Ekspresi Han Jingnian bahkan lebih dingin, dan helaan napasnya terdengar lebih mencekam.
Pelayan itu merasa kalau mansion yang biasanya terlihat mewah dan menakjubkan, sekarang terlihat seperti neraka dunia.
Namun, aneh jika mengatakan kalau Tuan Han tidak suka dekat dengan siapapun. Di wajahnya yang terlihat dingin dan begitu tidak peduli dengan orang lain, Tuan Han tidak pernah sekali pun benar-benar memerhatikan orang lain. Namun, dari seluruh keluarga Han, orang yang dia takuti dan bisa membuat suasana hatinya menjadi sedikit lebih baik hanya neneknya.
Tetapi Tuan Han hari ini … Entah apa yang sudah terjadi hingga membuatnya begitu menakutkan?
Ketika pelayan itu bingung harus berbuat apalagi, tiba-tiba Han Jingnian kembali berkata, "Telepon lagi!"
Setelah pelayan menelepon, dia melapor, "Tuan muda berkata beliau akan pergi ke tempat relaksasi kaki, setelah itu pergi makan malam. Kemudian lihat nanti, apakah tuan muda akan pulang ke rumah."
"Telepon lagi!"
"Tuan muda tidak mengangkat telepon."
"Telepon dia sampai teleponnya diangkat!"
"Tuan muda, beliau..."
Han Jingnian melihat wajah bodoh pelayan itu. Sehingga dengan tidak sabar dia bertanya, "Dia kenapa?"
"Tuan muda, beliau … beliau ... memblokir nomor telepon rumah." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pelayan itu merasa ada angin dingin bertiup di wajahnya. Dia sangat ketakutan lantas bergegas ke kamar mandi dan mengunci pintu.
Semua pelayan bersembunyi dan ketakutan hingga gemetaran.
Namun, ketika semua orang berpikir Han Jingnian akan merusak seluruh barang-barang di rumah, mereka samar-samar mendengar suara Han Jingnian.
Nada bicaranya sangat dingin.
Pelayan itu cukup berani untuk membuka pintu dan diam-diam melihatnya.
Han Jingnian yang sebelumnya duduk di ruang makan, entah sejak kapan sudah berdiri di depan jendela ruang tamu dan menatap ke langit-langit sambil memegang ponselnya dengan satu tangan, lantas bicara dengan Han Zhijin. "Jam berapa sekarang? Kenapa belum pulang?
"Sebelum ini aku tidak pernah mengingatkanmu untuk pulang? Kenapa hari ini aku mendesakmu untuk pulang? Tidak ada apa-apa. Han Zhijin, aku tidak punya waktu untuk bicara omong kosong denganmu. Jika kau tidak ingin ibumu tahu kalau hari Jumat ini kau sudah tiga hari tidur di luar, turuti perintahku atau pulang ke rumah dan pergi menatap dinding selama 12 jam!"
Pelayan itu tidak tahu apa yang Han Zhijin katakan di seberang telepon. Han Jingnian tidak berkata lagi, ekspresinya menunjukkan kepuasan dan mengembalikan ponsel ke dalam sakunya.
Seluruh suasana mansion kembali damai.
Han Jingnian masih berdiri di tempat yang sama. Dia memandang bunga-bunga yang mekar di taman di luar jendela. Tatapan matanya berubah sedikit suram.
Saat berada di Golden Splendor seorang wanita bertanya padanya, apa dia mengenal dirinya atau tidak. Dia mengatakan kalau tidak mengenalnya. Dia tidak menolak saat dikenalkan dengan pria lain untuk kencan buta oleh seorang wanita yang tinggal di gedung yang sama. Saat di tempat istirahat kantor, seseorang mengetuk pintu, dan wanita itu segera bersembunyi supaya orang lain tidak melihatnya berada dekat dengannya. Wanita itu dan Han Zhijin memiliki janji untuk makan malam bersama. Han Zhijin bertanya apa dia perlu mengajak Han Jingnian, namun wanita itu tanpa ragu menolak usulan Han Zhijin.
Apa yang terjadi padanya? Kenapa ... Han Jingnian tiba-tiba peduli dengan hal-hal sepele yang biasanya dia abaikan.
Tidak lama kemudian, lampu yang menyilaukan menyorot dari arah depan pintu
Setelah mobil masuk ke halaman dan berhenti, Han Jingnian melihat Han Zhijing keluar dari kursi pengemudi. Baru setelahnya Han Jingnian berbalik dan masuk ke dalam lift untuk pergi ke tempat parkir bawah tanah mansion dan mengendarai mobilnya keluar.
Sesampainya di rumah, dia membuka pintu dan melihat ruangan apartemen yang begitu gelap.
Han Jingnian mengambil setengah langkah mundur karena tidak nyaman akan kegelapan, kemudian menyalakan lampu ruangan menggunakan cahaya dari koridor.
Ketika Han Jingnian membungkuk untuk melepas sepatunya, dia tiba-tiba berpikir kalau setelah menikah dia memang jarang pulang. Tetapi setiap kali pulang, lampu di pintu selalu menyala ... Rasanya seperti Xia Wanan sengaja menyalakan untuknya ...
