Setelah itu, kami diantar hingga ke gerbang perkemahan.
Para pekemah berbaris menurut pondok, ketua pondok membawa lentera besar yang berbeda-beda.
Pak Jack berdiri di depan, memimpin keluarga Lynch.
"Aku harap kalian dapat kembali dengan selamat," ucap Pak Jack. "Kami semua tidak tau apa yang akan kalian hadapi. Tapi, kami yakin bahwa kalian bisa mengatasinya."
"Saya tidak tau batas waktunya," Balvat melangkah maju, mendekatiku. "Tapi, ini pasti misi yang sensitif akan waktu. Saya akan selalu mengirim surat pada kalian, kalau-kalau ada perkembangan."
"Aku mempercayakannya padamu," ucapku.
"Ya, terima kasih atas kepercayaan anda," sahut Blavat.
Kami berempat melangkah keluar lingkup pelindung perkemahan. Kami hanya dapat melihat cahaya kabur dari lentera yang dibawa, bergerak menjauh.
"Jadi kita akan kemana?" tanya Rick. "Jangan bilang kalau kita tidak punya tujuan yang jelas sekarang."
"Kita harus ke selatan," gumamku. "Sampai menemukan wilayah kedengkian."
"Tentang wilayah kedengkian," gumam Avery. "Apakah kedengkian yang dimaksud itu adalah Dosa Besar Envy?"
Aku, Isla, dan Rick memandang Avery yang tampak berpikir keras.
"Bisa saja itu ayahku," gumam Rick. "Ayahku adalah spite, sang Kedengkian."
"Tapi, wilayah Spite adalah wilayah Envy juga," sahut Avery.
"Kenapa begitu?" tanya Isla.
"Karena kedengkian adalah perwujudan dari Iri hati," jelas Avery. "Dosa besar adalah dasar dari segala dosa, mereka yang menimbulkan dosa-dosa kecil dan menengah."
"Kalau begitu, apa bedanya dosa kecil dan menangah?" tanyaku. "Toh, mereka bukan dasar nya."
"Perbedaannya adalah kekuatan," jawab Avery.
Aku mengangguk. Sebenarnya, aku sudah diajari di sekolah. Tapi, asyik juga mendengar lagi soal itu.
Kami berjalan melintasi jalanan kota yang gelap gulita.
"Aku ingin sekali bergelung di ranjangku," ujar Avery. "Aku juga butuh istirahat."
"Mungkin anak Diligence belum tidur," kekeh Isla. "Mereka mungkin masih sibuk di bengkel penempaan senjata mereka. Mereka kan Workaholic."
"Tapi, mereka tetap butuh istirahat," ujarku.
"Diligence dan Chastity yang paling tidak suka dengan para dosa, kan?" Isla menoleh.
Avery mengangguk singkat.
"Tapi, anak Diligence..." gumam Isla.
"Anak kebajika tidak wajid jadi Saint," potongku. "Tergantung diri mereka sendiri, kan?"
"Tch!" decih Avery. "Kukira Allen anak yang baik. Dia selalu ramah kepada semua orang, apa itu hanya topeng?"
"Udah dong," keluh Rick. "Kita jadi kayak ibu-ibu tetanggaku yang suka ngegosip kalo lagi belanja."
Kami tertawa dan berjalan.
Setidaknya kami belum menemukan bahaya... belum... bukan tidak...