Download App
35.48% Crazy Bad Girl / Chapter 22: Part 21. Sepeda dan Pelukannya

Chapter 22: Part 21. Sepeda dan Pelukannya

"ASSALAMUALAIKUM, EMILIAAAAAAAAAA, MAIN KUY!"

Emilia memutar bola matanya malas, ia beranjak ke arah balkon depan pintu kamar yang langsung menghadap ruang tamu dalam rumahnya. Ia mendengkus sinis, "Eh tolol, mau gue pukul pake rantang, lo?"

Salma nyengir.

"WAALAKUIMSALLAM, DUH PONAKAN GUE!" Rachel dengan rusuh datang dan langsung memeluk Salma. Emilia memutar bola matanya dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Hehe, si gerandong Milia nyuruh aku main, Ma. Katanya di rumah gabut, sama Emilio garing katanya."

"Kerupuk kali ah, garing." Rachel tertawa. "Yaudah sana naik, itu si centil baru pulang bawa bungkusan banyak. Kayaknya sih ciki, au abis ngerampok siapa."

Salma terkekeh dan langsung naik ke lantai dua rumah Marchel. Salma membuka pintu kamar sepupunya itu dan berkacak pinggang. "YA ALLAH! INI KAMAR PERAWAN APA BUKAN, BOI?!"

Emilia yang sedang telungkup di atas kasurnya itu berdecak, "Bacot lu, Mak Lampir!"

"Dih, songong banget lu goblok!"

"Elo yang bacot, anjing!" Salma melempar bungkus snack yang berserakan di lantai kamar Emilia.

"Diem si bangsat!"

"Nyolot lu ya! Eh btw," Salma kini mendekat ke arah kasur dan duduk di sana. Ia memerhatikan Emilia yang sedang menonton film The Purge Election Year.

"Tadi ngapa pas di panggil kepsek lo kagak balik? Bisa-bisanya ya lo ambil kesempatan! Dasar Gerandong!"

"O," balas Emilia. "Lo pasti udah tau ceritanya. Lo kan tukang gosip, gak usah muna lo bangsat!"

Salma tertawa. "Ye kan gue cuma mau cerita langsungnye dari elo, Gerandong!"

"Ya gitu," Emilia meraih gulingnya dan memeluk benda empuk itu. "Doi ngusik gue, dia ada main sama anak Kencana. Pengkhianat banget, kan? Udah tau Kencana musuhnya Antariksa, tar kalo ada apa-apa bisa-bisa dia bocorin aib Antariksa ke Kencana!"

Salma mangut-mangut dan meraih bungkus keripik kentang di atas kasur.

"Sebenernya bukan itu aja, beberapa hari sebelumnya dia ngusik gue di kantin kan, lo tau itu. Bahkan karena itu gue di skorsing seminggu. Yaudah gue bales dendam terus gue bacok."

Kini gadis berambut lurus itu tertawa terpingkal. Emilia mengernyit dan mengarahkan kakinya ke arah wajah Salma. "Congor lo, babi!"

Salma menyingkirkan kaki sepupunya itu dan mendelik. "Gue ngakak aja, lo cerita abis bacok orang enteng banget itu rahang kek gaada dosa."

"Ya terus gue harus nangis gitu ceritainnya?"

Salma terkekeh dan ikut telungkup di sebelah sepupunya. "Gak gitu juga, lo mah. Terus gimana? Tadi ortunya Lena ke sekolah, kan? Nuntut lo pasti?"

Emilia mengangguk. "Tapi berkat bokap, dia mutusin damai walau agak terpaksa. Emaknya sebenernya dendam gara-gara nyokap gue bacotin, lo tau sendiri kagak ada yang bakal menang kalo adu bacot sama doi. Tapi pas bokap ngomong, uh lo harus liat gimana gantengnya bokap gue kalo serius. Ganteng euy!"

"Gak usah jauh, gue punya fotokopiannya di rumah," Salma memutar bola mata. Emilia tertawa, "Yoi, nah gantengnya itu persis Papi Kael!"

"Eh Ndong, gue mau curhat."

"Hm."

"Masa gue demen sama cowo-"

"Kalo cewek lo lesbi, Mak Lampir!"

"Eh bangsat!" Salma melempar keripik kentang di genggaman. "Dengerin dulu!"

"Iye, bawel."

"Doi anak SMA Atlantik."

Emilia menaikkan alis. "Dimane? Jauh amat lo. Demen ama beruang kutub?"

"Bukan anj!" Salma tertawa. "Ada. Sekolahnya jauh pokoknya."

"Pake helm?"

Salma tertawa lagi. Bahkan ia sampai menyeka air matanya yang keluar dari sudut mata. Emilia mendengkus dan kembali telungkup. Dengan sengaja ia mengangkat kedua kakinya yang terlipat ke arah wajah Salma yang masih tertawa. "Receh lo, Mak Lampir."

"Bangsat lo, Gerandong!"

***

Cowok dengan rambut cokelat itu memejam sambil duduk di sebuah kursi taman dan mengayunkan kakinya seperti anak kecil yang tak sabar menunggu mainan.

Bibirnya sejak tadi menyunggingkan senyum lucu dan menatap sekumpulan anak-anak yang sedang bermain pada lapangan berpasir putih.

Dario meminum susu kotak di pengangannya. Saat merasa hanya udara yang diisapnya dari sedotan tersebut, Dario membuang susu kotaknya ke tempat sampah di sebelah kanannya.

Kemudian tangannya menengadah pada gadis pirang di sebelahnya yang asik bermain ponsel dan mendiaminya.

"Li, minta susu!" Dario menatap Emilia penuh minat. Gadis pirang itu menghela napas dan menyerahkan lagi sekotak susu baru kepada cowok di sebelahnya.

Merasa cowok itu tidak menerima langsung apa yang ia sodorkan, Emilia mengernyit dan mengalihkan pandangan dari ponselnya. "Ambil!" Emilia menaikkan alisnya.

Berbeda dengan alis Dario yang keduanya kini menukik satu arah. "Tusukin!" Katanya manja.

Menahan emosi, gadis itu menusuk sedotan dari susu kotak tersebut dan menyerahkannya pada Dario dengan kesal. Dario menerimanya dengan senyum sumringah sedangkan gadis di sampingnya memutar bola mata dengan dengkusan.

"Lia, mau?" Emilia menggeleng dan menghindari sodoran kotak karton itu. Dario cemberut dan kembali menatap anak-anak yang bermain bola di lapangan kecil itu sambil mengayunkan kedua kakinya.

"Li!" Dario menyolek lengan atas gadis itu. Dengan malas Emilia menoleh tak bersuara. "Aku mau main perosotan, tapi itu kecil banget!"

Emilia mengelus dada, menatap cowok di sebelahnya yang menatapnya dengan susu kotak di genggaman. "Lo sadar badan sama umur gak?"

Dengan polos cowok itu menggeleng. Gadis dengan kaos oblong berwarna merah itu menepuk jidat. "Umur lo berapa sekarang, hah?" Emilia mencubit paha Dario yang terlapis celana jeans selutut.

"Awh sakit ...," Dario cemberut. "Tujuh belas lebih banyak."

"Terus, bocah-bocah ntu umurnye berape?"

"Mana aku tau, emang mereka anak aku!"

"Perkiraan lo aja, Fakboi Junior!"

"Hm ...," Dario mengetuk dagu dengan jari telunjuk. "Mungkin sembilan bulan? Kayak di film Baby's Day Out? Ih sumpah anaknya lucu banget, Li. Matanya biru lagi, aku gemes banget! Pengen punya dede!!"

Baik, jangan hitung sudah berapa kali ia menghela napas dengan kasar. Sayangnya cowok idiot di sebelahnya ini tak kunjung peka. "Bodo amat, anjing!"

"Kasar."

"Anjing!"

"Iiiiiih, kasar."

"Dih menye-menye," Emilia mencebik. "Dasar lelaki tak bertulang belakang."

"Aku plankton, dong?"

"Lo spongebob, peris banget idiotnya."

"Nggak, masih lebih bodoh patrick."

"Gak peduli, bajingan!!!"

"Lia, kamu kasar!" Dario membuka mulutnya dan menangkup kedua tangan di pipinya. Berlagak seperti orang yang tercengang.

"Lo bener-bener mau liat gue marah ya, Ri?"

"Ih." Dario meraih sebelah lengan gadis itu dan menggoyangkannya. "Jangan dong."

"Lo ngeselin banget sih, anjing!"

"Iya aku minta maaf." Dario menundukkan pandangan. Emilia menghela napas dan beranjak, "Ayo balik." Dario mengikuti dari belakang.

Dario meraih sepeda milik Emilia dan duduk di atas sana. Ia menggiring Emilia untuk duduk menyamping di hadapannya. Posisinya memeluk Emilia. Gadis pirang itu dengan patuh duduk di depan dan Dario mulai mengayuh sepedanya perlahan.

Bahkan gadis itu diam saja saat cowok berambut cokelat itu meletakkan kepala di sebelah bahunya. Menjadikannya sandaran sembari mengayuh.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login