Sepanjang perjalanan yang dihabiskan Paize hanyalah memandang ke luar jendela mobil. Ia tidak tau kemana ia akan diantarkan, jangankan tau kemana, ia sendiri sudah mulai bosan karena terhitung dari dirinya meninggalkan bandara Incheon tadi sekitar setengah jam dan belum sampai juga. Jangan harap bisa mendapatkan jawaban dari pria di sebelahnya itu, baru saja Pai ingin membuka mulut saja sudah langsung diacuhkan oleh Fadel. Jadi Paize tidak akan membuang-buang energinya untuk itu dan menerima saja.
Setelah beberapa lama akhirnya mobil yang ditumpangi Paize berhenti di sebuah gedung besar yang menjulang tinggi. Sekilas melihatnya, Paize langsung melemparkan pandangannya pada Fadel yang hanya mengangguk, mengisyaratkan untuk Paize mengikutinya.
Paize mengikuti langkah kaki Fadel memasuki gedung pencakar langit itu dan pemikiran pertama yang muncul di kepalanya adalah, 'seberapa kaya dan berkuasanya orang yang akan ia temui?'. Baru kali ini ia mendatangi perusahaan besar seperti ini, ia tidak bodoh, perusahaan yang sedang ia masuki adalah perusahaan besar yang mampu memegang perkembangan industri di seluruh dunia.
"Perhatikan sikapmu dan ajukan pertanyaanmu dengan baik jika ingin mendapatkan jawabannya." kata Fadel saat mereka memasuki elevator yang membawa mereka ke lantai paling atas yaitu lantai 30.
'Aku penasaran, perusahaan sebesar ini apa yang terjadi pada kehidupan para bosnya ya?' serius, begitu terpananya Paize pada perusahaan ini, ia sampai melupakan sejenak keresahan yang ia rasakan dari pertama menginjakkan kakinya di kota Seoul ini. Dan perkataan Fadel itu sukses membuatnya fokus lagi pada tujuan awalnya.
"Ah iya, katakan padaku siapa orangnya? Apakah mereka mengharapkan kedatanganku? Karena aku pikir, jika benar-benar orang tua, mereka pasti akan menyambutku sendiri bukannya oleh orang suruhannya. Orang tua macam apa itu." setelah mungkin beberapa hari ia berpikiran seperti itu dan ditahan, akhirnya ia mengatakan semua yang ia rasakan.
"Sudah saya bilang jika beliau adalah orang penting, lebih penting dari Presiden di negaramu jika boleh saya katakan."
'Bah, jawaban seperti apa itu? Hanya bisa mengarang cerita. Orang seperti apa mereka sampai harus lebih penting dari presiden?' omel Paize dalam hati.
Tidak terasa elevator berhenti di lantai yang dituju dan mereka akhirnya keluar menuju satu-satunya pintu besar yang berada di lantai itu. Paize melihat sekitar dan ia mengerutkan dahi karena pemandangan yang ia dapatkan lebih daripada ekspektasinya. Terhitung 20 orang berpakaian rapi dengan jas yang elegan menjaga di sekitar pintu besar itu dan satu meja berwarna emas yang ditempati oleh perempuan korea yang bisa langsung Paize tebak adalah sekretaris dari orang yang mempunyai ruangan itu.
"Katakan pada Nyonya Besar jika Fadel sudah datang membawa Aliya Paize Samudra." kata Fadel pada perempuan berperawakan kecil itu yang langsung disambut anggukan olehnya sambil menghubungi telepon yang berada di atas meja itu.
"Hei..hei, bagaimana jika mereka tidak suka padaku? Apakah aku masih diberi uang untuk pulang?" tanya Paize yang tidak digubris oleh Fadel.
"Cih, hanya jawab pertanyaan yang mudah saja tak mau. Dasar pelit!" omel Paize dengan pelan tetapi masih bisa didengar oleh orang-orang disekitarnya.
"Masuklah, beliau menunggumu." kata perempuan itu setelah selesai melakukan intercom.
Tidak membuang waktu, Fadel dan Paize langsung berjalan memasuki ruangan itu tanpa pengawal lainnya yang tadi bersama mereka. Dan sontak wajah Paize langsung berubah saat melihat interior ruangan itu. Mulutnya dengan tidak sadar membentuk 'wow' tanpa suara dan juga matanya melotot seakan ingin melompat keluar karena, dude that's so awesome! Interior yang benar-benar bisa dikatakan wah, yang jauh dari ekspektasi Paize diawal. Ia pikir ruang kerja seperti ini hanya ada di cerita-cerita online yang biasa ia baca saja!
Ruangan bernuansa coklat-hitam itu mempunyai interior yang benar-benar keren!
Kagum dan sedikit norak tergambarkan jelas di wajah Paize sampai-sampai Fadel harus menuntunnya menuju sofa yang telah disediakan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Paize untuk menemui 'bos'nya itu di ruangan sebelah.
"Wah, daebak! Gak kebayang ini yang punya ruangan ini betah anjir ada disini. Kalau aing mah gak akan pulang deh." kata Paize dengan sedikit kampungan.
"ANJIR KEREN!!!" Dan sekali lagi Paize dengan noraknya mulai histeris saat melihat di seberang ruangan yang agak tertutup dengan kaca besar tetapi masih bisa ia lihat dengan jelas jika ruangan kecil itu adalah bar dengan berbagai macam jenis minuman yang dipajang di lemari-lemarinya.
"Kau tidak perlu sehisteris itu jika melihat ruangan ini. Bagaimana kehidupanmu yang lalu hingga seperti ini sikapmu."
Teriakan Paize berhenti saat suara seorang perempuan yang menginterupsi dari kekagumannya itu.