Download App
36.53% Moment at Senior High School / Chapter 19: Bab 19

Chapter 19: Bab 19

JW Marriott Hotel

Zeva P.O.V.

"Dev lu abis ini mau kemana?"

"Hmm gak tau juga sih Zev gue juga bingung. Gue mau tidur aja deh"

"Ke Tunjungan Plaza yokk"

"Ah males Zev"

"Ya udah gue kesana sendiri aja. Awas lu nanti jangan nyesel loh"

"Hmm"

Bioskop, Tunjungan Plaza

"Mbak aku mau tiket premiere satu"

"Anda mau film apa nona"

"Terserah deh"

"Silahkan masuk nona studionya sudah siap"

"Ok"

Studio Premiere

Karena aku merasa sangat capek dan mengantuk, akhirnya kuputuskan untuk tidur di dalam bioskop. 15 menit kemudian aku merasakan sesak dan kesulitan bernafas. Saat ku buka mata ku aku melihat sosok yang kekar, berbaju serba hitam, memakai topi, memakai masker, dan terkhir memakai kacamata, dia sekarang sedang mencekik leher ku. Aku berusaha melepaskan cekikannya. Tapi aku tidak bisa melepaskannya karena dia tenaganya sangatlah besar. Aku merasa tidak kuat lagi dan hampir kehilangan kesadaran ku karena kehabisan nafas. Tepat pada saat itu ada seorang pegawai yang datang.

"Permisi ini pesanan makanan anda sudah sampai"

Orang yang mencekik ku saat itu langsung kabur.

"Permisi pesanan anda sudah siap"

"Bawa pergi pesanan itu cepat"

"Baiklah"

Setelah beberapa saat kemudian, tiba - tiba layar bioskop di depan ku menyala dan menampilkan seseorang yang sedang melakukan pembunuhan. Orang tersebut kemudian berkata :

Ha ha ha ha

You will die

Like this 

Ha ha ha ha

"Ahhh" Aku berdiri dan berteriak dengan sangat kencang. Pada saat aku berdiri aku menemukan sebuah surat berwarna merah surat itu berisi

Haii cantik.

apa kabar?

You will die

Die

Die

Die

Setelah itu aku keluar dari bioskop dan menghamiri para pegawai.

"Apakah tadi ada orang yang masuk dalam studio tadi"

"Maaf nona tidak ada. Anda sudah membooking semua kursi"

"Tidak mungkin. Tadi jelas ada orang yang masuk ke dalam studio"

"Tidak ada nona, kami berani menjamin bahwa tidak ada yang masuk dalam studio"

"Aku tidak percaya. Sini aku mau lihat kamera cctv nya"

Pada saat itu juga Chaca datang.

"Zevvv"

Karena aku sangat marah pada pegawai bioskop aku tidak membalas sapaan Chaca.

"Zev ngapain lu ke sini?"

Aku hanya melihat Chaca saja tidak membalas pertanyaan Chaca. Setelah itu Allen dan semuanya datang. Aku baru membalas pertanyaan Chaca.

"Terserah gue la"

"Ya ilah Zev lu judes amat dah jadi cewek" (Celetuk Devan)

"Zev leher lu kenapa tuh kok merah - merah gitu?" (Tanya Chaca sambil berusaha memegang leherku)

Aku memegang leher ku. Karena ada Allen aku merasa sangat malu atas kejadian yang tadi, setelah itu aku tidak menjawab pertanyaan Chaca dan langsung pergi.

Veronica P.O.V.

JW Marriott Hotel

19.00

"Ve lu ngapain bengong di depan hotel"

"Ih elu ya Revo ngagetin aja"

"Ya elu si bengong sendirian di sini"

"Ya terserah gue lah"

"Pasti elu lagi kesepian karena semua orang pada pergi, iya kan ya kan?"

"Ish sok tau banget si lu"

"Udah sini ikut gue"

"Ya ilah kemana sih"

"Gue bakal ajak elu ketempat yang murah meriah tapi asik banget dah"

Taman Bungkul

"Hah Taman Bungkul?"

"Iya"

"Lu ajak gue kesini?"

"Iya iya gue ajak lu kesini. Udah lu gak usah sok kaget gak jelas gitu deh"

"Tapi ngapain"

"Ssttt. Jangan banyak tanya. Udah sini ikut gue"

Akhirnya kita menuju ke sebuah tempat duduk yang bangunan nya melingkar jika dilihat dari atas menggunakan drone seperti tempat duduk di sebuah stadion pertandingan. Disana sudah banyak orang yang sedang duduk - duduk juga, anak - anak kecil yang bermain sepatu roda di tengah - tengah kerumunan, anak - anak muda yang saling mengungkapkan rasa sukanya dengan cara saling goda - menggoda. Damai sekali rasanya melihat ini semua.

"Rev"

"Hmm"

"Revoo. Ish kalo dipanggil itu dijawab yang bener dong"

"Iya Veve kenapa?"

"Ngapain sih lu bawa gue keseni?"

