Karena tidak tahu harus menuju ke sisi mana untuk menemui putri bungsunya, sang ayah duduk di ruang tengah. Sofa di tempat itu tertangkap mata terdapat robekan. Kerutan samar tercipta dari pria paruh baya ini, sebab tidak biasanya benda-benda semacam itu dibiarkan begitu saja.
Lesmana hampir menyentuhnya dengan ujung jemari, andai tidak ada yang memanggilnya.
"Ayah, anda masih disini?" mendengar suara Mahendra, sang ayah mertua lekas bangkit.
"Aku rasa ada yang perlu diperbaiki," ujar Lesmana, menunjukkan robekan pada permukaan sofa mewah ruang tengah rumah induk.
Mahendra sekedar menarik bibirnya lurus, lalu mempersilakan mertuanya menuju tepat istrinya beristirahat.
Namun, pada langkah ringan dua laki-laki beda generasi ini, sebuah suara menarik perhatian mereka, "Jangan bilang kau ingin menemui putrimu, tanpa menyapaku terlebih dahulu," dari arah belakang, Sukma menyapa.
"Nyonya," ujar Lesmana, senyum ramah tersaji dari wajahnya.