Setelah jam kedua pelajaran sekolah selesai itu berarti selanjutnya adalah waktu istirahat.
Di sekolah kami, SMA Nishigami, Waktu istirahat sedikit lebih lama dari sekolah yang lain. Ini karena para guru ingin para muridnya diberikan sedikit waktu untuk menenangkan diri dan menyegarkan diri mereka masing-masing setelah belajar.
Di waktu istirahat seperti ini, Aku lebih memilih untuk makan bersama sahabat-sahabat ku.
Kami membawa bekal kami masing-masing dan makan di tangga yang menuju atap sekolah. Kita tidak mungkin makan di atap sekolah karena atap sekolah itu dilarang oleh para guru dan kita hanya bisa kesana kalau mendapat izin dari guru.
Tidak seperti yang lain, Aku makan makanan dengan porsi yang sedikit. Ini di lakukan karena aku di tengah diet untuk menjaga berat badan ku untuk pertandingan berikutnya nanti.
"Zuka, Kau sedang diet lagi"
"A...Tentu"
"Itu berarti pertandingan berikutnya sudah dekat, Ya"
"A...Begitulah"
"Aku penasaran..Tidak, Tapi kami semua penasaran. Sebenarnya dimana kamu bertanding?"
"Itu benar, Zuka. Kau tidak pernah memberitahukannya kepada kami tempat kau bertanding. Apa serahasia itu?"
"Mmmm..Di bilang rahasia mungkin tidak terlalu. Tapi aku sudah menandatangani kontrak untuk tidak memberitahukan kepada orang-orang nama promosi tempat ku bertanding"
"Lalu bagaimana orang-orang datang untuk menonton?"
"Entahlah. Menurut manager ku, Mereka yang datang hanya orang-orang penting dan bisa di bilang orang-orang kaya juga yang sudah mengetahui tentang promosi tersebut"
"Membingungkan"
"Em..Benar-benar membingungkan"
"Kalau begitu beritahu kami"
"Maaf. Itu tidak bisa"
"Itu dia..Lalu bagaimana orang-orang dapat mengetahuinya!?"
"Mungkin...Lewat Web dan lain-lain. Entahlah. Aku datang untuk bertarung bukan mementingkan siapa yang datang untuk menonton"
"Zuka sekali"
"Ya. Zuka sekali"
"Kenapa kalian selalu meledek ku begitu?"
"Sudah ciri khas mu"
"Kau tidak mementingkan hal lain selain tujuan mu sendiri, Zuka"
"Umu umu~"
"B-Begitukah...."
Setelah kami berenam selesai memakan bekal kami, Kami berenam menuju kesuatu tempat di sekolah yaitu Gymnasium sekolah tempat dimana beberapa eskul olahraga di adakan untuk berlatih dan lain-lainnya.
Di tempat itu terlihat sangat ramai. Tidak seperti hari-hari biasanya. Apa ada sesuatu yang terjadi?
Saat kami berenam mendekat untuk melihat lebih jelas, Team Karate sekolah sedang melakukan sparring antara eskul bela diri lainnya.
Team Karate sekolah kita terkenal sangat kuat dan sudah memenangkan beberapa kejuaraan. Salah satu faktor yang membuat Team Karate kuat adalah karena ada "Orang itu," Kenichi atau juga dapat di panggil Ken. Ken di bilang yang paling kuat di Team Karate, dia sudah memenangkan berbagai macam pertandingan dan mendapatkan berbagai macam penghargaan.
Ken selalu di juluki sebagai yang nomer satu atau petarung terkuat nomer satu di sekolah. Hanya karena namanya terdengar begitu tidak berarti dia lebih kuat dariku atau menjadi petarung terkuat di sekolah.
Kami berdua selalu di bandingkan satu sama lain, itu membuat ku sedikit tidak nyaman. Ken selalu di jadikan sebagai petarung laki-laki terkuat di sekolah sementara aku petarung perempuan terkuat di sekolah.
Bukannya sudah wajar kalau aku lebih kuat daripada Ken..Yaa, walaupun kami berdua belum pernah bertarung satu sama lain, setidaknya begitulah penilaian dari diriku sendiri. Tapi orang-orang lebih banyak mendukung Ken ketimbang aku..Mungkin karena reputasi yang kami miliki sedikit berbeda.
Ken dikenal sebagai orang yang ramah, baik dan sopan santun. Dia selalu menolong satu sama lain dan memiliki tingkat sportifitas yang benar-benar tinggi. Sedangkan aku tidak terlalu begitu. Aku terkenal buruk karena aku selalu terlihat mengganggu Yuna dan mengenai Sportifitas, aku terbilang cukup Sportif, tapi dibeberapa kejadian contohnya di Death-Seum, aku terpaksa harus bertarung lebih agresif demi memenangkan pertandingan.
Omong-omong..
Dimana Ken?
Dia sama sekali tidak terlihat.
Tidak biasanya.
Biasanya dia selalu yang paling depan menonton teamnya bertarung dengan yang lain. Tapi kali ini dia sama sekali tidak terlihat.
Pergi kemana dia?
Kami berenam menonton pertandingan sparring ini dari jarak yang medium, tidak terlalu depan juga tidak terlalu belakang.
Team karate mendominasi kemenangan. Tapi dilihat dari skornya sepertinya mereka mengalami 3 kekalahan. Untuk sekarang mereka berhasil memenangkan semua pesaing yang ingin melawan mereka.
Banyak sorakan yang mendukung dari kedua tim, tapi kali ini orang-orang lebih mendukung lawan dari team karate. Penyebabnya mungkin karena team karate saat ini di wakili oleh Wakil pemimpin team karate, Yaitu Jun.
Jun terkenal cukup arogan. Jika harus dibandingkan dengan Sara maka Jun yang paling arogan. Dia sangat sombong dan merasa dirinya lebih berhak memimpin team ketimbang Ken. Dia memang terkenal cukup kuat dimana kekuatannya kedua dari Ken..
Tapi tidak untuk ku.
Kekuatanku dengannya bagaikan langit dan bumi.
Jika dia berusaha untuk menghadapi ku..
Aku dapat mengalahkannya dengan cepat jika aku mau.
Dilihat dari arusnya pertandingan, Jun memenangkan seluruh pertandingan miliknya. Setiap penantang yang baru datang, Jun dapat mengatasinya dengan sangat mudah.
Jadi seperti ini kah kekuatan orang terkuat kedua di team karate. Boleh juga.
Jun memiliki tampang yang tampan dan rambut pendek berwarna pirang. Tubuhnya normal namun cukup terbentuk. Dapat di bilang itu adalah tubuh yang disukai dikalangan perempuan ditambah dengan wajahnya yang tampan seperti itu.
Yang jadi masalahnya adalah sifatnya yang Arogan. Bahkan Sara pun tidak menyukainya. Ada beberapa perempuan yang menyukainya dan tergila-gila olehnya tapi itu hanya terjadi kepada mereka di kalangan perempuan yang suka laki-laki liar sepertinya.
Aku bahkan sangat tidak menyukainya.
Pertandingan terakhirnya dia akhiri dengan menendang lawannya ke bagian perut sampai dia KO dan tidak dapat melanjutkan pertandingan lagi.
Para perempuan bersorak sangat keras ke Jun dan ada beberapa orang yang hadir tidak senang sama sekali.
"Kyaaa~ Jun kau hebat sekali~"
"Kau memang kuat Pangeran ku~"
"Ayo hajar yang lainnya lagi~"
Cih...Perempuan-perempuan ini!
"Menjijikan bukan"
"Ohh, Sara. Tidak ku kira kau akan berkata seperti itu"
"Memangnya pandangan kalian terhadap ku selama ini seperti apa!? Aku juga mementingkan moral disini"
"Tidak biasanya"
"Diam kau Rezuki!"
"Tapi...Niko tidak suka dia..."
"Lagi pula siapa juga yang menyukainya"
"Itu..."
Azuna menunjuk kepada Aoi ke arah perempuan-perempuan yang tergila-gila oleh Jun.
"Aaa....Benar juga"
"Oi oi, Zuka..Bagaimana kalau kau maju kesana dan hajar bokongnya, Hmmm~"
"Boleh saja"
"Yessss~"
Di saat kami sedang berbicara, Jun membuka lagi tantangan untuk melawannya.