"Ya gak ada alasan khusus sih, tapi yang paling penting gue tuh mau lu berbalur sama orang lain juga. Terus gue tuh mau lu tuh bisa berbaur dilingkungan yang kayak gini. Lingkungan yang ramai tapi terasa damai"

"Kenapa harus gue"

Sejenak Revo terdiam dan hanya melihatiku.

"Ish Revooo. Lu tuh ya kalau diajak ngomong tapi lu nya malah bengong"

"He he he"

Tiba - tiba perutku berbunyi yang menandakan bahwa perutku harus diisi makanan.

"Kenapa laper yaa"

"Ih gak tuh gue gak laper"

"Gue laper nih, lu mau ikut gak?"

"Gak mau ah. Disini kan makananya gak higienis"

"Hhmm ya udah gue mau beli makan dulu"

"Lah Rev kok lu ninggalin gue sih"

"Kan lu sendiri yang bilang kalau gak mau"

"Ish nyebelin banget sih lu. Kan kita bisa cari makanan di tempat yang makanannya lebih higienis"

"E N G G A K  M  A  U"

Akhirnya aku terpaksa mengikuti Revo menuju warung kaki lima.

"Katanya tadi gak mau Ve"

"Berisik lu"

"Ya udah duduk sini - sini. Lu mau pesen apaan?"

"Gue bilang gak mau makan disini ya gak mau"

"Iya iya"

Setelah pesannya tiba, akhirnya dia mulai memakan pesananya dengan lahap. Aku sangat tergoda sekali untuk makan. Akhirnya kuputuskan untuk pesan makanan.

"Buk mau pesan sama yang kayak dia makan" (Sambil menunjuk Revo)

"Lah katanya tadi gak mau"

"Ini cuma karena gue lagi dalam keadaan kepepet aja. Kalau gak lagi dalam keadaan yang mendukung mah gue gak bakalan mau makan makanan yang kayak gini"

"Ye ye terserah lu lah"

Setelah kita selesai makan aku dan Revo berniat untuk kembali menuju hotel, karena jam sudah menunjukkan pukul 22.00.

"Rev ayo balik ke hotel ini udah malem"

"Ya udah ayo"

Pada saat kita hendak kembali menuju hotel, tiba - tiba ada mobil yang melaju sangat kencang.

Brukk. Tabrakan pun tidak terelak kan.

"Kakekk" (Teriak seorang anak kecil di sebrang jalan.

Seorang gelandangan kakek tua lah yang menjadi korban kecelakaan tragis ini. Sedangkan sang pengemudi sepertinya masih sehat bugar, terlihat dari aksinya yang setelah menabrak langsung melarikan diri.

"Kakek sadar lah kakek"

Sang kakek tua mengeluarkan banyak darah dari kepalanya.

"Dek adek yang tenang dulu ya. Ambulans akan segera datang kesini" Revo berusaha menenangkan adek itu.

Ambulans sudah datang dan akan segera menuju rumah sakit. Karena merasa kasian Revo menemani adek kecil itu menuju rumah sakit. Pada saat aku hendak menaiki ambulans aku merasa ketakutan dan ragu untuk naik ke dalam ambulans.

"Ve kamu mau ikut apa tidak" (Sambil menjulurkan tangan.

Aku hanya terdiam dan tidak menjawabnya, karena dipikiran ku yang sekarang adalah kenang - kenangan masa lalu itu.

"Ve kita sudah tidak memiliki banyak waktu lagi. Kamu mau ikut apa tidak?"

Karena aku juga merasa kasian pada adek kecil itu, akhirnya kuputuskan untuk ikut bersama mereka menuju rumah sakit.

Pada saat di dalam ambulans dadaku sangat sesak sekali. Semua kenangan masa lalu itu hadir kembali.

Ingatan Veronica :

Pada saat itu aku sedang terjepit di dalam mobil. Mobil itu dalam keadaan terbalik. Saat itu sedang hujan deras.

Lalu aku mengingat teringat akan aku yang waktu itu di bawa menuju ruang IGD.

"Hah Hah Hah" Nafas ku terengah - engah, keringat dingin menetes di wajah ku.

"Ve kamu gak apa?"

Aku merasa sangat sesak hingga tidak dapat menjawab pertanyaan Revo. Lalu seorang petugas ambulans kembali bertanya.

"Nona apakah anda tidak apa - apa? Sepertinya anda kesulitan bernafas. Apakah anda mau memakai tabung oksigen portabel?"

Kemudian aku mengagguk dan petugas tersebut segera bergegas untuk memasangkan tabung oksigen portabel itu.

"Apakah sekarang anda sudah baikan nona"

Aku hanya membalas pertanyaan itu dengan mengagguk kan kepala ku.

Saat aku melihat Revo tadi dia tampak sangat panik, entah dia panik karena kakek itu atau karena keadaan ku. Tapi bila sekarang ku lihat lagi dia sekarang tampak lebih tenang.

Cerita berlanjut...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C19
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login