Download App
66.66% - Orange - / Chapter 2: Chapter 2

Chapter 2: Chapter 2

Seorang pria yang usianya seumuran dengan Andrew, sekitaran 28 tahun tengah duduk di sebuah kursi yang bentuknya seperti singgasana. Di atas meja nya ada banyak sekali tumpukan kertas dan lantai di sekitarnya di penuhi kertas yang berserakan.

"Jun ini adik ku" Tegur Andrew kepada pria itu.

Pria yang bernama Jun itu ada seorang pemimpin dari perusahaan fashion terkemuka dengan merek Ideal Fashion dan kertas-kertas yang berserakan itu adalah desain pakaian dan aksesoris dari para desainer yang ia tolak.

"Jadi ini ya calon istri ku?" Tanya Jun dingin.

"Apa? Calon istri? tidak tidak aku di sini hanya di bawa untuk urusan perjodohan palsu saja." Sanggah Rachel dengan cepat sebelum Andrew bisa merespon pertanyaan dari Jun.

Jun menghela napas kemudian bangkit dari tempat duduknya. Ia mendekati dan memperhatika Rachel kemudian tersenyum penuh hina di tepat di depan wajah Rachel. Andrew sendiri hanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu sembari menunggu temannya itu beraksi.

"Ya, aku sudah ingat kau itu anak selingkuhan dari pemimpin kedua perusahaan Carter itu kan? Ya ampun menyedihkan sekali." Ejek Jun.

"Aku pikir walaupun anak selingkuhan kau itu sangat cantik tapi setelah ku pikir-pikir mungkin kita batalkan saja pernikahan ini." Sambungnya.

Rachel bernafas lega mendengar bahwa pernikahan yang ia anggap perjodohan palsu itu akan di batalkan. Namun, ia tidak dapat menahan amarahnya ketika ada seseorang yang menghinanya dan orang itu tidak ia kenal sama sekali.

"Permisi pak tapi aku bukan anak selingkuhan terserah saja bapak mau membatalkan hal itu atau tidak bukan urusan ku tapi jangan menghina ku dan ibu ku seperti itu." Ujar Rachel dengan nada bicara yang penuh rasa kesal.

"Wah wah... kalau bukan anak selingkuhan lalu apa? anak haram? Oh iya aku sendiri baru ingat kalau ibu mu itu hamil di luar nikah setelah menggoda ayah mu itu." Ujar Jun.

PLAKK!!

Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi Jun. Dengan marah dan terhina, Rachel menampar bos dari perusahaan terkemuka yang menjadi kolega bisnis perusahaan keluarganya. Andrew sama sekali tidak kaget karena ini bukan kali pertama teman baik nya itu di tampar seorang wanita.

"Aku katakan sekali lagi jangan menghina ku dan ibu ku atau kau akan rasakan akibatnya." Ujar Rachel dengan nada bicara mengancam.

Jun tersenyum kemudian menarik tangan Rachel agar lebih dekat dengannya. Ia dekat kan wajahnya ke wajah Rachel hingga berjarak kurang dari 5cm.

"Jangan sembarangan mengancam ku karena akibatnya akan sangat besar." Ancam Jun dengan dingin.

Andrew bangkit dari sofa kemudian mendekati kedua manusia yang sedang bertengkar itu. Andrew menarik tangan Rachel dan membuatnya menjauh dari Jun.

"Hey Andrew! gadis itu tinggalkan ia bersama dan perusahaan mu akan ku berikan hak penjualan untuk desain selanjutnya." Tegur Jun.

"Tapi ini sudah waktunya anak ini untuk pulang kau tahu sendiri kan bagaimana ibu ku?" Sanggah Andrew dengan malas.

"Dia itu calon istri ku." Ujar Jun singkat.

"Bukannya kau sudah menolaknya kawan? Tidak sedikit wanita yang kau tolak dengan cara seperti tadi." Ujar Andrew dengan senyuman licik yang terlukis di wajah tampannya itu.