"Ayo ayo ayo! Siapa yang mau lagi?! Apa hanya segini saja kemampuan kalian, Hah! Hanya melawan 5 orang lemah seperti kalian tidak cukup untuk ku. Aku bahkan belum berkeringat sama sekali"
Perkataannya yang arogan membuat kesal banyak orang..Terutama aku.
"A-Aku akan maju!!!"
"J-Jangan, Bung! Kau sedang cidera"
"T-Tapi dia baru saja mengalahkan kapten dan mengejek kita semua!"
"Aku tahu apa yang kau rasakan tapi percuma saja melawannya. Dia itu orang kedua terkuat di bawah Ken. Wakil dari team Karate. Kau akan hancur melawannya"
"C-Ciiiihhhh!!! Di saat-saat seperti ini...Aku!"
Tidak sengaja, aku mendengar keluhan dari team bela diri lain.
Beberapa dari mereka ingin maju melawan Jun tapi beberapa dari mereka ketakutan dan beberapa dari mereka lagi di hentikan oleh teman mereka.
Pengecut!
Dan kalian sebut diri kalian pria dan masuk di eskul bela diri tapi hanya seperti ini keberanian kalian.
Hmph! Kalian memalukan.
Dengan begitu aku berusaha untuk pergi dari tempat ini segera.
"O-Oi! Zuka. Kenapa kau pergi? Aku kira kau ingin melawan pria busuk itu"
"Mood ku hilang. Aku tidak tahan di tempat yang menyedihkan seperti ini"
"Z-Zukaaaa!!!"
Teriakan Sara justru terdengar sampai ke kuping Jun.
"Zuka...Maksud mu Zuka yang itu..Yang di bilang sebagai petarung terkuat sekolah. Cih, Perempuan itu berlagak seperti dia yang paling kuat. Dia hanya seorang perempuan kenapa gelar yang terkuat di berikan padanya! Hmph kalau begitu..."
"Ohhh...Kalau aku tidak salah, kau..Perempuan berambut merah panjang disana~ Kau Zuka, 'kan"
Mendengar panggilannya, Aku sekejap berhenti dan menengok kearahnya.
"Memang...Lalu?"
Jun tersenyum tajam. Wajahnya penuh dengan niatan yang tidak baik.
Orang-orang di sektiar langsung melihat ke arah ku terkejut melihat ku ada di tempat ini menonton pertandingan. Beberapa dari mereka juga berbisik-bisik kecil membicarakan ku.
"Apa kau ingin pergi tanpa ingin mencoba…Sparring dengan ku~"
"Hah?!"
"Oi Oi Oi Oi, Kau dengar ya pirang! Apa kau yakin?! Kau baru saja menantang seorang perempuan untuk melawan mu. Apa harga dirimu sebagai seorang pria telah hilang!?"
"Oi, Sara..."
"Setelah ku pikir-pikir, Memang tidak ada gunanya meladeninya, Zuka, lebih baik kita pergi"
"Apa-apan perempuan yang satu ini...Mengatakan aku pirang padahal rambutnya juga pirang!"
"Sara benar. Sepertinya kau sudah tidak punya harga diri sebagai seorang pria"
"Benar benar"
Berkat pembelaan dari teman-temanku, orang-orang di sekitar mulai membicarakan Jun dengan negative.
Kelihatannya Jun tambah kesal.
"Hey Kalian disana! Bisa-bisanya mengatakan hal buruk seperti itu pada pangeran kami!"
"Benar, benar!"
"Hah! Itu sudah jelas bukan. Pangeran kalian yang lemah ini menantang perempuan untuk bertarung. Mana ada seorang pangeran yang terhormat menantang seorang perempuan. Hah!"
"K-Kau!!! Jun hanya ingin memberikan kepada teman kalian yang payah itu siapa yang lebih hebat! Kami semua tidak percaya kalau teman kalian itu yang paling kuat di sekolah! Mungkin teman mu itu bermain curang, fufu~"
"Benar, benar!!!"
"K-KAUUU!!! BERANINYA MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU PADA ZUKA!!!"
"Oi..Tenanglah, Sara"
"Aku tidak bisa tenang, Rezuki!"
"Begitu juga kita. Tidak mungkin kita tinggal diam saat sahabat kita di katai seperti itu"
"Maka dari itu…Tolong aku!"
"Jadi kau sedang buntu ya..."
