Download App
50% Pendekar agung / Chapter 1: 1. Prolog: Sebuah Negeri Di Tanah Surga
Pendekar agung Pendekar agung original

Pendekar agung

Author: satusetengah

© WebNovel

Chapter 1: 1. Prolog: Sebuah Negeri Di Tanah Surga

Di daerah selatan, ada sebuah wilayah kepulauan yang luas. Ada jutaan pulau yang tersebar diwilayah itu. Saking besarnya, butuh waktu puluhan tahun untuk menjelajahi seluruh wilayah itu. Nama wilayah itu adalah Nusaa ntara.. berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya adalah kumpulan pulau

Di wilayah paling selatan di Nusantara, ada satu pulau yang besar. Ribuan gunung terpancang di seluru tempat di pulau itu. Setiap gunung secara berkala memuntahkan laharnya setiap satu dekade. Membuat pulau itu menjadi pulau paling subur. Pulau itu di sebut Dwipa Raya.

Sebuah daratan yang disebut sebagai serpihan surga. Sungai-sungai mengalir dari gunung-gunung yang ada di pulau itu. Rimbun hutan yang luasnya tak terukur, laksana permadani yang terhampar. Kicauan burung, raungan binatang buas, semilir angin. Menciptakan melodi terindah yang mampu menghipnotis siapapun yang ada di sana. Tak terkecuali para dewa.

Banyak dewa yang bersemayam di tanah ini. Sehingga banyak keturunannya yang tinggal di tanah ini. Ada yang menjadi raja, kesatria, para cendikiawan, bahkan para brahmana. Mereka semua adalah manusia yang memiliki darah dewa.

Di suatu tempat di pulau itu, diantara dua gunung tertinggi di pulau itu. Ada sebuah negeri yang indahnya membuat siapapun yang singgah enggan untuk meninggalkan negeri itu. Negeri itu bernama negeri purwaka.

Saat matahari terbit, bayangan gunung menaungi sebagian besar negeri itu. Hembusan angin pagi membawa kesegaran, titik embun yang membasahi daun dan rumput, kabut tipis yang menyelimuti. Merupakan pemandangan yang umum di setiap harinya. Hujan yang turun sepanjang tahun, ratusan sungai yang mengaliri. Praktis membuat wilayah ini menjadi negara yang maju dalam hal pertanian.

Selain dua gunung yang mengapit negeri ini. Yang memberikan berbagi hasil tambang dan hutan. Memberikan lapangan pekerjaan dan penghasilan bagi penduduk negeri ini. Hingga hampir tidak ada masyarakat negri ini yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Tata kota juga di atur sedemikian rupa. Bangunan yang tertata rapi, jalan-jalan yang bersih, parit di kanan-kiri jalan. Bahkan pasarnya pun terlihat rapi dan bersih. Membuat nyaman hanya Dengan melihatnya saja.

Selain itu, raja-raja yang menguasai negeri ini juga dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Membuat negeri ini hidup dalam damai selama ratusan tahun.

Namun, seperti kata pepatah. Tak ada gading yang tak retak. Kesempurnaan negeri ini tak seperti yang terlihat. Karena sifat manusia yang selalu merasa kurang, keserakah menguasai sebagian penduduknya.

Disamping ancaman dari negeri tetangga. Rumor tentang perebutan kekuasaan santer dikabarkan di seluruh negeri akhir-akhir ini . Keresahan mulai menyelimuti rakya negeri ini.

Selain kekuatan militer negeri ini yang lemah. Di karenakan kondisi negeri ini yang di manjakan alam. Membuat negeri ini lemah. Baik secara mental, maupun moral.

Sehingga bayang-bayang kehancuran tampak nyata menyongsong negeri ini.

Para pemimpin, bangsawan, cendikiawan. Bersama-sama berusaha memecahkan masalah ini. Namun bukan solusi, namun perpecahan semakin membuat negeri ini semakin terpuruk.

Di balik kemakmuran dan kesuburan yang terlihat di negeri ini, kehancuran sedang menunggu waktunya saja.


CREATORS' THOUGHTS
satusetengah satusetengah

Sekedar belajar... mohon bimbingannya...

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login