"Sepertinya aku berubah pikiran." Balas Jun sembari mengeluarkan senyuman yang sama seperti Andrew.

"Wah cepat sekali." Ujar Andrew dengan nada menghina dan hanya di balas dengan senyuman oleh Jun.

"Baiklah bawa anak ini tapi kembalikan ke rumah ku kalau sudah jam 8 malam, aku pergi dulu." Ucap Andrew sebelum meninggalkan Rachel yang kebingungan dengan situasi itu sendirian.

"Sekarang ikut aku." Ucap Jun lalu menggenggam tangan Rachel dan membawanya pergi dari tempatnya menyelesksi desain.

Rachel berusaha melepaskan genggaman tangan Jun namun hasilnya nihil karena Jun malah mempererat genggamannya hingga pergelangan tangan Rachel terasa sakit.

"Kau mau membawa ku kemana?" Tanya Rachel sembari menahan rasa sakit oada pergelangan tangannya.

"ke pelaminan" Jawab Jun singkat.

Rachel akhirnya berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Jun. Jun yang terkejut kemudian berbalik dan menatap wajah Rachel.

"Sudah cukup main-main nya." Ucap Rachel sembari menahan emosi.

"Tapi aku tidak main-main aku akan menikahi mu apa kau keberatan?" Tanya Jun dengan datar dingin.

"Ya aku keberatan, aku akan pergi dari tempat ini!" Ucap Rachel.

"Ya sudah pergi saja tapi jangan salahkan aku jika hidup mu menderita." Ancam Jun.

Rachel mendengus kesal kemudian keluar dari gedung itu dengan tergesa-gesa. Ia mengangkat ujung gaunnya yang terseret di tanah untuk memudahkannya menuruni tangga. Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya hari itu. Sepatu hak tinggi yang di pakai Rachel tidak sengaja menginjak ujung gaun yang tidak sepenuhya terangkat sehingga ia terjatuh dari anak tangga yang jumlahnya lumayan banyak itu namun untung saja ada tangan seseorang yang menahan tubuh nya.

Rachel menghela napas lega kemudian menoleh ke arah seseorang yang menolongnya itu dan ternyata ada seorang pria. Rachel terpukau dengan wajahnya yang tampan dan senyum ramah yang terlukis di wajah tampannya itu. Rachel tidak sadar bahwa ia jatuh dan terpesona dengan pria itu walaupun baru pertama kali bertemu.

"Nona? Nona baik-baik saja?" Tegur pria itu.

Rachel hanya memandangi wajah si pria itu dan menghela napas dengan bahagia. Pria itu kebingungan lalu menepuk bahu Rachel untuk menyadarkannya. Rachel terkejut dengan tepukan dan hampir terjatuh untuk kedua kali nya, untung saja ia sempat berpegangan pada lengan pria yang menolongnya itu.

"Nona apa nona baik-baik saja?" Tanya pria itu.

"Ya saya baik-baik saja." Jawab Rachel dengan canggung.

"Kalau begitu sebaiknya nona jangan memakai gaun ini lagi karena akan membahayakan nona." Ucap pria tampan dan baik hati itu sembari mengikat gaun Rachel dengan sebuah ikatan yang indah agar gaun tersebut tidak menyulitkan Rachel saat berjalan.

"Terima kasih." Ucap Rachel dengan malu-malu.

"Sama-sama nona, ngomong-ngomong nona ada perlu apa di tempat ini? Pasti mau bertemu dengan kakak kan? Mari sini saya antarkan." Ucap pria itu sembari tangannya menggenggam tangan Rachel dengan lembut.

