"tentu!" tegas hendra, "apa pun yang kamu inginkan, katakan!" namun kemudian aruna menemukan semangkuk mie yang dulu dia sebut mie pedas di hadapannya.
"Oh' sepertinya aku menemukannya," Aruna hendak beranjak dari duduknya. tapi pria yang memeluknya. tidak memberinya ruang untuk bergerak, dia menghisap ujung pundak dengan hirupan hidung dan bibirnya, "hendra," ujar Aruna meminta lelakinya sadar.
"apa sayang?" lelaki itu baru membuka bulu mata lentik yang menyembunyikan warna biru cemerlang.
"kau membuatku tak bisa meraih makan malamku," aruna berusaha menyadarkan lelaki yang enggan melepas tubuhnya.
"yang mana, yang mana yang kamu inginkan," kaki kanan yang bukan merupakan tempat istrinya didudukkan. hendra membukanya sehingga dia bisa mendorong tubuhnya mendekati meja yang tersaji di depan mereka.