Han Jingnian mendongak, menatap lampu itu selama beberapa saat, lalu melepas sepatu dan melangkah ke dalam rumah.
Setelah mengedarkan pandangan, seluruh ruang tamu terlihat kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Han Jingnian tidak terlalu lama berada di ruang tamu. Dia langsung menuju ke kamar tidur dan membuka pintunya. Namun yang menyambutnya hanyalah ruangan gelap. Han Jingnian lantas menyalakan lampu dan melihat sekeliling kamar. Dia melihat kalau kasur selebar dua meter itu bersih dan rapi, lalu ada bantal sofa yang jatuh ke lantai, ditambah gelas berisi kopi yang tersisa setengah masih berada di atas meja, dan jendela di balkon setengah terbuka ... Semua ini adalah keadaan kamar sejak dia pergi sore tadi.
Han Jingnian mengusap alisnya sejenak. Dia pergi ke kamar mandi, lalu pergi ke ruang ganti, kembali ke kamar tidur lagi, ruang membaca, ruang makan, dan dapur ... Setelah dia berjalan mengitari seluruh ruangan apartemen yang berukuran lebih dari 300 meter, dia sadar kalau wanita itu belum pulang.
Tapi ... Han Zhijin sudah pulang. Bagaimana bisa wanita itu belum pulang? Apa terjadi sesuatu di jalan?
Han Jingnian membuka lemari es dan melihat deretan minuman yakult disana.
Ini … minuman apa? Apa wanita itu biasanya minum minuman ini?
Han Jingnian tertegun sejenak. Dia mengambil sebotol yakult dan membuka segelnya perlahan, lalu duduk di sofa ruang tamu sambil minum, menunggu Xia Wanan dengan sabar.
Han Jingnian hampir menghabiskan seluruh isi yakult, tapi dia masih tidak melihat tanda-tanda kalau pintu apartemen dibuka.
Dia menatap pintu sebentar, lalu pergi ke ruang makan dan mengambil satu pak yakult.
Ketika Han Jingnian sudah menghabiskan satu pak yakult, Xia Wanan masih belum juga pulang. Dia menoleh melihat jam dinding yang menunjukkan sudah hampir pukul dua pagi.
Han Jingnian memasang wajah masam. Setelah duduk di ruang tamu sebentar, dia akhirnya memutuskan mengeluarkan ponselnya.
Han Jingnian melihat-lihat kontak yang berada di ponselnya, lalu menemukan nomor kontak Xia Wanan tak lama setelahnya. Dia menatap layar ponsel tersebut selama beberapa saat, namun akhirnya Han Jingnian memutuskan menekan nomor Han Zhijin dan meneleponnya.
Ketika teleponnya tersambung, terdengar suara Han Zhijin yang lemah, "Paman, apa kau menelepon untuk memeriksa aku menghadap dinding atau tidak? Aku sekarang sedang menatap dinding, jika kau tidak percaya kau bisa menelepon dengan panggilan video."
"Di mana wanita itu?" Han Jingnian mengabaikan Han Zhijin dan bertanya dengan tegas.
"Siapa?" Han Zhijin bertanya bingung.
"Menurutmu?" balas Han Jingnian dengan nada dingin.
Han Zhijin sedikit takut mendengarnya. "Paman, jika kau tidak mengatakan dengan jelas, lalu aku harus menjawab bagaimana? Jika kau memberitahuku secara langsung, aku juga akan langsung memberikan jawabannya padamu."
Han Jingnian memotong kalimat Han Zhijin dengan tidak sabar, "Han Zhijin, di mana wanita itu? Kau sudah pulang tapi kenapa wanita itu belum pulang sampai sekarang?"
"Apa yang kau maksud adalah bibi?" Han Zhijin malah balik bertanya, "Bibi hari ini tidak pulang ke apartemen. Apa dia tidak memberitahumu?"
Satu kalimat itu saja langsung membuat ekspresi Han Jingnian berubah sangat menakutkan.
Han Zhijin di seberang telepon sama sekali tidak bisa melihat ekspresi menakutkan Han Jingnian. Han Zhijin kembali melanjutkan, meski Han Jingnian tidak bertanya lebih jauh, "Bibi bersama teman-temannya. Apa kau mengenal teman-temannya? Bibi akan tinggal bersama teman-temannya malam ini karena mereka membeli banyak bir. Kata bibi, malam ini dia ingin menjadi peminum terbaik di Beijing."
"..." Han Jingnian hanya diam.
Han Zhijin kembali berkata, "Paman, apa ada masalah lain? Jika tidak, aku akan mengatakan padamu kalau dinding di depanku berkata kau sudah sedikit mengurangi waktuku menatapnya—"
"Dua puluh jam!"
Tanpa menunggu Han Zhijin menyelesaikan kalimatnya, Han Jingnian dengan wajah menahan amarah menambahkan hukuman pada Han Zhijin dan langsung menutup telepon.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT