Setelah Marino menuntaskan dahaganya, ia memiringkan kepalanya untuk melihat Chika yang masih berdiri di hadapannya dengan takut-takut.
"Jadi, katakan padaku, apa yang membuatmu bersikap seperti tadi kepadaku?" Tanya Marino, masih dengan wajahnya yang datar.
"Tuan… maaf… aku…" Kini, ketika ia sudah memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Marino, gadis mungil itu justru tak dapat menyusun kalimatnya dengan baik.
Jauh di dalam lubuk hatinya ia sungguh merasa malu untuk meminjam uang pada orang yang sama sekali tidak ia kenal.
Dengan jumlah uang yang sangat besar, pula!
Marino mendesah panjang melihat Chika yang tak juga menuntaskan kalimatnya dengan cepat.
"Keluar dari sini jika kau masih butuh waktu untuk memikirkan apa yang hendak kau sampaikan padaku!" Tiba-tiba saja Marino kembali marah.
Asli, waktu ngetik bab ini, sempet berhenti sebentar untuk menata perasaan karena aku... mewek!!!
Huhuhu (╥_╥)
Itulah kenapa akutu paling ngga suk baca atau nulis cerita yang sedih2. Karena kenyataan itu sudah pahit, jadi mending kita ngehalu aja, ye kan ~(^◇^)/
Terus dukung novel ini yaaa... aku akan update 3 bab perhari selama kita minimal berada di 75 peringkat teratas!
Nggak susah kan? Hehehe...
Dikit lagi ya, kita akan kembali dengan Velina dan Daniel
( ˘ ³˘)❤