Rachel hanyut ke dalam kelembutan dari pria itu hingga akhirnya ia sadar bahwa tadi pria baik hati itu menyebut kata kakak. Rachel mengindentifikasi pria itu mulai dari wajah, pakaian, rambut, hingga sepatu. Pria itu terkekeh pelan melihat ekspresi Rachel yang saat itu tengah mengindetifikasi dirinya kemudian pria itu memperkenalkan dirinya kepada Rachel.

"Nama saya Eden, Eden McKenny adik bungsu dari pemilik perusahaan Ideal Fashion Jun McKenny." Ucap pria yang bernama Eden itu.

Rachel tersenyum kaku setelah mendengar kalimat bahwa pria yang sangat baik dan lembut itu adalah adik dari si iblis Jun. Rachel melepas genggaman tangan Eden kemudian pergi meninggalkan Eden yang masih berdiri pada anak tangga dengan kebingungan.

Rachel pergi menjauh dari gedung itu dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakaknya sendiri, Andrew. Andrew saat itu tengah mengangkat telepon dengan spontan menjatuhkan telepon genggamnya ke jalanan. Rachel dan Andrew saling berpandangan beberapa detik hingga akhirnya Rachel dengan panik mengambil telepon genggam Andrew dan meniup-niup dan mengelap layar telepon tersebut. Tiba-tiba saja telepon itu berbunyi dan mengejutkan Rachel sehingga Rachel kembali menjatuhkannya ke jalanan. Andrew menatap datar Rachel dan telepon genggamnya yang jatuh ke tanah untuk kedua kalinya secara bergantian.

Dengan kesal Andrew menyeret Rachel untuk masuk ke dalam mobil yang ia bawa. Rachel hanya bisa pasrah karena jika ia melawan Andrew akan memintanya untuk mengganti telepon genggam itu.

'siapapun tolong selamat kan aku.' Batin Rachel.

"Jangan harap ada satu orang pun yang akan menolong mu dasar perusak!" Bentak Andrew.

Andrew menyeret Rachel hingga masuk ke dalam mobil yang ia bawa. Dengan penuh emosi, Andrew tancap gas menuju rumahnya yang tidak jauh dari tempat kerja Jun. Rachel hanya bisa berharap jika dirinya akan baik-baik saja dan tidak akan mendengarkan nasihat-nasihat keras Andrew yang bisa menyayat hatinya.

Andrew mendengus ketika melihat Rachel yang sedang berdoa di kursi belakang. Ia tahu bahwa adiknya itu tengah meminta tolong kepada tuhan agar selamat dari amukannya sayangnya ia dan tuhan sudah lama berkerja sama. Andrew menghentikan mobilnya secara mendadak di depan sebuah toko sehingga Rachel hampir terpental dari kursinya. Andrew kembali menyalakan mobilnya setelah keluar untuk mengambil beberapa barang. Rachel menatap kakak laki-lakinya itu dengan sinis begitu pun Andrew yang menatap Rachel dengan sinis pula.

Setelah 5 menit saling memandang sinis satu sama lain, akhirnya mereka sampai di rumah pribadi Andrew. Sebenarnya rumah itu akan ia tempati berdua bersama kekasihnya tetapi keberuntungan tidak memihak Andrew. Ia dan kekasihnya berpisah di karenakan kekasihnya hamil dan menikah dengan orang lain. Mulai saat itu, Andrew bersumpah tidak akan menikahi wanita manapun karena cinta pertamanya yang kandas dengan mengenaskan.

Andrew keluar dari dalam mobil terlebih dahulu kemudian membuka kan pintu mobil untuk Rachel. Rachel keluar dari dalam mobil namun belum lagi ia merenggangkan tubuhnya, tangannya di tarik oleh Andrew untuk segera memasuki rumah bertingkat dua yang mewah itu. Rachel tidak terkejut dengan rumah itu tetapi terkadang ia tidak nyaman dengan interior yang sangat klasik bahkan terkesan kuno. Rachel sendiri adalah pecinta animasi modern dan film-film dengan tema teknologi jadi tidak heran jika ia tidak terlalu suka tinggal di rumah itu selain juga karena sifat kakaknya yang sangat sering berubah-ubah.

