sulit sekali di percaya semua luput dari perkiraan, bagaimana bisa kehamilan ini terjadi terlebih usianya yang sudah empat minggu semetara Lalin dan Rey baru melakukan hubungan itu minggu lalu yang berarti ayah dari anak yang di kandungnya adalah Gilang, lelaki yang hilang dan muncul hanya untuk menitipkan benih kepada Lalin bagaimana dia akan berbicara pada ibunya, Rey dan keluarganya.
"Lin katakan padaku anak siapa ini?" Sekali lagi Alisya menanyakan hal yang sedari tadi membuatnya penasaran, khwatir terhadapat temannya itu
"Kamu bisa percaya sama Aku Lin, harus ada yang bertanggung jawab terhadapmu!"
"Kamu ingat Aku pernah bercerita tentang cinta pertamaku di SMA?" Lalin balik bertanya menyerah, Alisya takan berhenti bertanya sampai menemukan jawabannya terlebih alisya adalah orang yang paling bisa di percaya
"Maksudmu, Galih...?" mencoba mengingat
"Gilang!" Lalin membenarkan
pelan-pelan Lalin menceritakan semua yang terjadi selama Lalin hilang tempo hari di indonesia.
"Apa sekarang yang akan Kamu lakukan? Kamu tidak bisa menghubungi lelaki itu, atau mungkin saja Rey mau menerima anak itu. yang jelas aku tidak akan mendukung Jika aborsi!" Alisya ikut berpikir bingung berceloteh tak karuan.
berita tentang jatuhnya Lalin ketika latihan menyebar dengan cepat, Rey yang mendapat kabar tersebut tanpa berpikir panjang langsung pergi ke bagian medis.
"kamu gak papakan? Ko bisa sampe kaya gini!" Rey panik menghampiri Alisya dan Lalin.
Lalin dan Alisya saling pandang diam membisu menghentikan semua percakapan Mereka.
"Gak papa Rey cuma kecapean aja, kondisi tubuhnya belum terlalu bagus buat aktivitas berat jadi jangan biarkan Dia kecapean dulu ya" Alisya menenangkan
sementara Lalin hanya tersenyum lembut mengiyakan.
Dua garis merah yang muncul di tespeck menjadi salah satu fakta lagi yang menggugurkan ketidak percayaan akan ucapan Alisya yatanya benar bahwa kini ada satu kehidupan yang tumbuh di dalam perutnya sekali lagi Lalin menangis, Dia sendiri tak mengerti perasaannya sendiri. andai saja hidupnya mudah dan tak terbebani dengan balas budi pada keluarga Rey. fakta ini tentu akan membuatnya bahagia, Walau Gilang pergi secepat angin dengan watak yang jauh berbeda tapi perasaan cinta tetaplah cinta. bodoh sekali....
Lalin memilih berendam sambil menenangkan diri melihat dirinya sendiri