Download App
7.32% Menikahlah denganku / Chapter 44: Cemburu

Chapter 44: Cemburu

Ada yang berbeda dengan Bian pagi ini, senyum sumringrahnya mengundang orang untuk memperhatikannya. Para karyawan sering membandingkan kondisinya ketika dia masih jalan dengan sekarang. Dulu ketika dia berjalan bersama para karyawan, dia menganggap mereka tak ada. Dia lebih suka memasang wajah datar saat bertemu mereka tapi beberapa hari ini senyum selalu terlihat di bibirnya terutama pagi ini.

Bian berdiri di depan lift khusus untuk para direksi, matanya mengamati Mumut yang tengah berjalan menuju lift karyawan. Mumut tampak berbincang akrab dengan seorang cleaning service laki-laki, Bian melihat laki-laki itu sangat perhatian pada Mumut meski Mumut terlihat menjaga jarak darinya. Hati Bian terasa mendidih saat pintu lift terbuka dan keduanya masuk ke dalamnya bersama beberapa beberapa karyawan yang lain. Dari tatapan lelaki itu Bian tahu kalau lelaki itu menyukai istrinya.

Bian tidak segera masuk meski pintu lift di sebelahnya terbuka, dia masih memandang pintu lift karyawan sampai Randy datang.

"Pagi, Bos." sapanya sambil tersenyum cerah. Randy mengikuti arah pandangan Bian dan senyumnya makin lebar. "Kenapa, Bos?"

"Tadi ada seorang laki-laki yang terlihat akrab dengan Mutiara," desis Bian.

Randy tersenyum kecil melihat mendengar ucapan Bian, mungkinkah Bian mulai menyukai Mumut dan merasa cemburu pada rekan laki-laki Mumut. Pintu lift kembali terbuka Bian dan Randy segera memasukinya.

"Istri Bos cukup akrab dengan banyak orang di sini," Randy langsung bisa menebak arah pembicaraan Bian.

"Tadi ada seorang laki-laki menggunakan seragam cleaning service, cari tahu siapa dia?"" Bian tidak bisa menutupi kecemburuannya, membuat Randy harus menahan senyumnya agar si bos tidak makin sewot. "

Ting! Lift terbuka Bian langsung menuju menuju ruangannya, Randy tertawa kecil, tampaknya gadis kecil itu telah berhasil memalingkan hati Bian dari Ristie dan itu tak butuh waktu lama. Tampaknya Bian mulai jatuh cinta pada gadis itu hingga memerintahkan hal yang sepele begini padanya.

Randy segera berjalan menuju pantry dan menemukan Hari ada di sana bersama Mumut dan Harti. Mumut sedang bersiap untuk mengganti bajunya dengan seragam cleaning service.

"Selamat pagi, Pak!" sapa mereka hampir bersamaan kepada Randy.

"Ada yang bisa di bantu, Pak?" tanya Hari sambil tersenyum.

Randy hanya tersenyum, tatapannya terarah pada Mumut yang hanya tersenyum mengangguk kepadanya menuju ruang ganti. Randy juga melihat Hari yang memperhatikan Mumut dan tersenyum lembut kepada Mumut. Randy langsung bisa menyimpulkan kalau laki-laki yang dimaksud Bian adalah Hari.

"Mutiara, kamu dipanggil Presdir segera!" kata Randy sebelum Mumut memasuki ruang ganti kemudian berlalu begitu saja dari saja dari ruangan itu.

Nada suara Randy yang dingin membuat Hari dan Harti terkejut. Mereka takut Mumut membuat kesalahan karena akhir-akhir ini Mumut sering sekali dipanggil presdir karena kualitas kerjanya yang menurun. Selalu ada hal yang kurang di mata Bian yang membuat Bian komplain. Mereka berprasangka mungkin hal itu disebabkan karena ibu sakit jadi Mumut menjadi kurang konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya sehingga banyak melakukan kesalahan yang membuatnya harus dipanggil Presdir. Harti menjadi semakin cemas saat menyadari Harusnya dia yang ditegur kalau ada anak buahnya yang membuat kesalahan dalam melakukan tugasnya karena dia adalah koordinator office boy dan cleaning service di sini.

Sementara di ruang ganti Mumut tidak tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya mendengar perintah Randy tadi. Semenjak Mumut meminta ijin untuk bekerja setelah mereka menikah hampir tiap hari Bian akan memanggilnya ke ruangannya entah untuk sekedar memberinya ciuman atau bahkan bercinta di sana.

Setelah menikah dengan Bian, Mumut baru tahu kalau Bian orang yang jahil dan juga konyol. Bian suka mengerjai Mumut dan membuatnya tertawa. Sikapnya saat bersama Mumut sangat santai dan tidak seserius yang yang Mumut lihat sebelumnya saat di berada di kantor.

Keluar dari ruang ganti, Mumut segera menuju ruangan Bian setelah menenangkan kedua orang itu. Melewati ruangan sekretaris, Mumut tersenyum dan bertanya pada Sekretaris Bian. Via.

"Pak Presdir Ada, Bu?"

"Ada, baru membahas sesuatu dengan pak Randy. Ada apa?"

"Tadi pak Randy bilang, aku dipanggil pak Presdir,"

"Ada apa?" Via menatap Mumut prihatin, "Ada yang kurang bersih lagi atau ada hal lain yang membuat Pak Presdir tidak puas sama kerja kamu ?"

"Kurang tahu, Bu." Mumut menelan ludahnya, dia takut Via curiga ada hubungan antara Bian dan dirinya.

"Hati-hati, Mut. Akhir-akhir ini pak Presdir sering mengeluhkan kerja kamu," sekretaris Bian memperingatkan Mumut karena Bian sering mengeluh ruangannya masih kotor dan atau kopinya yang belum pas ukurannya dan hal lainnya sehingga Bian akanmenyuruhnya agar menghubungi Mumut untuk datang ruangannya.

"Iya, bu. Terimakasih."

"Entah apa yang terjadi sama kamu tapi sebelum ini kamu selalu menjadi andalan kami. Semangat!" Via menepuk-nepuk punggung Mumut dengan lembut.

Mumut tak tahu harus tersenyum atau terharu mendengar kata-kata Via.

***

AlanyLove

"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C44
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login