14 tahun yang lalu di kota Fru Gar, terjadilah sebuah peristiwa kecil….
Bocah berkulit coklat manis itu sedang bermain di sekitar rumahnya, bersama si gadis bisu. Gerak-geriknya lemah, halus tapi rapuh, meski ia tersenyum lebar. Bocah itu memang sakit-sakitan. Tapi matanya yang berbinar-binar mengikuti geliat tarian yang indah dan lancar dari jari-jemari serta mimik gadis itu.
Ia mendadak berseru, "Ah! Kau lihat tiga ayam di taman kemarin!"
Ekspresi si gadis mendung seketika seperti mega kelam. Mega berpetir.
Bocah itu menggaruk-garuk kepala, meski tidak gatal. Gagal lagi. Tapi antusiasmenya tidak berkurang sedikit jua, "Sekali lagi! Aku tadi masih kurang nyambung!"
Gadis itu mengulangi lagi. Lebih lambat, supaya bocah itu bisa mengikuti.
"Kamu… kemarin malam… makan tiga ayam?! Rakusnya!"
Sebuah sendal melayang dan mendarat di hidung bocah itu! Bocah itu tapi tidak marah. Ia tertawa, sambil mengusap-usap hidungnya.
Selamat datang di Volume II Tanril dengan judul Pangeran dan Empat Musim.
Harap bersabar karena prolognya panjaang. Akan ada perkenalan konsep di bab berikutnya mengenai Sargon, lalu perkenalan tokoh-tokoh baru di Bab berikutnya.