" Apa kamu tau kalau ada yang memasang benda ini?", tanya Beno.
Andre menggelengkan kepalanya. Ia tak tahu sejak kapan ada benda yang Beno sebut sebagai cctv itu ada. Bentuknya tidak seperti cctv sama sekali. Andre pikir itu adalah hiasan di langit-langit. Benda itu berbentuk seperti kepik yang ada di kalungnya. Dan sama sekali tak mencurigakan.
Disimpanlah benda itu di dalam lemari pakaian yang ada di kamar Beno dan Andre. Mereka melanjutkan sesi istirahat mereka dan tak memperdulikan benda itu. mereka merebah. Dan akhirnya terlelap.
5 jam lamanya mereka terlelap. Hingga Andre terbangunkan oleh suara benda yang mengetuk-ngetuk kaca jendela di kamar mereka. Andre membuka tirai yang menghalangi transparannya kaca jendela itu dan menahannya agar tetap terbuka.
" Astaga!!", teriak Andre yang terjatuh ke belakang karena terkejut melihat sepasang bola mata tepat di hadapannya. " Apa itu?", tanyanya yang kian penasaran dengan benda yang melayang-layang itu. Kembali ia singkap tirai yang tadi terlepas dari tangannya.
'Burung?', tanya Andre dalam hati. Dibukakanlah jendela kaca itu oleh Andre. Dan dengan cepat burung itu masuk kemudian bertengger di atas meja.
Andre menutup tirainya tanpa menutup jendelanya kembali. Lalu ia menghampiri burung itu. 'Burung merpati? mau apa burung ini kesini? Biasanya kan burung merpati dipakai orang jaman dulu untuk mengantar surat, apa dia ingin meyampaikan sesuatu padaku?', gumam Andre dalam pikirnya.
Andre mengamati burung putih seukuran kaki orang dewasa itu. Memperhatikan setiap lekuk tubuhnya yang tak pernah mau diam, melenggak-lenggokkan kepalanya ke atas lalu ke bawah. Andre mengikuti gerakan kepala merpati itu. Ke atas- Ke bawah, Ke atas - ke bawah, terus ia ikuti gerakan itu. Hingga ia pun tersadar, ada sesuatu di dalam cengkraman kaki kecilnya.
Andre segera mengambilnya. Ternyata itu secarik kertas berisi tulisan tangan '3204. Kasorang island. Indonesia" yang tertulis rapi disana.
Tanpa pikir panjang lagi, Andre membangunkan Beno. " Ben! Beno!! bangun Ben!", ucapnya.
Beno yang tampak kelelahan dengan terpaksa ia membangunkan tubuhnya kemudian membuka matanya.
" Apa, Dre?", tanya Beno yang masih berusaha mengumpulkan semua nyawanya.
" Aku menemukan ini dari cengkraman merpati ini!", jelas Andre sambil menunjukkan kertas itu. Beno meraihnya dari genggaman Andre. Dan mulai membaca kata demi kata yang tertuang.
Setelah selesai membaca tulisan dalam secarik kertas itu, Beno melamun sebentar.
"Apa ini? Angka ini?... Mirip dengan angka di kalung Max," ucapnya setelah sadar dari lamunannya.
"Apa mungkin Kasorang island di kertas itu adalah tempat Bunker ini berada?", tanya Andre setelah Beno bertanya perihal angka.
"Sudahlah.. mungkin saja itu alamat si burung ini? Atau mungkin ia memungutnya sembarangan dari jalanan. Ahhh ayo tidur", ajak Beno.
Pertanyaan demi pertanyaan dari kata-kata diatas kertas itu memenuhi otak mereka. Mereka mencoba menerka-nerka apa maksud dari tulisan itu. Namun, jawaban yang pasti tak juga mereka dapatkan.
Hingga akhirnya mereka menyerah dan tak terlalu memikirkan tentang tulisan di kertas itu. Beno sudah kembali tertidur. Andre juga hendak tertidur dan membiarkan burung itu singgah di mejanya.
Tid...Tid..Tid...Jam digital berbentuk box di atas nakas samping Andre berdering. 07:00 angka yang ditunjukkan jam digital itu. Mata malas Andre terpaksa dibuka. Melihat ke arah cermin. Beno telah berpakaian rapi menghadap cermin. Andre memandang ke arah lain. Tepat di atas meja dimana kemarin malam merpati putih bertengger.
Selamat pagi, burung cantik, sapanya pada merpati.
"Pintar sekali merpati ini, ia tak buang air disini", ucap Andre pada Beno yang masih saja menatap dirinya di cermin.
Sambil menatap cermin dan menata rambutnya, Beno menjadi penasaran dengan apa yang diucapkan Andre, "Benarkah?"
"Iya, tak ada kotoran disini, meski semalaman dia disini kan?"
"Bagaimana bisa?"
"Dia burung terlatih mungkin, Ben. Atau burung peliharaan"
Setelah semua tenaganya telah terkumpul, Andre segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu bersiap-siap untuk kembali menjadi Andre yang sudah berubah, patuh pada Max.
Beno menunggu Andre bersiap-siap, ia menatap burung merpati putih itu. Cantik sekali memang. Bulu putih bersihnya begitu menawan. Beno mengajaknya berbicara bahkan memberinya nama, " Pucan, namamu Pucan 'Putih Cantik' ".
"Sepertinya ada yang berbeda dari merpati ini, ucap Beno sambil mengelus bulu merpati itu dengan tangannya.
" Ayo, Ben!", seru Andre saat ia telah selesai merapikan rambutnya.
Beno lekas berdiri dan melambaikan tangan pada merpati yang ia namai pucan itu. Kemudian, mereka pergi meninggalkan kamar menuju ruang makan.
Tapi saat mereka hendak menuju ruang makan, baru saja masuk lift, Beno melihat dari pintu lift yang tranparan Max masuk ke dalam kamar Andre dan Beno.
" Dre! Dre! Max masuk ke kamarmu", seru Beno.
Namun, karena lift sudah melaju menuju ke atas, Andre tak melihatnya. " Yang bener, Ben?", tanya Andre memastikan.
" Iya, nyok balik lagi!", ajak Beno.
"Tapi, Ben...", keluh Andre yang kemudian perutnya bernyanyi minta makan.
Beno tak berkutik sampai akhirnya lift terhenti dan pintunya pun terbuka. " Ya sudah, aku kembali lagi, ya? kamu duluan aja", ucap Beno pada Andre yang sudah berjalan keluar dari lift. Beno pun kembali menutup pintu lift dan kembali ke kamarnya.
Di dalam lift, ia terus bertanya-tanya, ' Apa yang Max lakukan ke dalam kamar Andre?'.
Tring...Pintu lift terbuka, dan Beno segera berlari menuju kamarnya. Saat ia hendak membuka pintu, Max dari dalam sudah membuka pintu terlebih dahulu. Dan Max terkejut akan adanya Beno yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya hingga ia tersentak ke belakang.
" Ahh.. Beno bikin kaget aja, ada apa Ben?", tanya Max ngeles seakan ia tak melakukan apa-apa.
" Ada barangku tertinggal", jawab Beno sambil menerobos masuk ke kamarnya dan berpura-pura mengambil sesuatu di laci meja.
Saat Max sudah tak ada, Beno segera mengecek apa yang ia lakukan. Mengamati sekelilingnya. Menatap bagian langit-langit dan lantainya. Dan benar saja, ia menemukan cctv yang telah terpasang kembali di sudut langit-langit.
'Pasti Max yang telah memasangnya lagi', gerutu Beno dalam hati.