Happy Reading
Axel saya masih ingat janji kamu buat nikahin saya."
Duaaakkkk
"COWOK BRENGSEK!!"
Axel meringis, lagi lagi kakinya menjadi korban penganiyaan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan tunangannya sendiri hanya dia yang berani memperlakukannya sekejam ini. Lama-lama kakinya bisa terkena amputasi mendadak.
"Axel kamu gak papa?" ujar Belle khawatir dan mendekati Axel, memegang bahu laki-laki itu, sepertinya Belle tidak menyadari bahwa ada maung yang sudah mulai bangun.
"Gak...."
Sraaakkk
Belum juga Axel menjawab, tubuh Belle menjauh dari dirinya begitu saja.
"HEH MANTANNYA PAK AXEL YANG TERHORMAT, HARAM HUKUMNYA NYENTUH TUNANGAN ORANG TAU GAK?" pekik Alexa menatap Belle yang tengah menahan sakit akibat jambakan Alexa yang sangat kuat.
Alexa murka.
Axel melongo mendengar ucapan Alexa, dirinya masih diakui tunangan ternyata walau mereka bertunangan karna paksaan lebih tepatnya Alexa kalo dirinya sih suka rela aja.
"Lepasin saya Alexa... Kamu tidak.. Aww.."
Alexa semakin menguatkan tarikannya, menatap bengis perempuan didepannya itu. Enak saja berani menyentuh miliknya begitu saja.
"Suruh siapa tante nyentuh-nyentuh tunangan orang?"
"Siapa yang nyentuh tunangan orang, dan juga saya itu bukan tante."
Alexa mendorong Belle begitu saja setelah puas menjambak rambutnya, dan dapat dilihat ditangannya ada banyak helai rambut ya tentunya milik Belle, bukan miliknya.
"Iuuuww.." ujar Alexa mengibas-ibaskan tangannya agar semua rambut ditangannya terjatuh.
Belle speechels melihat rambutnya tergeletak tak bernyawa diatas lantai.
"Kamu!!!!" pekik Belle kesal menatap Alexa yang hanya mengangkat satu alisnya, pertanda menantang.
"Pungut tuh rambutnya kalo masih sayang, tempel pake lem tikus biar gak rontok."
"Axel kamu kok diem aja?"
"Lah lo siapa minta dibela?!" nahkan Alexa ngegas lagi, sedangkan Axel hanya diam sejak tadi. Ya karna dia bingung harus membela siapa.
Disisi lain Alexa memang salah seharusnya dia membela Belle, tapi disisi lain Axel gak mau kakinya jadi korban tendangan maut Alexa lagi.
Alexa itu galak kayak maung tapi kadang manis kayak anak kucing, itu menurut Axel.
Axel lagi bucin Alexa sepertinya.
"Kamu siapa sih sebenarnya? Dari tadi sensi mulu sama saya. Kamu suka cari gara-gara ya? Mau caper ke Axel biar dapet perhatian dia?"
Wajah Alexa yang tadi menantang sekarang berubah menjadi datar. Sebenarnya cukup tertohok mendengar ucapan Belle. Tapi dia punya hak-lah untuk sensi, toh sensi gratis.
"Belle!" tegur Axel, membuat Belle menatap Axel dengan wajah ayunya.
"Kenapa? Aku benerkan? Dia nyari masalah sama aku karna buat dapet perhatian dari kamu? Inget dulu Xel, aku dulu juga dapetin kamu dengan cara cari perhatian kamu dulu supaya kamu natep aku dan nganggep aku ada." terang Belle membuat Axel diam.
Ya dahulu Belle-lah yang memulai dulu, Belle-lah yang selalu menghampiri Axel karena Axel yang terlalu sibuk dengan pendidikannya, membuatnya tidak menatap sekitar hanya buku yang menjadi daya tariknya.
Namun sejujurnya Axel jugalah orang yang bisa disebut seorang fuck boy.
Seperti alasan Axel menjadikan Belle kekasihnya.
Tapi dia mengubur dalam-dalam rahasia itu, Axel hanyalah seorang guru matematika dan tunangan Alexa. Hanya itu yang boleh Alexa dan orang lain.
Tidak dengan masa lalunya.
"Saya tidak peduli, lebih baik kamu berhenti beropini soal Alexa."
Disisi lain Alexa cuma diam, sebenarnya diamnya Alexa karena Axel yang mencoba menenangkan dirinya dengan cara menggenggam tangan gadis itu dan meremasnya pertanda Alexa harus tenang.
Axel tahu Alexa sedikit tersinggung dan Alexa tahu Axel mencoba membuktikan bahwa ucapan Belle salah.
"Loh bukannya emang bener Xel? Lihat murid kamu itu, dia selalu sensi sama aku yang notebane-nya seseorang dari masa lalu dan mungkin bakal menjadi masa depan kamu."
Alexa naik pitam sekarang, yang menjadi masa depannya Axel itu dia karna dia tunangannya ya walau Alexa belum cinta sama Axel. Tapi dia tak terima, harga dirinya sebagai tunangan Axel tertindas begitu saja.
Saat Alexa ingin kembali menjambak rambut Belle, Axel semakin mengeratkan genggamannya dan mengisyaratkan Alexa untuk diam.
Biar Axel yang mengurusnya.
"Dia berhak marah."
"Dia berhak bersikap kasar denganmu Belle."
"Bahkan dia juga berhak menganggapmu sebagai calon pelakor." tutur Axel sedikit sadis, walau tatapan Axel itu datar namun ada keseriusan didalam mata itu.
"Kenapa kamu bilang kayak gitu? Kamu ngebela dia? Dia cuma murid kamu dan aku..."
"Dan kamu cuma sebagian dari masa lalu saya, yang bahkan saya juga tidak mengingatnya." potong Axel mencoba menegaskan siapa Belle disini.
"Dan juga, Alexa berhak atas saya begitu juga saya yang berhak atas Alexa. Sebaiknya kamu pahamin kata-kata saya itu." tutur Axel dan berbalik menggiring Alexa yang masih speechels karena ucapan Axel itu.
Tiba-tiba hatinya menghangat mendengar pembelaan dari Axel.
Alexa mulai luluh eh?
Lalu bagaimana dengan misinya.
✨
Happy Reading
Ceklekk
Suara pintu terbuka mengiri dua orang yang berbeda umur memasuki ruangan dengan sedikit tergesa-gesa, atau lebih tepatnya sosok yang lebih tualah yang tergesa-gesa, sedangkan yang lebih muda hanya diam mengikuti ritme langkah orang didepannya.
"Kenapa bapak bawa saya kesini?" ujar Alexa mencoba sopan sekarang.
Seperti bentuk protes mungkin.
"Alexa jika berdua saja biasakan bicara non-formal kepada saya." tegur Axel menatap Alexa yang masih setengah blank dan setengah sadar.
"Hak saya dong pak."
"Hak saya juga meminta kamu bersikap santai kepada tunangannya sendiri."
"Hak saya juga mau ngomong gimana, toh mulut-mulut saya." jawab Alexa sengit, baru saja dirinya sedikit tersanjung dengan tingkah Axel tadi saat didepan Belle.
Tapi harus ia buang-buang jauh itu rasa tersanjung, soalnya Axel bakal balik ngeselin kayak sekarang.
"Terserah kamu." Axel ngalah sekarang, pikirannya sedang kacau saat ini kenapa juga mantan semasa SMA nya harus muncul lagi dikehidupannya. Kenapa gak mati sekalian aja.
Axel ikhlas, bahkan sangat ikhlas.
"Kok jadi berubah ya?" batin Alexa.
"Cowok kalo ketemu mantannya emangnya gini ya, langsung berubah." batin Alexa yang kemakan tulisan-tulisan di instagram yang sering ia baca.
"Gara-gara ketemu mantan nih, kenapa pak? Kejebak sama masa lalu?" tutur Alexa meledek tapi kok terkesan seperti tengah menahan rasa cemburu dan tak terima ya?
Axel tergelak mendengarnya, matanya kini menatap Alexa yang tengah berjalan mengitari ruangannya dengan santai, menatap setiap foto-foto yang berjejer diatas nangkas. Rata-rata hanya foto Axel memakai jas dan juga foto Axel bersama keluarganya.
Mata Alexa seketika terpusat pada sebuah figura yang terlihat masih baru, masih kinclong soalnya tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya. Tapi siapa yang terpajang didalamnya.
"Kenapa bapak pajang fotonya segala, ntar mantannya langsung ngejauh gimana?" celetuk Alexa dan meraih bingkai foto itu dan mengangkatnya lalu menatap Axel yang sekarang justru mendecih.
Axel berdiri dan berjalan menghampiri Alexa yang menatapnya dengan tatapan mencemooh, wajahnya ia sejajarkan dengan wajah Alexa bahkan kini terlihat condong seperti hendak mencium Alexa.
Tentunya Alexa berusaha bersikap biasa saja, walau nafasnya seketika tertahan melihat Axel dengan jarak yang cukup dekat.
"Kamu cemburu eh?" tutur Axel, mengambil bingkai tersebut dan meletakkannya kembali ketempat semula.
Bingkai yang semgaja ia pesan khusus untuk menghiasi foto didalamnya. Hingga ia rela menunggu pagi sekali, Axel memiliki gangguan susah bangun jika pagi hari alias kebo dan tadi pagi ia harus rela menunggu dengan sabar kurir yang ia pesan khusus agar paketnya cepat sampai.
