Rheinalth menemukan lelaki yang bersembunyi di dalam tembok itu.
"Sudahlah, keluarlah." Kata Rheinalth.
"Coba saja! Hihihihi!" Tawa lelaki itu.
Rheinalth menerjang ke arah lelaki itu. Tetapi, saat Rheinalth sampai, lelaki itu berpindah ke atas, sehingga Rheinalth menabrak tembok.
"Freeze!" Teriak Rheinalt.
Tembok itu Rheinalth bekukan. Lelaki itu memindah lagi, sehingga es milik Rheinalth hancur.
"Tch.." keluh Rheinalth.
Lelaki itu tertawa. Ia terus menerus berpindah.
"Boom!" Teriak lelaki itu.
Rheinalth segera melihat ke belakangnya, rupanya sebuah gunungan tanah yang kuat sudah berada di depan mukanya. Rheinalth tidak sempat menahannya, ia terhantam mukanya dengan sangat kuat. Saat Rheinalth mundur sedikit ke belakang karena ia kehilangan keseimbangan, gunungan-gunungan tanah lainnya muncul di belakang Rheinalth dan menghantam punggung Rheinalth.
Rheinalth dihantam berulang-ulang dari depan dan belakang.
"Hantamannya cukup kuat!" Pikir Rheinalth.
"Frozen soul!" Kata Rheinalth.
Tubuh Rheinalth diselimuti oleh es, tetapi dengan mudah es itu dihancurkan oleh lelaki itu.
Rheinalth dihantam berulang-ulang lagi.
Akhirnya, setelah hantaman terakhir, sebuah lubang muncul di bawah tubuh Rheinalth. Rheinalth terjatuh.
Rheinalth membuat sebuah penopang di dinding lubang itu agar ia tidak terjatuh. Ia berhasil bertahan.
Rheinalth melihat ke bawah,
"Lobang ini dalam.." pikir Rheinalth.
Rheinalth berusaha untuk memanjat ke atas, tetapi sebuah gunungan tanah menghantamnya dari atas dengan kuat. Rheinalth terjatuh ke dalam lubang itu.
Rheinalth sudah tak sadar diri.
.
.
.
.
.
.
.
"Kakak! Kakak! Duuuh! Kakak! Bangun!"
.
.
.
.
.
.
Rheinalth terkejut. Ia segera membuat penopang lagi dari esnya. Ia melihat ke bawah, rupanya duri-duri tanah yang tajam sudah disiapkan.
"Frozen lake!" Kata Rheinalth.
Air memenuhi duri-duri itu, lalu Rheinalth membekukannya, jadi duri-duri itu aman.
Rheinalth menapakkan kakinya di atas danau beku kecilnya itu, lalu Rheinalth melihat ke atas, rupanya gunungan tanah siap menjatuhi tubuh Rheinalth.
"Frozen!" Kata Rheinalth.
Di atas Rheinalth, tercipta seperti kubah es yang besar. Tetapi gunungan itu cukup kuat untuk menghancurkannya.
"Aduh-" pikir Rheinalth.
Rheinalth terhantam lagi, tetapi untungnya dia sudah membekukan duri-duri yang sudah digenanginya dengan air, jadi ia sedikit lebih aman.
Rheinalth terluka.
.
.
.
"Meskipun duri-duri ini sudah kugenangi dengan air hingga penuh dan sudah kubekukan, tetap saja... beberapa bagian es retak dan melukai diriku..." pikir Rheinalth.
Rheinalth berusaha untuk berdiri, tetapi gunungan tanah itu menindihnya dengan kuat.
Rheinalth mencoba untuk mengangkat tubuhnya, tetapi rasanya berat sekali.
"Bagaimana ini..." pikir Rheinalth.
Rheinalth memejamkan kedua matanya.
.
.
.
.
.
.
"Kakak! Duuuh... malah tidur lagi?"
"Kakak... kakak..."
"....."
"Kakak.. kalau kakak tidak bangun, pacar kakak nanti mati!"
"Pacarku? Siapa?" Tanya Rheinalth di dalam pikirannya.
"Fuuuh! Sok tidak tahu! Itu lho, yang sering datang ke rumah kita! Sejak kakak SD sampai sekarang!"
"Siapa?" Tanya Rheinalth.
"Duuuh kakak! Jangan sok lupa dong! Yang rambutnya berwarna putih."
.
.
.
.
.
.
.
"Hihihi.. seharusnya dia sudah mati di sana.. tetapi aku ingin menindih tubuhnya dengan gunungan tanah lainnya!" Kata lelaki itu sambil tertawa.
Lelaki itu menciptakan gunungan tanah lain.
.
.
.
.
.
.
"Rambut putih siapa?" Tanya Rheinalth.
"Yang rambutnya pendek, dia cantik, baik, anggun, tetapi saat SD dia liar."
"Ah.. Ermin.." jawab Rheinalth.
"Benar kakak! Dia bisa di dalam bahaya lho!"
"Tidak mungkin... Ermin orang yang kuat... terkuat di kelas kita dalam bidang sihir.." kata Rheinalth.
".. bukan itu."
"Terus apa... jangan menghantui pikiranku dong." Kata Rheinalth.
"Jika kakak tidak bangun, pacar kakak akan mati. Karena mengetahui kakak tidak bisa bangun lagi, pacar kakak akan sedih dan mati. Mati yang kumaksud adalah mati perasaannya. Atau bisa juga mati dalam hal-hal lainnya."
"... begitu.." jawab Rheinalth.
.
.
"Kakak kan memiliki sihir Weaponly elemental prince, yang bisa menggunakan semua jenis senjata dari weaponly elemental... masakah kakak lupa?"
"Tidak.. aku tidak lupa." Jawab Rheinalth.
"Baiklah, kalau begitu, berdiri! Berdiri!"
.
.
.
.
.
.
.
Tubuh Rheinalth mulai memancarkan cahaya, udara dingin muncul.
Pakaian Rheinalth berubah menjadi pakaian yang sangat indah, layaknya pangeran.
Rheinalth memegang gunungan tanah itu.
"Freeze!" Kata Rheinalth.
Gunungan tanah itu membeku, es itu merambat hingga ke puncaknya.
"Destroying freeze." Kata Rheinalth.
Es-es yang merambat pada gunungan tanah itu mulai retak, lalu menghancurkan diri bersama dengan gunungan tanah itu.
Gunungan tanah itu akhirnya hancur. Rheinalth berdiri dengan kedua kakinya.
Rupanya ada gunungan lain yang diluncurkan oleh lelaki itu. Rheinalth menahannya dengan tangan kanannya,
"Destroying freeze." Katanya lagi.
Es-es merambat lagi, lalu menghancurkan diri lagi bersama dengan gunungan tanah itu.
Rheinalth menyilangkan kedua tangannya. Dari sekeliling telapak kakinya, muncul permukaan es yang kecil dan sedikit tipis. Lalu dari telapak kakinya, air mulai memenuhi lubang itu, lalu membiarkan tubuh Rheinalth naik ke permukaan dengan cepat.
.
.
Lelaki itu tersenyum,
"Hm.. menarik." Kata lelaki itu.