"Itu adalah kamar mu mulai sekarang kamu akan tidur di sana jadi lupakan kamar jelek dengan pintu yang rusak itu." Ucap Andrew sembari menunjuk sebuah pintu yang ada di lantai dua di atas ruang keluarga.

'Permisi tuan tapi pintu itu rusak karena anda menendangnya dengan kekuatan cinta kandas mengenaskan.' Batin Rachel menyanggah ucapan Andrew.

"Ruangan-ruangan lain kamu pasti masih ingat terakhir kamu ke sini baru empat bulan yang lalu, tenang saja tidak ada perubahan sama sekali." Jelas Andrew ketika mereka telah melewati ruang tengah dan ruang keluarga.

"Termasuk kamar kak Clay?" Tanya Rachel sengaja untuk memancing amarah Andrew.

Clay Burdsaphire adalah anak dari seorang pengerajin perhiasan berbasis rumahan di sebuah desa yang tidak terlalu jauh dari rumah Andrew. Clay dulunya adalah calon istri dari Andrew namun tepat dua minggu sebelum hari pernikahan mereka Clay menghilang setelah itu Andrew mendapat kabar bahwa Clay menikah dengan pria lain yang memperkosanya di jalanan desa.

"Kamarnya masih ada di lantai dua tepat di samping kamar mu." Jawab Andrew dengan lirih.

Rachel bingung sekaligus terkejut dengan sikap kakaknya yang berubah drastis, biasanya Andrew akan membentak Rachel jika Rachel menyinggung hal-hal pribadi nya namun kali ini Andrew bertingkah sebaliknya. Rachel memeluk Andrew kemudian meminta maaf, ia tidak tahu kalau kakaknya itu sudah mulai melunak sekarang.

Andrew tersenyum kemudian melepaskan pelukan Rachel lalu mengelus kepala adiknya itu sebelum ia pergi ke kamarnya sendiri. Rachel naik ke lantai dua kemudian masuk ke dalam kamar yang di tunjuk oleh Andrew. Sesuai apa yang ada di benak Rachel, kamar itu penuh dengan interior klasik yang di dominasi warna merah.

Rachel menghela napas kemudian melepaskan gaun yang ia pakai. Rachel memperhatikan ikatan pada gaunnya yang terlihat seperti pita besar yang sangat indah. Gaun tersebut ia gantung lalu menempatkannya di dalam lemari yang sudah ada di kamar tempat ia tidur. Rachel langsung mengganti pakaiannya dengan piyama karena ia sangat lelah untuk mandi.

Baru saja hendak menenggelamkan dirinya di atas tempat tidur, Rachel di kejutkan oleh suara telepon genggam miliknya. Seingat Rachel, telepon itu ia tinggalkan di rumah bersamaan dengan headphone. Namun, Rachel tidak ambil pusing, ia mencari asal suara itu dan menemukannya di atas sebuah meja rias yang ada di kamar tidur Rachel. Rachel menggambil telepon itu dan terkejut melihat banyaknya panggilan tidak terjawab dari nomor telepon yang tidak di kenal dan beberapa pesan masuk dari nomor telepon yang sama pula.

Ada satu pesan yang menarik Rachel untuk membacanya. Pesan itu berbunyi "Besok malam datanglah ke restauran Golden Shell di sana akan aku jelas kan semuanya". Rachel bisa menebak bahwa pesan itu dari Jun tapi bagaimana bisa Jun tahu nomor telepon Rachel. Rachel ingin tahu darimana dan siapa orang yang berani memberikan Jun nomor telepon pribadinya namun Rachel di kalahkan oleh rasa kantuknya sendiri.

Di saat Rachel tengah tertidur lelap, ada sebuah pesan masuk lagi.

"Kamu akan selalu berada dalam kesialan."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login