Download App
38.46% Moment at Senior High School / Chapter 20: Bab 20

Chapter 20: Bab 20

Rumah Sakit

Pada saat di rumah sakit Revo dan adek kecil itu mulai berlarian bersama para perawat dan dokter untuk menuju ruang operasi. Sedangkan aku tertinggal jauh di belakang mereka.

Setelah beberapa menit kemudian aku sampai di depan ruang operasi.

"Veve. Kamu dari mana aja? Aku khawatir banget sama kamu"

"Aku gak apa - apa kok Rev"

Perhatian kita kemudian tertuju pada adek kecil itu. Kemudian Revo mulai bertanya pada adek kecil itu.

"Dek. Adek di sini tinggal dengan siapa saja?"

"Saya hanya tinggal bersama kakek saya saja kak"

"Apakah tidak ada keluarga lain yang dapat dihubungi dek"

Adek itu kemudian menjawab dengan gelengan kepala.

"Oh iya nama kamu siapa dek?"

"Doni kak"

"Adek ini sudah malam. Adek besok pasti sekolah kan. Ayo kakak antar pulang dulu. Biar kakak saja yang berjaga disini"

"Tidak kak terima kasih. Aku tidak bisa meninggal kan kakek disini sendirian. Aku takut sendirian kak. Biasanya kakek yang selalu menjaga ku yang selalu menemani ku"

"Tidak apa - apa dek di sini ada kakak. Jangan nangis lagi yah"

Revo kemudian memeluk adek tersebut.

"Kak bagaimana kalau kakek meninggalkan ku? Lalu aku harus bagaimana untuk menjalanjutkan hidup? Sejak dari kecil aku sudah dibuang oleh ibu dan ayah ku. Karena ibu ku hamil diluar nikah dan ayah ku yang tidak mau bertanggung jawab, maka ibu ku memutuskan untuk aborsi. Tapi kakek melarang ibu untuk melakukan hal itu. Lalu akhirnya ibu ku melahirkan ku. Setelah ibu melahirkan ku, kemudian ia pergi meninggalkan ku bersama kakek. Kakek dulu ada seorang pemulung, tapi ia masih memiliki sebuah rumah peninggalan orang tuanya dan juga kakek masih sanggup untuk menafkahi kita bertiga, tapi saat ibu ku kabur dia mengambil semua harta kakek ku. Aku dan kakek ku kemudian menjadi gelandangan. Setiap hari kita harus berpindah - pindah tempat untuk tidur. Saat itu usia ku masih bayi. Aku tidak tau bagaimana kakek saat itu merawat ku. Seorang laki - laki paruh baya yang ditinggalkan oleh istri dan anaknya harus kembali berjuang hidup dengan cucunya yang masih bayi. Pada saat aku mulai bersekolah aku selalu diantar oleh kakek. Saat anak - anak lain yang bahagia karena dimanjakan oleh harta orang tua mereka, saat itu aku hanya bahagia saat melihat kakek tersenyum. Semua anak - anak yang ada di sana mengejek ku karena aku adalah seorang gelandangan. Aku sempat marah pada kakek dan mengatakan kata - kata kasar. Lalu aku tidak lagi melihat kakek selama beberapa hari. Kakek selalu berangkat pagi dan pulang malam. Aku merasa sangat takut kalau kakek akan meninggalkan ku, lalu kemarin aku memutuskan untuk mengikuti kakek ku. Dan tak kusangka kakek sedang bekerja sebagai kuli panggul di sebuah pasar. Di sana aku melihat kakek dimarah - marahi oleh sang penjaga toko karena kakek tidak becus dalam bekerja. Hati ku sangat sakit sekali lalu aku memutuskan untuk pergi dari sana. Lalu pada malam ini ternyata kakek membelikan ku sepatu baru dan tas sekolah baru, dan hari ini juga kakek mengajak ku melihat kontrakan baru kita. Lalu saat kakek mengatakan akan membeli makan dulu dan menyuruh ku menunggu di Taman Bungkul aku pun menurutinya. Saat itu juga mobil itu datang. Mobil merah itu menghantam tubuh kakek ku. Dan dia tidak bertanggung jawab. Aku membe...."

Saat adek itu menceitakan semua kisah hidupnya, dada ku terasa sesak sekali. Semua ingatan itu kembali datang lagi. Air mataku mengucur deras dari mataku. Keringat dingin kembali mengalir. Badan ku bergetar hebat. Aku tidak kuat lagi untuk berdiri, akhirnya aku terjatuh ke lantai. Aku terus mendengar cerita adek itu. Lalu terdengar suara

"Aku sangat membenci mu"

"Dasar anak tidak tau diri"

"Kau benar - benar sangat jahat"

"Dia tidak bersalah mengapa kau membunuhnya"

"Ahhh. Tidak aku tidak membunuhnyaa" Tiba - tiba aku berteriak dengan sangat kencang hingga membuat adek itu terkejut dan tidak melanjutkan ceritanya.

