Wander seketika melenting ke depan. Begitu tinggi tapi anehnya begitu lamban, seakan ia mengambang di udara begitu anggun. Semua yang melihatnya bagaikan terhipnotis melihatnya melewati jajaran pasak pelindung serta barikade penahan kuda begitu hebatnya, ampai mendarat seringan bulu.
Wander segera melenggang santai ke arah Gerbang Barat yang perlahan-lahan mulai retak. Sekarang hanya ada ia seorang antara musuh yang berusaha menembus dari luar dan garis pertahanan terakhir di belakangnya. Tidak ada prajurit di atas tembok, demikian juga tangga menuju tembok sudah dirontokkan juga untuk melapis gerbang. Musuh tidak bisa tidak harus melewati gerbang itu.
Beberapa prajurit spontan hendak mengikutinya tapi mendadak mereka terdorong serangkum angin kencang! Mereka tertahan, begitu kaget juga melihat tubuh Wander sesaat bagaikan mengeluarkan asap putih.
"Tetap di belakang pelindung!" Wander berteriak. Segera prajurit yang terpental tadi terbirit-birit kembali ke dalam pos jaga, bagaikan baru bertemu setan.
Wander berteriak lagi, "Jangan memanah selagi aku menahan mereka!"
KRAAAKK! BUMMM! Gerbang itu mengeluarkan suara bagaikan pohon tumbang.
"Awaaaas!"
Sebuah batu raksasa seukuran kerbau melayang menembus gerbang, tepat ke atas kepala Wander! Kalau saja matahari sudah terbit, tentu bayangan batu tadi akan melingkupi sekujur tubuh Wander!
Pemuda itu hanya memutar tongkatnya dan mendadak laju batu itu berubah arah bak mukjizat. Batu itu mendarat dan bergulingan jinak tepat di sampingnya. Wander bersin ketika terkena debu yang mengangkasa.
Pemandangan itu membuat para prajurit di belakangnya tanpa sadar mencubit atau menampar pipi mereka sendiri. Apakah mereka sedang bermimpi? Mereka menatap Wander bagaikan tak percaya. Sekarang, setelah melihat kejadian barusan, siapa yang masih mau menghentikannya?
DUAAARRR!
Dengan suara menggelegar disertai awan debu, akhirnya pintu kayu Gerbang Barat maupun pengganjalnya tak kuat lagi menahan! Gerbang itu tembus sudah!
Bara api, debu, diikuti ribuan suara teriakan perang yang mendirikan bulu roma segera menyerbu masuk! Bak raungan binatang buas dan ombak pasang, gelombang raksasa prajurit Barat, lapar akan kejayaan, haus akan darah, bagaikan gerombolan serigala menyerbu masuk ke dalam, menembakkan panah dan mengacungkan tombak; hanya untuk terhenti mendadak ketika sebuah batu raksasa mendarat tepat di depan mereka bagaikan dentuman meteor!
Momentum serbuan musuh terhenti mendadak saking keras dan kagetnya mereka, tapi segera mereka terpaksa terdorong ke depan oleh dorongan rekan mereka di belakang. Segera api perang menyala kembali dalam dada mereka, dan mereka maju ke depan meski agak lamban.
Seorang penjaga berambut coklat telah menunggu mereka. Dengan sebuah tongkat yang empat-lima kali panjang pemegangnya. Pemuda berjubah panjang itu menutup matanya, sementara tongkatnya bersandar di pundaknya.
[Sahabat Terbaikku…
Aku memanggilmu untuk pertarungan dahsyat ini.
Bantulah aku.]
Tubuhnya perlahan-lahan mengeluarkan asap putih. Suara desingan anak panah nan mematikan mendekatinya, tapi ia tidak goyah. Tongkat atau bou miliknya merobek udara, membentuk pusaran angin, dan segera anak panah berjatuhan tanpa daya di sekitarnya.
Ia merapal dalam hatinya dengan lembut: "Divaya Ruwaligra : Kabut Kelabu."
Ia mendengar suara-suara masa lalu di kepalanya. Suara sang shishou terngiang dalam benaknya.
[Apa itu Khici?
Khici adalah kekuatan Kehidupan.
Kekuatan yang ada di setiap mahluk hidup.]
Ia mendoncang ke depan. Para prajurit juga berlarian ke arahnya. Tombak-tombak terarah dan teriakan perang mereka menusuk-nusuk gendang telinganya bagaikan ia mendekati sarang penuh genderang petir!
[Orang yang bisa menggunakan Khici bisa melakukan hal-hal luar biasa di luar kemampuan mereka orang biasa, sesuai dengan keinginan mereka. Karena ini sebagian orang menganggap Khici sebagai alat mereka… senjata mereka. Tapi kau berbeda, Wuan. Demikian pula, tindakanmu akan berbeda ketimbang mereka yang hanya mengejar kekuatan dan kekuasaan belaka.]
