku yang malang. Ve maafin papa ya Ve. Papa gak bias jagain kamu. Hiks. Hiks. Hiks,"

Rumah Sakit Jiwa

Saat aku membuka mata ku yang ku lihat hanyalah ruangan yang berwarna putih. Hampir tak ada apapun di ruangan itu, yang ada hanyalah ranjang tempat ku tidur sekarang dan sebuah nakas di dekat ranjang ku.

Veve : "Di mana aku sekarang? Akhh perut ku. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku berada di sini?"

Aku kembali mengingat – ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi.

Ruangan Lain

Papa Veve : "Dok apakah aman anak saya berada di sini?"

Dokter : "Anda tenang saja semua.."

AAHHH. Tiba – tiba ada suara teriakan yang sangat keras.

Papa Veve : "Suara apa itu dok? Apa itu Veve? Veveee"

Dokter Riant : "Om om yang tenang. Petugas di sini pasti bias jaga Veve sampai dia sembuh"

Ruangan Veve

Brakk. Para petugas masuk ke dalam ruangan ku.

Veve : "AAHHH"

Petugas : "Veve yang tenang yaa"

Veve : "JANGAN MENDEKAT"

Petugas : "Kau cepat pegangi dia aku akan menyuntikkan obat penenang"

Veve : "Jangan sentuh aku"

Aku kemudian menggigit lengan petugas itu. Kemudian aku bergegas lari keluar ruangan. Saat aku keluar ruangan aku melihat papa ku dan Dokter Riant baru saja keluar dari ruangan dokter.

Veve : "Papaa.."

Papa Veve : "Vee"

Veve : "Papa ngapain di sini? Terus aku juga kok ada di sini? Kakak juga kok ada di sini?"

Dokter Riant dan Papa nya Veve hanya terdiam saja tidak bias menjawab pertanyaan dari Veve.

Veve : "Pa ayo pulang. Aku gak mau ada di sini. Tempat ini sangat mengerikan pa"

Sekali lagi Papa nya Veve hanya terdiam saja tanpa menjawab.

Veve : "Pa. Papa kok diam aja sih? Ayo kita pergi pa"

Papa Veve : "Kamu harus tinggal di sini Ve"

Veve : "Hah maksud papa apaan sih aku gak paham. Kenapa aku harus tinggal di sini. Di sini kan rumah sakit jiwa pa"

Papa Veve kembali tidak menjawab pertanyaan Veve.

Veve : "Jawab pa. Jangan – jangan papa pikir aku udah gila gitu?"

Papa Veve : "Ve papa gak bermaksud seperti itu"

Veve : "AAHH DIAM KALIAN SEMUA. AKU MEMBENCI KALIAN SEMUA"

Aku kemudian mengobrak – abrik semua barang yang ada di sekitar ku. Lalu aku melihat pisau yang ada di lantai dan ku ambil pisau itu.

Dokter Riant : "Ve teanang Ve. Kita semua lakuin ini semua demi kebaikan kamu"

Veve : "DIAMMM. Aku tidak butuh belas kasihan dari kalian semua. Kalian semua menjijik kan"

Dokter Riant kemudian memberi kode kepada para petugas untuk segera menyuntikkan obat bius kepada Veve.

Cerita Berlanjut

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C38
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login