"Ve kamu kenapa?"

Revo kemudian mendatangiku. Aku merasa kepala ku sangat sakit dan aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

05.00

Saat aku bangun, aku hanya melihat sebuah ruangan berwarna putih. Saat mata ku mulai menjelajahi ruangan, aku melihat Revo yang sedang tertidur. Nampaknya ia menungguku sadar hingga ketiduran. Kemudian aku teringat akan masa lalu itu.

"Ahhh. Aku tidak membunuhnya. Bukan aku yang mencelakainya" Saat itu aku berteriak histeris hingga membangunkan Revo.

"Ve kamu kenapa?"

"Ahh jangan mendekat. Aku tidak mau masuk penjara. Ahhh" Aku menjambak - jambak rambut ku sambil menangis histeris.

Revo berusaha mendekatiku. Setelah aku tenang sedikit dia kemudian memeluk ku dan menenangkan ku.

"Ve kamu tenang yaa"

"Revv kamu percaya aku kan? Aku bukan penjahat Rev"

"Iya aku percaya kamu" 

Revo kembali mengingat pembicaraan kemarin dengan seorang dokter.

Flashback on

Revo P.O.V.

Pada saat itu setelah Veve pingsan, kemudian aku memanggil dokter dan suster. Dokter mengatakan kalau Veronica hanya kecapekan karena kesehatan mentalnya yang kurang baik. Lalu tidak selang beberapa lama kemudian ponsel Veve berdering. Terdapat nama 'Dokter Brengsek' dalam panggilan itu. Karena yang punya tidak sadarkan diri aku juga tidak berani untuk mengangkat telpon itu. Lalu dokter itu kembali mengirim pesan.

Dokter Brengsek : "Veve sayang kenapa kamu akhir - akhir ini mengabaikan dokter. Kamu tidak menjawab pesan ku dan tidak mengangkat telpon ku. Kamu tidak berusaha kabur dari sesi konseling mu kan"

"Konseling? Apa Veronica sakit?" (Batin ku)

Setelah mengirim pesan itu, dokter itu kembali menelpon Veve. Agar dokter itu tidak khawatir terhadap Veronica akhirnya itu kuangkat.

"Halo Veve kenapa kamu tidak menjawab pesan dan telpon ku. Halo veve, kenapa kamu hanya terdiam saja"

"Halo"

"Loh kok suaranya laki - laki. Kamu siapa? Apa Veve ku sedang dalam masalah"

Aku seperti tersambar petir akibat dugaanya yang benar.

"Aku harus bilang apa ini. Aku bingung" (Batin ku)

"Halo. Kamu masih ada disana kan? Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ku?"

"Ituu Veronica sekarang pingsan"

"Apaa!! Bagaimana bisa"

"Saya juga tidak tahu. Tapi saat kita mengantar korban tabrak lari ke rumah sakit sikap veronica mulai aneh"

"Apakah dia sesak nafas"

"Iya. Lalu saat cucu dari korban itu mulai bercerita tentang kehidupannya Veronica mulai berteriak dan menangis. Lalu dia pingsan"

"Kau sangat bodoh sekali. Mengapa kau bawa dia ke rumah sakit. Apa kau tidak tahu kalau Veronica trauma terhadap rumah sakit?"

"Apa!! Maaf saya tidak tahu kan hal itu"

"Sudahlah kalau begitu. Sekarang kalian ada dirumah sakit mana?"

"Rumah sakit XX Surabaya"

"Apa Surabaya?"

"Iya. Kita sedang melakukan kemah akbar disini"

"Baiklah aku kan segera menyusul ke sana. Tolong kau jaga Veve dengan baik"

"Iya baik"

Tut. Tut. Tut. Setelah itu panggilan berakhir.

Flashback Off

Veronica P.O.V.

"Revoo. Revoo. Ih kamu kok malah ngelamun sih"

"Ah maaf kan aku Ve"

"Ya sudah ayo kita kembali ke hotel"

"Tunggu Ve, kemarin malam waktu kamu masih pingsan dokter kamu telpon. Terus karena dia telpon kamu terus - terusan akhirnya aku angkat. Aku bilang kalau kamu pingsan"

"Apa dia bercerita tentang trauma masa lalu ku?"

"Iya cuma sedikit saja kok. Dia hanya bercerita kalau kamu trauma sama rumah sakit"

Cerita Berlanjut...

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C20
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login