Sebelum lusinan tombak bisa menembus tubuhnya, ia telah melompat! Di matanya, gerakan para prajurit bagaikan gerak lambat. Ia mendarat di ujung tombak seorang prajurit yang sedang menusukkan senjatanya itu, kemudian ia mengayunkan bounya. Ia menghantam seorang di leher, prajurit kedua di dagu, dan yang ketiga, keempat, dan kelima di bahu mereka ketika ia membuat sapuan lebar! Sebelum mereka bisa bereaksi, ia sudah melompat ke tengah kerumunan tentara itu!
[Ingat Wuan, bahwa Khici adalah energi yang berasal dari Kehidupan. Ia tinggal dan tumbuh paling sesuai dalam mereka yang menjaga dan mempercayai kehidupan, bukan kehancuran.]
Suara dan sensasi pukulan yang telak menyambar tubuh lawannya, suara dengung bou begitu cepat, laksana hidup adalah satu-satunya yang ia bisa rasakan saat itu! Di kepalanya bagaikan beberapa buah jendela terbuka sekaligus, menampakkan segenap posisi dan gerakan lawannya, dan tubuhnya bergerak otomatis, bagaikan menari! Ia terus mengayunkan tongkat anehnya itu, menyambar dan menghajar tentara demi tentara sebelum mereka bahkan bisa menyerang balik!
Di tengah terjangan gelombang manusia itu, ia bisa merasakan darahnya mendidih ketika energinya makin bergelora! Lusinan prajurit terhantam, terpental, dan akhirnya gelombang itu buyar ke berbagai arah! Tempat ia berdiri sekarang sudah bersih dari musuh, dari tadinya lautan terjangan manusia!
[Ingatlah bahwa Khici dalam bentuk sesatnya akan menjadi senjata ampuh dan gelap bagi mereka yang percaya pada kekuatan kekejian dan kehancuran. Pada akhirnya, Khici itu hanya akan meracuni penggunanya sendiri, seperti kejahatan dalam hati mereka terus meracuni diri mereka sendiri.
Kau tidak akan membiarkan sahabat terdekatmu jatuh ke dalam nasib yang mengenaskan itu bukan?]
Ia mendengar suara desingan datang dari belakangnya! Teman-temannya menembakkan panah ke prajurit-prajurit musuh! Ia melompat ke belakang sambil memutarkan tongkatnya, menangkis panah-panah dari teman-temannya!
"Jangan tembak! Jangan bunuh!" Teriakannya cukup kencang untuk terdengar di atas lautan teriakan dan jeritan laga!
Beberapa prajurit musuh menerjang ke arahnya, begitu terhanyut dalam nafsu tempur! Ia hanya menghindar ke samping dan menghantam mereka dengan sabetan bou tepat di perut mereka. Ia kemudian melucuti senjata di tangan mereka pada sambaran kedua tongkatnya, sebelum menghantam mereka sampai terbang ke belakang! Semua pukulannya yang terukur itu cukup untuk menembus baju besi mereka, sampai mereka pingsan, tapi tidak terluka dalam.
[Kamu mengerti, Wuan? Khici itu bekerja paling kuat jika bersekutu dengan orang yang memiliki kecintaan dengan kehidupan. Khici akan tumbuh jika kau melindungi kehidupan.]
Para prajurit Fru Gar hanya bisa menatap dengan takjub dan shok. Wander berbalik menghadap mereka, sambil memukuli musuh di belakangnya dengan tepat!
"Kalian tidak dengar?! Jangan panah!"
Durk dan prajurit lainnya tanpa sadar mematuhi seruannya!
Sementara komandan pasukan penyerbu musuh juga tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat! Hanya dalam hitungan detik 50 prajuritnya sudah roboh di tangan seorang pemuda saja! Tidak hanya itu, pemuda yang diselubungi asap aneh ini, juga bisa menangkis hujan panah bahkan dari kawannya sendiri dan berteriak-teriak bagai orang sinting supaya tidak membunuh! Komandan itu segera terbakar oleh rasa amarah tak terkira!
"Bunuh ia! Siapapun yang bisa membunuhnya, kuberi sekarung emas!"
Mendengar hadiah itu, para prajurit berlomba menyerangnya. Prajurit dengan pedang dan perisai, prajurit bertombak, prajurit bertombak mata dua, yang memanah, bahkan dua buah jala penangkap melaju ke arahnya!
Tapi dengan mudah ia bisa menghindari jala itu dan malah balik menyerang mereka!
[Kau ingin melindungi semua orang?
Itu suatu hal yang mustahil dilakukan.]
[Kenapa begitu, Shishou?]
Hawa tenaga di tubuh Wander sekarang menebal ketika awan debu juga ikut berputar di sampingnya! Para prajurit sekarang tidak bisa melihat awan debu dan asap aneh itu, karena kecepatan dan kekuatannya begitu cepat bagaikan setan!
Wander telah menembus barisan sebelah kiri musuh dan bounya kembali memakan korban, membuat prajurit berpentalan ke udara, menabrak rekan-rekan mereka di belakang!
*
Keberuntungan datang
Karena musuh terlalu angkuh
Ingin memperoleh kota
Dengan usaha sesedikit mungkin
Tak menyadari, bahwa ikan dalam kolam
telah melenting menjadi naga
*
Bab ini untuk sementara dimirror juga ke Bab 1 untuk percobaan sneak-peek, puisi dipindah ke belakang.