"Hah? Kenapa ini?" tanya Junko kesal.
Lalu sebuah suara misterius menjawab pertanyaan Junko,
"Aku telah mengacak tempat kalian semua, agar bisa menemukan sang ratu."
"Hanya demi menemukan sang ratu kamu harus bekerja sekeras ini? Padahal tadi aku melihat ada seorang laki yang bisa melawanku, dan kau mengacaukannya, Mira." jawab Junko dengan kesal.
"Maaf, Junko. Aku sudah berusaha."
"Huh dasar." jawab Junko kesal.
"Sekarang aku harus apa ya?" tanya Junko.
Senyum kejam pun muncul dari muka Junko.
Sambil mengeluarkan pisau dari kantongnya, sambil tertawa kejam ia pun berkata,
"Bagaimana jika aku mencari korban saja?"
"Me-mengerikan.." kata Denzel dalam hati.
Denzel pun ketakutan jika Junko menemukannya, karena dia saat ini sedang bersembunyi di balik dinding.
Junko tersenyum,
"Sepertinya ada makhluk yang berdarah di sekitar sini.." kata Junko.
"Apakah dia menyadariku?" kata Denzel dalam hati.
"Aduh, ada apa ini?" kata Ardolph.
"Lagian aku dimana?" tanyanya dalam hati.
Ia berjalan ke sana kemari untuk mencari tahu lokasinya saat ini.
"Tempat macam apa ini?" tanya Ardolph kebingungan.
"Aduh.. teman-teman dimana ya?" tanya Kurosa sambil berjalan mencari teman-temannya.
"Apa yang terjadi ya barusan? Perasaan daritadi aku hanya berbincang dengan Ardolph. Sekarang, dia dimana?" tanya Kurosa.
Kurosa pun berpikir, lalu ia menembamkan kedua pipinya,
"Jangan-jangan dia pergi meninggalkan aku." kata Kurosa kesal.
"Ada apa ini?" tanya Nera dalam hati.
"Jangan-jangan aku terpisah dari yang lainnya?" pikirnya.
"Jika demikian, berarti ini gawat." kata Nera dalam hati.
"Aku harus segera mencari teman-teman." kata Nera sambil berjalan mencari teman-temannya.
"Apa yang harus aku lakukan? Tidak ada satupun benda yang bisa kupakai dengan sihirku disini." pikir Denzel.
"Aku tahu kamu bersembunyi di sana.. keluarlah.. ayo.." bujuk Junko kejam.
"Aku harus apa?" tanya Denzel dalam hatinya.
"Hahaha.. ketemu kau!" kata Junko.
"Astaga! Dia menemukanku!" kejut Denzel.
Tetapi, Denzel tidak melihat Junko berada di sampingnya, ataupun di depannya, ataupun dibelakangnya.
"Dia tidak ada. Siapa yang ia temukan?" pikir Denzel.
Denzel melihat ke belakangnya. Junko sedang memandangi seekor tikus kecil yang sedang memakan sebuah roti yang tercecer.
"Tikus ini sangatlah manis... tetapi sayangnya.. Hidupnya tidak akan panjang lagi... fufufufu.." kata Junko dengan kejam.
Dengan sihirnya, Junko mengeluarkan darah tikus itu dari dalam tubuh tikus itu. Tikus itu pun mati. Sambil tertawa kejam ia menyerap darah tikus itu.
"K-Kejamnya.." pikir Denzel.
"Aku masih mencium bau darah yang mengalir di dalam tubuh seorang yang lain.. aku akan mencari orang itu.. semoga dia membuatku senang.. fufufufu..." kata Junko sambil mengayunkan pisaunya.
"Dia ini siapa? Mengapa dia bisa menjadi sekejam ini?" pikir Denzel.
"Mungkin aku harus menyelidiki seberapa kuatnya dia ini dengan sihirku.."
"Bukan.. tidak.. terlalu berisiko, mungkin dia bisa mengetahui keberadaanku.."
Denzel pun berpikir keras.
"Yang aku tahu selama ini hanyalah dia ini kejam dan sihirnya adalah darah." pikir Denzel.
"Aku harus apa?" tanya Denzel.