Gilang mengenakan lagi pakaiannya, sementara kemeja putihnya dipakai pada Lalin, gadis yang masih diam seribu bahasa meringkuk tergulung selimut.
"Cepat Pakai" Gilang menintuksi menyodorkan kemejanya. yang diperintah tak merespon sedikitpun pandangannya kosong sesekali air mata meluncur jatuh menandakan Ia begitu terluka.
Gilang yang kesal tak sabaran menarik selimut secara paksa, tubuh polos gadis itu Dipenuhi banyak luka memar sampai luka yang masih basah meski begitu tidak menutupi semua kelokannya. tubuh dengan kulit bersih yang terawat, Dua payudara sebesar melon yang masih kencang menyumbulkan puting yang masih menegang belum lagi pinggang ramping, pantat besar dan kaki jenjang sebuah penampilan yang begitu sempurna membuat lelaki menegang.
Gilang menguatkan Hatinya memakaikan kemeja putih yang kebesaran di tubuh Lalin dengan perasaannya sendiri yang begitu campur aduk.
"Kamu bisa bangun? Berjalan? Kita harus cepat pergi!"
Lalin masih membatu tapi Gilang tetap buru-buru memapahnya.
Gilang sudah hapal betul struktur gedung ini namun tetap tak mudah keluar dari sini bersama seorang yang terluka belum lagi terkadang Ia mendapatkan serangan-serangan tak terduga kalau situasinya lebih baik mungkin itu bukanlah masalah tapi mempertimbangkan kondisi gadis yang bersamanya yang membuatnya terasa memberat meski begitu Gilang tidak akan membiar Lalin terluka lagi.
"Apa kau juga akan melawanku Yudhi?" Gilang bertanya pada Orang yang sedang menghadangnya itu, Yudhi tangan kanan ayahnya, Anak yang dibesarkan ayahnya untuk menjadi pelayan setia juga adalah teman Gilang dari kecil. Yudhi yang memberi tahu Gilang bahwa ayahnya telah menangkap seseorang yang Gilang kenal.
"Aku akan membantumu silakan lewat, Aku akan menghadang mereka sebisaku"
Gilang mengangguk senang buru-buru melewatinya.
berkat bantuan yudhi Gilang bisa keluar dengan lancar ditambah mobil yang telah di siapkan yudhi dipintu keluar, besok lusa Gilang akan berterimakasih padanya dan entah hukuman apa juga yang akan yudhi peroleh dari ayah yang jelas pasti bukan kematian.
Mereka sudah cukup jauh meninggalkan Gedung bekas pabrik itu, Gilang sudah menyetir berjam-jam sementara Lalin tertidur di kursi sebelahnya ini sudah sangat larut malam tidak ada hotel, tidak ada perumahan jalanan ini sepi hanya laut dan hutan sepanjang jalan. Gilang membelokan mobilnya ditepi pantai walau bagaimanapun Dia juga perlu istirahat.
Gilang menyandarkan tubuhnya menutup rapat mobil, udara di luar sangat dingin pemanas didalam mobil sangat berguna sekali Dia memperhatikan pemandangan disekitar, gulungan ombak dan pohon-pohon yang melambai-lambai tertiup angin serta Gadis disebelahnya yang tertidur.
merasa ada yang memperhatikannya Lalin tersadar membuka matanya tepat saat itu wajah Gilang lah yang ia temukan.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Gilang khawatir
Lalin memperhatikan lingkungan sekitar matanya sibuk melihat kekiri dan kanan sebuah pantai yang indah suasana malam yang terang oleh bintang.
"Dimana ini?" Tanyanya
"Disini tidak ada penginapan ataupun penduduk, maaf" Jelas Gilang
Lalin membuka sabuk pengamannya hendak keluar tapi pintunya tidak bisa dibuka Ia melirik pada Gilang untuk membukannya.
"Udara diluar dingin!"
namun tatapan Lalin yang tetap memohon membuat Gilang luluh dan membiarkannya.
Gadis itu keluar berjalan ketepi pantai dengan tertatih sesekali mengaduh karena rasa sakit dari seluruh tubuhnya lalu duduk ditepi pantai menatap ombak yang bergulung lalu pecah serta bulan yang terang sekali di langit.
Gilang mengikutinya sambil membawa sebuah kotak yang cukup besar dari dalam kotak itu terdapat minuman, Roti hingga peralatan P3K yang telah disiapkan Yudhi didalam mobil.
"Biar kuobati luka kamu! sebelum infeksi"
Lalin mengangguk mengiyakan
Gilang mengobatinya dengan telaten sesekali Lalin mengadu sakit maka Gilang akan memperlembut geraknya.
"Bisakah luka yang lainnya juga diobati?, kamu bisa melakukannya sendiri didalam mobil"
"Tidak perlu, Kita bisa melakukannya disini!"
Gilang yang sedang meminum sekaleng Biru tersedak mendengar jawaban itu memandang gadis disampingnya yang sedang membuka kancing kemejanya. Gilang melihat kanan dan kiri takut-takut ada orang lain yang melihatnya.
"Kamu bisa masuk angin" Gilang mencengkram kemeja Lalin yang mejanya telah terbuka
"Maka lakukanlah dengan cepat sebelum Aku menjadi sakit" jawab Lalin tegas merasa tak Keberatan.
Gilang menyerah melepaskan Cengkeramannya dan sekali lagi Dia melihat tubuh indah itu Lalin tak mengenakan pakaian dalam sehingga dua buah melon segar langsung terlihat dan terbebas begitu saja.
Dengan berat hati Gilang melakukannya dengan segala upaya untuk menahan diri, sesekali Gilang melirik buah melon yang bergerak meninggi dan menurun saat Lalin bernapas Gilang yang belajar ilmu kedokteran jelas bisa membedakan mana buah melon buatan dan melon yang terbentuk alami seperti yang didepannya ini.