Begitu Bei Mingyan muncul, ketegangan yang ada di hatiku perlahan mereda.
Tapi mata hijau di luar jendela masih menatap ke dalam ruangan dan aku tidak tahu apa yang sedang ia cari.
Setelah beberapa saat tidak menemukan apa-apa, akhirnya ia memutuskan untuk pergi.
Begitu ia menjauh, aku langsung jatuh ke pelukan Bei Mingyan dan seluruh tubuhku lemas seketika.
Lengan dingin yang familiar ini benar-benar sanggup membuatku merasa tenang.
Ia langsung membawaku ke tempat tidur sembari tertawa kecil, "Rupanya serigala itu telah membuatmu takut."
Berarti itu benar-benar serigala?
Tapi bagaimana bisa? Aku masih tidak habis pikir.
"Cepatlah tidur." Bei Mingyan mengusap lembut dahiku dan membujukku untuk segera tidur.
Ketika aku melihatnya duduk di samping tempat tidur dan sepertinya tidak berniat untuk berbaring, aku bertanya penasaran, "Kamu mau pergi?"