"Awawawawa...Bagimana ini bagaimana ini...Niko bingung"
"Kenapa jadi kau yang bingung..."
"Hmph! Bagus-bagus..Lanjutkan terus seperti itu semuanya. Panaskan mesinnya buat mereka menyerah sampai Zuka ingin menghadapi ku. Melawan perempuan seharusnya sangat mudah. Aku tidak peduli jika harga diriku turun disini, Jika aku berhasil mengalahkan Zuka itu artinya aku telah membuktikan kalau aku lebih kuat darinya dan dengan begitu aku bisa menggantikan Ken menjadi Kapten dari Team Karate. Hehehe~"
"Hentikan semuanya!"
"Ooo...Zuka?"
"Zuka?"
"Ini dia ini dia"
Aku maju kedepan dan mendekati Jun.
"Jadi...Kau menerima permintaan ku?"
"Hmph. Pertama..Kau itu hanya ikan teri~"
"A-APA!!!"
"OI KAU!!! BERANI-BERANINYA MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU KEPADA PANGERAN-"
Mendengar suara berisik dari perempuan-perempuan gila itu, aku langsung menatap mereka tajam membuat mereka semua terdiam dalam sekejap dan merinding.
"T-Tekanan macam apa itu?! Dia menghentikan ocehan perempuan-perempuan itu hanya dalam sekali tatap. T-Tidak masalah bagiku"
"Hooh..Apa kau meremehkan ku?!"
"Memang~"
"P-Perempuan ini!!!"
"Ihihihihihi...Zuka memang hebat~"
"Dia ahlinya untuk meledek lawannya sebelum pertandingan dimulai"
"Aku tidak tahu kalau ini hal yang baik atau tidak...."
"Umu..."
Sepertinya aku berhasil menaikan darahnya. Terkadang aku memang suka memanaskan musuh ku yang arogan sepertinya. Sombong sebelum pertandingan dimulai itu tidak ada gunanya..Sepertinya aku juga...
"Daripada banyak omong..Bagaimana kita mulai saja, Hah!"
"Hmmm...Memangnya aku mau~"
"D-DIA INI!!!"
"Baik, baiklah. Aku akan melawan mu"
"B-Benar kah?"
"Hanya saja"
"Hah?!"
"Kau mentaruhkan harga diri mu di sini dan mengakui kalau kau lebih lemah dari ku"
"K-KURANG AJAR!!!"
"Haiyaaa..."
"Zuka...Apa kau tidak sedikit kelewatan...?"
"Tidak apa...Lagi pula si pirang itu yang memulainya"
"Sara...Kau juga pirang"
"Berisik!!!"
Sebenarnya taruhanku itu hanyalah gertakan saja..Jujur aku sangat tidak ingin melawannya. Melawannya sama sekali tidak ada untungnya.
Tapi..Sepertinya gertakan ku melawan balik kearah ku.
"Hmph...Boleh saja"
"Ehh...Dia menerimanya?"
"Sudah ku bilang, bukan. Si pirang itu sudah tidak memiliki harga diri sama sekali"
"Sara-"
"AKU TAHU KALAU AKU PIRANG! TOLONG DIAM REZUKI!"
Sepertinya dia benar-benar merencanakan sesuatu.
"Kalau begitu...Apa yang kau inginkan?"
Jun tersenyum tajam dan terlihat jahat. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan menunjuk ke arah ku.
"Aku ingin kau mempermalukan dirimu di sini dan bersujud kepadaku lalu mengatakan kalau aku ini lebih kuat darimu dan aku ingin kau mempertaruhkan Harga dirimu juga~"
Menjijikan!
Benar-benar menyedihkan!
"Ok...Zuka biarkan aku loncat kesana sekarang!"
"Rezuki, aku ikut dengan mu!"
"Aku juga!"
"Bagaimana kalau kita semua menghajar bersamaan si pirang itu!"
"Sar-"
"DIAM REZUKI!"
Teman-teman ku benar-benar kesal sekarang.
Bisik-bisikan negative mengatai Jun pun mulai keluar.
Para fans berat Jun justru mendukung Jun lebih kuat lagi.
"Bagimana...The Sadistic Zuka~ Kau menerimanya?"
Aku mengela nafas dalam lalu menjawab.
"Kau benar-benar pria yang menyedihkan, Jun"
"Hoooh..Kau menyebut namaku. Apa kau siap untuk kalah?~"
"Tidak..Tapi kau yang akan kalah"
"Hmph..Kalau begitu ayo kita mulai!"
Aku kemudian meminta waktu untuk berganti pakaian.
Aku dan teman-temanku kini sedang berada di ruang ganti dimana aku sudah berganti pakaian ke pakaian bertarungku.
Kini aku sedang melakukan sedikit pemanasan sambil mendengar teman-teman ku berbicara.
"Hajar dia tanpa ampun, Zuka!"
"Berikan dia pelajaran yang berarti!"
"Permalukan dia! Niko akan sangat senang melihatnya"
"Lakukan seperti yang biasa kau lakukan, Zuka. Jangan beri ampun dan permalukan lawan mu. Buat si pirang itu tahu siapa yang dia hadapi!"
"Sar-"
"BISA KAU DIAM SEBENTAR SAJA, REZUKI!!!"
Aku menghela nafas lega dan senang mendengar dukungan dari sahabat-sahabatku.
"Tidak perlu khawatir semuanya. Kalian sudah tahu bagaimana akhirnya nanti..Aku akan mempermalukan si pangeran menjijikan itu untuk kalian"
Setelah selesai bersiap-siap. Aku keluar dari ruang ganti bersama teman-temanku menuju ke arena pertandingan.
Arenanya hanya terdiri dari matras khusus bela diri saja. Padahal sekolah ini memiliki Octagon dan ring tinju. Tapi sepertinya kali ini tidak diperlukan.
Saat aku menuju arena, Jun sudah menunggu ku dengan sombongnya. Dia berdiri di ujung sudut Biru sambil memandangiku sombong.
Aku menuju ke sudut merah dan melakukan sedikit pemanasan, lagi.
"Zuka, Ingat..Lakukan seperti yang biasanya saja"
"Maksud mu hajar dia, bukan"
"Ya..Begitulah"
"Kami akan mendukung mu di sisi, jadi semangatlah. Berjuang"
"Hmph..Azuna..Kau tahu kalau aku tidak perlu sorakan semangat seperti itu, bukan~"
"Hmph..Zuka..Kau selalu saja~ Ya, lagi pula kami semua tidak yakin kalau kau akan kalah"
"Memang tidak akan~"
Di tengah ada seorang murid yang sudah berpengalaman menjadi seorang wasit. Kali ini dia yang akan mengawasi jalannya pertandingan.
Kalau tidak salah namanya itu…Aku sedikit lupa…Padahal dia cukup terkenal di sekolah.
Dia memanggil kami berdua ketengah.
"Ok. Aku akan menjadi wasit kali ini. Aku ingin pertandingan yang jujur dan sportif. Jika kalian setuju silahkan bersentuh sarung tangan dan kembali kesudut kalian masing-masing"
Tidak perlu basa-basi seperti itu, aku dan Jun kembali ke sudut kita masing-masing tanpa harus bersentuh sarung tangan.
"Tidak ada...Baiklah..Lagi pula kalian memang tidak saling menghargai"
Aku dan Jun sudah kembali kesudut kita masing-masing menunggu aba-aba dari wasit.
Aku sangat kenal Wasit yang satu ini. Dia sangat netral dan benar-benar menjalankan tugasnya sebagai seorang wasit yang professional. Ayahnya seorang wasit di Death-Seum, namun dia tidak tahu hal itu, tapi dia belajar banyak dari ayahnya cara menjadi wasit yang professional.
Wasit itu mengencangkan kacamatanya lalu menarik tangannya tinggi di udara.
"Bersiappppppp!!!"
Jun mengambil posisi tinggi sedangkan aku posisi rendah.
Wasit menarik nafas dalam sebelum memulai pertandingan.
Dengan cepat, Wasit menurunkan tangannya dari atas udara sambil berteriak untuk memulai pertandingan-
"MULAIIIII!!!!!"
Saat aba-aba di mulainya pertandingan keluar.
Jun langsung bergerak dengan cepat kedepan ingin menyerang ku.
"Baiklah-"
Tapi sebelum dia menyadari itu, aku melakukan Takedown dengan Tackle dengan sangat cepat tanpa dia dan orang lain disekitar sadari.
Aku menyerangnya dengan pundak ku dan menarik sambil mengangkat kedua kakinya membuatnya terjatuh ke atas matras. Dengan begini kita berdua ada di posisi Ground and Pound..Posisi favorit dan keahlianku.
Jun itu ahli karate dan karate tidak bagus jika berhadapan di bawah.
"Kkkk??? Bagaimana bisa??? Sejak kapan???"
"Cepat!!!"
"Zuka memang hebat"
"Tanpa di sadari, Zuka berhasil menjatuhkan lawannya ke posisi favoritnya"
"Ayo Zuka hajar dia habis habisan~"
"Tapi...Tidak...Tidak apa. Biarkan"
Jun berusaha untuk melepaskan diri. Sementara itu, aku berusaha membebaskan kaki Jun yang mengunci ku supaya aku dapat berada di posisi paling atas dan paling unggul. Saat aku berhasil membebaskan tubuhku dari kuncian kaki Jun, aku bergerak ke atas tubuh Jun dan kini aku berada di bagian yang paling menguntungkan.
"Ini dia~"
"Kalahkan dia Zuka!!!"
"S-SIAL!!!"
Jun terlihat tidak dapat melakukan apa-apa. Dengan begini kemenangan sudah ada di tangan ku.
Ini...Sangat mudah.
Aku mengangkat kepalan tangan kanan ku tinggi ke udara mengambil ancang-ancang untuk memukul Jun. Jun tahu apa yang ingin ku lakukan, dia melindungi wajah dan kepalanya dengan kedua lengannya.
"CIIIHHHH!!! TIDAK MUNGKIN!!!"
Dengan seluruh tenaga yang sudah ku kumpulkan dikepalan tangan kanan ku..Aku melepaskannya mengarah ke bawah dengan sangat amat cepat dan penuh tenaga.
Jun menutup kedua matanya. Semua orang berdiri dari duduknya. Beberapa dari mereka teriak. Beberapa dari mereka terkejut. Beberapa dari mereka senang.
Lalu di saat tangan ku membentur-
BAM!
Suara dentuman yang sangat keras menggetarkan kuping seluruh orang di tempat. Suaranya sangat keras membuat segalanya bergetar di sekitar.
"Kkkk! Keras sekali"
"Zuka tidak menahan sedikit pun"
"Dia sungguh-sungguh"
"Aku kira tidak ada gunanya melawan orang ini"
"Uwaaaa…Kuping Niko sakitttt"
"…Apa yang kau lakukan..Zuka!?"
Semua orang terdiam dan terkejut mendengar suara yang keras barusan di tambah lagi mereka lebih terkejut dengan apa yang terjadi.
Terutama pada Jun..Dia yang paling terkejut sekarang ini.
Kepalan tangan kanan ku..Tidak menyentuh atau memukul wajah atau kepala Jun atau bahkan lengannya yang ia gunakan untuk bertahan melainkan kepalan tangan kananku menyentuh atau memukul matras di sebelah kiri kepala Jun.
Matras itu langsung sedikit retak di bagian pukulanku. Bunyi keras itu berasal dari pukulanku ke atas matras dan bukan karena memukul Jun.
Aku kemudian berdiri dan melepaskan Jun dari posisi Ground and Pound.
Semua orang terutama Jun keheranan..Mereka semua bingung.
Apa yang Zuka lakukan?
Begitulah pikiran mereka pastinya.
"Z-Zuka....???"
"Kenapa Zuka tidak menyelesaikannya???"
"Ternyata benar...."
"Rezuki?"
"Zuka ingin...Sedikit tantangan dari orang ini. Melawannya memang bukan suatu hal yang penting, tapi...Zuka ingin tahu seperti apa kekuatan sesungguhnya dari si Arogan dan wakil dari team Karate"
Aku kemudian melihat ke arah Jun sambil tersenyum meledeknya.
"5 detik...Hanya dalam 5 detik tadi..."
"A-APA!?!?"
"Hanya dalam 5 detik tadi...Aku sudah mengalahkan mu~ Dan seharusnya kau sekarang sudah berada di UKS~…Tidak, tapi di rumah sakit~"
"K-KAUUUU!!! BERANINYA!!!"
"Ayo berdiri~ Sangat di sayangkan jika aku harus mempermalukanmu sekali saja~"