Akhirnya sekolah pun selesai. Murid-murid berjalan pulang ke asrama.
"Karen, kau sangat hebat!" Kata Kurosa terkagum-kagum.
"Karen, sihir macam apa itu? Aku belum pernah melihatnya. Dan kamu juga tidak pernah memberitahukan sihirmu padaku." Kata Yukina.
Karen hanya terdiam.
"Aku juga tidak tahu dengan sihirku." Kata Karen.
Mereka pun terdiam.
"Benar juga, sekali berkedip, semuanya sudah hancur." Kata Kurosa.
"Bagaimana jika kita bertanya pada Denzel agar dia bisa menyelidiki sihir Karen?" Tanya Yukina.
"Benar juga!" Kata Kurosa.
Mereka sampai di asrama. Yukina, Kurosa, dan Karen segera mencari Denzel.
Mereka pun mendatangi Denzel di kamarnya.
"Ada apa?" Tanya Denzel.
"Kami ingin mengetahui sihir Karen." Kata Yukina dingin.
"Kalau begitu.. cobalah berdiri di sana." Kata Denzel sambil menunjuk pada tembok.
Karen berdiri di tempat yang ditunjuk oleh Denzel.
"Technology magic : hologram scanner." Kata Denzel sambil mengarahkan kedua tangannya ke arah Karen berdiri.
Sebuah hologram muncul di depan tangannya. Hologram itu mulai menge-scan Karen.
Sebuah hologran lain muncul. Hologram itu bertuliskan :
Nama : Karen
Jenis kelamin : perempuan
Jenis sihir : tak diketahui
"Sihirnya tidak diketahui." Kata Denzel.
"Berarti sihir ini belum pernah ada?" Tanya Kurosa.
Denzel mengangguk.
"Benar. Dari anatara keluarga Karen tidak ada yang memiliki sihir, baik kakeknya, neneknya, bibinya , pamannya, semuanya tidak memiliki sihir, kecuali dia seorang." Kata Denzel sambil membuat sebuah hologram kecil yang berisikan keluarga Karen.
"Tapi aku hanya bisa begini." Kata Denzel sambil menyentuh hologram biodata kecil milik Karen. Ia menyentuh tulisan 'jenis sihir : tak diketahui'. Dari sentuhan itu, sebuah hologram muncul lagi.
"Hologramnya banyak sekali.. aku pusing.." keluh Kurosa.
Dari hologram yang baru muncul itu bertuliskan :
Sihir bisa menebas lawan, dan jika lawan tertebas, maka lawan akan mendapatkan luka-luka yang sangat parah. Jika tebasan terkena pada suatu benda, maka benda akan hancur berkeping-keping tanpa sisa. Sihir ini tidak memiliki jurus. Sihir ini menguras stamina sesuai dengan pemakaian dan bergantung pada besarnya sebuah target yang akan dirusak.
"Hebat juga." Kata Denzel.
"Woaah! Benar-benar sihir yang tidak diketahui!" Kejut Kurosa.
"Begitu ya.." kata Karen.
"Berarti, jika di dalam pikiranmu kamu sudah menarget sesuatu, maka sihir ini akan langsung bekerja. Tidak akan bisa diprediksi dengan mudah segala seranganmu." Kata Denzel.
"Keren! Aku juga ingin diperiksa, Denzel!" Kata Kurosa.
"Tetapi kamu sudah mengetahui sihirmu kan?" Jawab Denzel.
"Benar juga.." kata Kurosa.
"Aku tidak mau membuang staminaku terlalu banyak, jadi.." kata Denzel. Kurosa segera memahaminya.
"Bagaimana jika Yukina? Yukina! Yukina!!" Kata Kurosa dengan semangat sambil menarik Yukina.
Denzel pun berpikir sejenak.
"Baiklah... ini mungkin akan mempermudah dia untuk mengendalikan kekuatannya." Kata Denzel.
Yukina berdiri di dekat tembok itu. Denzel mulai menge-scan Yukina.
Sebuah hologram muncul, hologram itu bertuliskan :
Nama : Yukina
Jenis kelamin : perempuan
Jenis sihir : weapon elemental 4 wind swords
"Wind sword? Bukannya dahulu adalah windy blade?" Pikir Denzel.
"Bukannya seharusnya windy blade?" Tanya Yukina.
Denzel berpikir dengan keras.
"Mungkin kau berevolusi." Kata Denzel.
"Berevolusi?" Kejut Kurosa.
"Ya, hanya itu kemungkinan besarnya." Kata Denzel.
"Coba kulihat." Kata Denzel sambil menyentuh hologram itu. Ia menyentuh di atas tulisan 'jenis sihir : weapon elemental 4 wind swords'. Sebuah hologram muncul, tetapi penjelasannya tidak begitu jelas.
Di hologram itu tertulis :
1. Pedang dari suatu daerah Afrika.
Dan di situ muncul sebuah gambar. Gambar pedang itu. Gambar itu samar-samar.
2. Pedang seorang kesatria langit.
Dan di situ juga muncul sebuah gambar. Gambar pedang dengan penangkalnya yang berbentuk sayap.
3. Pedang dari Jepang.
Dan di situ juga muncul sebuah gambar pedang Jepang.
4. Pedang seorang kesatria gagah dari Eropa.
Dan di situ muncul sebuah gambar pedang kesatria yang besar dan terlihat sangat indah dan kuat.
"Yukina? Kau mencuri pedang?" Tanya Karen polos.
"Sejak kapan aku mencuri?" Tanya Yukina.
"Tidak... ini memang sihirmu. Aku salah saat pertama kali bertemu denganmu. Kukira sihirmu hanyalah sebuah 'weapon elemental windy blade', ternyata lebih dari itu." Kata Denzel.
"Huh.. Denzel lebih teliti dong.." kata Kurosa.
"Tetapi jika kita lihat setiap gambarnya, semuanya itu terlihat samar-samar. Hanya seperti sketsa. Pasti kamu belum pernah menggunakan satupun dari pedang itu kan?" Kata Denzel.
"Benar." Kata Yukina.
"Apakah ke-4 pedang ini bergerak tanpa perintahmu?" Tanya Denzel.
"Aku tidak pernah memerintah mereka." Kata Yukina.
"Dan itulah yang belum bisa kau kendalikan, ke-4 pedang ini.. aku yakin, jika kau sudah pernah menggunakan salah satunya, pasti gambarnya tidak akan samar-samar seperti ini." Kata Denzel.
"Dan juga.." lanjutnya.
Denzel menyentuh salah satu gambar, dan sebuah hologram lain muncul, dengan tulisan :
Data ini belum diketahui
"Jika seperti ini, berarti sama sekali kau juga tidak pernah menggunakannya." Kata Denzel.
"Kita tidak bisa mengetahui keunikannya karena Yukina belum pernah menggunakannya? Aah.. sayang sekali.." keluh Kurosa.
"Baiklah, sudah cukup. Kalian boleh kembali pada kamar kalian." Kata Denzel.
"Baik. Jangan lupa latihan, Denzel!" Kata Kurosa.
"Haah.. baiklah.." kata Denzel.