Bingkai itu menghiasi foto yang memperlihat dua orang tengah tersenyum walau salah satu diantara mereka terkesan tidak tulus, tengah bergandengan tangan menggunakan Tuxedo dan Dress yang dibelakangnya sebuah lampu tumbrl berwarna emas sehingga terkesan elegan.
Foto dirinya dengan Alexa setelah malam pertunangan itu.
Axel sepertinya sudah mulai terkena virus human +62 yaitu virus bucin yang tak mengenal umur saat menyerang.
"Siapa juga yang cemburu ya! Kan saya cuma ngingetin, apalagi mantan bapak kan bohay." Alexa berjalan menjauhi Axel dan menghempaskan tumbuhnya disebuah kursi single tempat biasa Axel menilai tugas anak didiknya.
"Kalau bohay kenapa?"
Axel tidak bodoh untuk menyadari bahwa Alexa sengaja menekankan kata 'bohay' saat berbicara tadi.
"Bapak-kan suka yang bohay. Mending sama dia aja pak.. Saya kan tepos jadi gak enak buat diapa-apain."
Nadanya sih santai saat mengatakan tapi tatapannya seperti hendak menerkam siapa saja didepannya, dan itu terlihat lucu didepan Axel.
Alexa itu cemburu tapi dia terlalu bego mengartikan kalau dia cemburu.
Maklum gak pernah pacaran sejak lahir.
"Ada ya, orang ngerendahin diri didepan orang lain." tutur Axel, mana ada orang ngaku tepos dan terima aja dikatain tepos kalau bukan Alexa orangnya.
Demi ini.
Demi membatalkan pertunangan mereka.
Ya ambisi Alexa belum turun, atau lebih tepatnya hanya turun beberapa persen doang.
"Iyalah, demi masa depan saya biar gak hidup sama bapak."
Wajah Axel berubah menjadi datar saat mendengarnya, sudah mengetahui bukan kalau pikiran Axel tengah kacau dan salah satu efeknya dia itu mudah baper dan kebawa emosi.
"Kamu gak mau hidup sama saya?" aura Axel berubah menjadi gelap sekarang.
"Ebuset kenapa suram gini jadinya, dia punya kepribadian ganda apa gimana."
Tangan Axel terangkat dan melepas jasnya begitu saja, dasi yang tadi bertengger dengan manis kini sedikit ia longgarkan juga tak lupa lengannya yang tiba-tiba ia gulung hingga siku.
"Anjing kenapa kelihatan kayak Sugar Daddy gini!!" pekik Alexa didalam hati, kalau langsung nyletuk ntar Axel kepedean soalnya.
"Bapak kenapa pak? Kepanasan?" tanya Alexa sedikit gugup, dia menelan ludahnya melihat penampilan Axel seperti sugar daddy atau bahkan daddy kink didalam buku-buku yang dia baca.
Axel menarik sudut bibirnya melihat reaksi Alexa yang berbeda dari biasanya.. "kalau saya kepanasan kenapa hm? Kamu mau bantu saya buat dinginin?" jawab Axel memancing.
"Aduuuuh paak gue itu mesum jangan lo pancing-pancing gini, kalau gue kepancingkan bisa-bisa hilang keperawanan gue." tutur Alexa didalam hati.
Alexa itu suka baca Nc atau Content No Child dan plus-plus dihpnya, bahkan gaya-gaya agar bisa menghasilkan anak lelaki, perempuan atau bahkan kembar-pun Alexa tau caranya.
"MASUK KULKAS AJA SONO!" pekik Alexa memundurkan kursinya saat Axel mendekatinya, ia memutar kursi tersebut dan mau kabur. Tapi sayang dia kurang gercep, bahunya sudah terlebih dahulu disentuh oleh Axel dan kembali mendudukan Alexa, lalu memutar kursi tersebut hingga menghadap kepada dirinya.
"EHH!!" nafas Alexa tertahan saat kursi yang ia duduki berputar dan kini tepat didepannya ada wajah iblis mesum yang siap memangsanya siapapun.
"Gimana mau dinginin saya?"
"O to the Gah! Najis!" tutur Alexa, dirinya tak bisa kabur karena kini tubuhnya beserta kursinya terkungkung oleh tubuh besar Axel.
"Yakin hmm?" kini kepala Axel semakin mendekat, bahkan hidung Alexa dan Axel kini sudah menyatu tinggal bibir aja eh.
Alexa menatap mata Axel begitu juga dengan Axel walau sedikit gagal fokus oleh bibir Alexa yang setengah terbuka karena efek kaget.
Alexa merasakan sebuah tangan memegang tengkuknya membuat Alexa reflek memejamkan matanya saat merasakan kepalanya didorong kedepan. Dan Alexa merasakan sebuah benda asing menempel dibibirnya.
"AXEL ALEXA!!!"
"KALIAN MAU NAENA DI RUANG GURU HAH?!!"
"Axel kamu sama murid kamu sendiri?"
✨
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT