Rose melambaikan tangannya saat menatap anaknya pergi menjauh meninggalkannya di depan gerbang sekolah. Dia bersama dengan orang tua lainnya berbincang-bincang sebentar di gerbang itu. Sebenarnya ia lebih memilih menghindar karena mereka pasti menanyakan keberadaan suaminya dan Rose sangat sangat tidak menyukai momen tersebut. Lagi pula ia harus cepat membuka tokonya dan kembali bekerja.
"kau terlihat masih sangat muda tapi sudah jadi ibu ya. Berapa umurmu?" tanya seorang wanita tua sambil menepuk-nepuk bahuku sok akrap.
"hhm mungkin sekitar 26 tahun. Entahlah aku sudah tidak ingat" ucapku mengerutkan kening untuk mengingat-ingat.
"masa sih? Wah sepertinya kau dengan suamimu sangat mencintai satu sama lain ya" ucapnya wanita tua yang lainnya sambil menggodanya. Akupun terbahak ketika mendengar ejekan mereka yang memang berceloteh seperti ibu-ibu biasanya.
"oh ya ngomong-ngomong apa pekerjaanmu?" tanya seorang wanita muda yang baru datang tadi dan bergabung beberapa menit sebelum ini.
"aku bekerja di toko roti" balas Rose.
"benarkah? Dimana?" tanya mereka penasaran.
"kalian hanya lurus dari sini dan menuju ke sana lalu kalian akan menemukan toko dengan tulisan Roseanne Shop hanya dekat dengan perempatan jalan saja" ucapnya memberi tahu. Para ibu-ibu itu hanya ber-oh ria setelah mendengarkan Rose berbicara.
"toko milikmu ya?"
"ya" jawab Rose singkat.
"lalu pekerjaan suamimu apa?" pertanyaan itu langsung membuat Rose bungkam seketika, hal inilah yang paling ia benci. Ia bingun harus menjawab seperti apa. Jangankan mengetahui pekerjaan suaminya yang keberadaannya saja Rose tidak tahu sekarang.
Tiba-tiba seorang laki-laki tua langsung bergabung di kerumunan ibu-ibu tadi menyadarkan istri tercintanya dengan waktu.
"ayo kita pulang. Toko kita harus segera cepat buka" ajaknya pada istrinya itu yang terlihat enggan untuk meninggalkan tempat ini.
Rose menghela nafas lega. Ia berterimakasih pada paman itu karena telah menyelamatkannya dari pertanyaan menakutkan.
"oh ya, aku juga mau cepat-cepat buka toko juga nih. Sudah lewat jam buka lagi" ucap Rose seraya melihat jam di pergelangan tangannya. Seketika itu seluruh ibu-ibu yang berkumbul juga memutuskan pulang dan melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
Rose dengan cepat memakirkan motornya di depan toko dan merogos saku celananya untuk membuka kunci pintu tokonya tersebut. Dengan langkah yang cepat dia segera ke dapur dan menyiapkan beberapa adonan untuk roti-rotinya. Tokonya memang sudah buka sekarang tapi yang namanya masih pagi orang-orang banyak masih disibukan dengan pekerjaan mereka meski ada beberapa orang yang masuk untuk hanya sekedar melihat-lihat.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi dan orang-orang sudah mulai berdatangan ke tokonya untuk membeli beberapa Roti. Rose seperti biasa melanyani pelanggan-pelanggannya dengan sepenuh hati dan senyuman yang ramah membuat semua orang menjadi betah berlama-lama di tokonya tersebut karena hanya sekedar keramahannya.
Dan hari ini laki-laki tampan itu datang lagi namun kali ini tidak mengendong gadis kecil lucu kemarin. Dia datang sendiri dengan gaya pakaian yang masih sama yaitu memakai jas hitam dan dasi yang begitu rapi. menawan. Pikir Rose. Entah mengapa ketika laki-laki itu datang selalu menggetarkah hati kecil Rose. Entah karena kagum atau apa Rose juga tidak tahu.
"aku memesan roti yang paling enak di toko ini. bungkus dua ya" ucapnya langsung ketika sampai di meja kounter. Rose mengerutkan kening dan memiringkan kepalanya.
"roti yang mana, aku tidak tahu roti yang mana yang enak menurutmu" ucapnya bingung.
"kau tidak pernah bertanya kepada pelangganmu?" ucap laki-laki itu sedikit memajukan kepalanya kedepan memperlihatkan mata bulat besarnya dengan sedikit cengiran singkat. Saat itu ia malah terlihat seperti seorang pemuda ketimbang laki-laki dewasa.
Rose sedikit mengerutkan keningnya sambil mendorong badanya menjauh dari laki-laki yang bernama Jeon Jungkook tersebut karena merasa digoda dengan tatapannya tadi.
"tapi ada satu Roti yang paling disuki oleh banyak pelanggan." ucapnya kemudian lalu ia berjalan ke sebuah lemari yang memajang banyak sekali Roti yang sudah di bungkus dan mengambil salah satu jenis roti dan kembali lagi ke meja dengan dua roti di tangannya.
Jungkook membuka dompetnya dan langsung membayar. Ia tak perlu bertanya karena label harga sudah tertera di bungkus roti itu masing-masing.
"aku akan kembali lagi" ucapnya membawa dua bungkus roti tersebut dan tersenyum pada Rose seraya beranjak pergi.
Rose hanya bisa menghela nafas sambil menggeleng-geleng saja. Sudah dua hari ini sejak laki-laki itu mengatakan bahwa ia akan menjadi pelanggan di tokonya. Sepertinya laki-laki itu benar-benar menjadi pelanggannya sekarang yah meski baru dua hari saja.
Rose melanjutkan menjalani pekerjaannya sampai petang tiba. Melihat sudah waktunya tutup Rose membereskan segala alat-alat memasaknya, membersihkan beberapa pemanggang roti dan menyapu dapur. Ia kemudian melanjutkanya di bagian depan dan mengelap beberapa meja yang terlihat kotor.
Saat itu juga datang seorang laki-laki memakai kacamata hitam, pakaian kantoran dan sebuket bunga besar di tangan kanannya. Dia tetap saja masuk padahal di pintu berkaca itu sudah tergantung tulisan close.
Rose menatap pria itu dari atas sampai bawah. Penampilannya tidak seperti biasa sejak terakhir kali mereka bertemu. Sedikit berantakan dengan rambut agak acak, dasi di longgarkan sampai Rose dapat melihat tulang dadanya, mukannya agak kacau dengan kantung mata menghiasi kacamatannya itu. Dia seperti orang yang telah mengalami masalah besar.
Mengabaikan pandangan Rose, pria itu berjalan dengan percaya diri sambil memegang buket bunga di depan dadanya.
"maukah kau menikah dengan ku?" ucapnya sambil menyodorkan buket bunga tersebut ke hadapan Rose yang sedang bingung. Rose hanya diam karena lama berpikir bagaimana caranya ia menolak ajakan itu dengan halus.
"hmm kau tidak mau menjawab?" tanyanya kemudian. Rose tersenyum sambil menggeleng pelan dan menunduk untuk beberapa saat sebelum ia angkat bicara.
"aku sudah memikirkan ini dengan sangat matang. Jawabanku adalah tidak"
Seketika ekspresi optimis sirna dari wajah pria itu, ia mengerutkan keningnya tidak mengerti dan melemparkan tatapan kecewa pada Rose.
"aku sama sekali tidak habis pikir. Aku kira setelah lama meninggalkanmu untuk menimbangkan hal ini kau akan menerimaku" ucapnya sambil menunduk. Rose pun tersenyum ia tidak menyangka begitu reaksinya.
"maaf ya Jeun. Aku benar-benar tidak bisa" ucap Rose menunduk pelan.
Tiba-tiba saja Jeun melempar buket bunganya keras ke lantai hingga Rose terkejut. Ia dengan cepat melangkah ke arah Rose dan melempar wanita itu ke arah dinding. Rose menabrak beberapa meja dan bangku hingga ia merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya.
"jeun apa yang kau...." perkataan Rose tertahan ketika Jeun dengan keras menampar mukanya hingga sekarag wajah perempuan itu memar dan mengeluarkan darah. Jeun membalikan badan Rose agar menghadap dengannya dan menggenggam kerah baju Rose dengan kuat.
"aku pikir setelah sekian lama meninggalkanmu kau akan menerima ku, ternyata tidak???!!" Jeun menampar kembali Rose dengan tangannya namun kali ini lebih keras. Rose sudah melawan tapi tenaganya tidak cukup untuk sekedar menahan serangan laki-laki itu.
"lepaskan aku!!!" teriaknya.
"oh atau jangan-jangan karena pria brengsek itu sudah mulai mendekatimu ya? Makanya kau sudah tidak menerimaku lagi?"
Pria brengsek?? Maksudnya Jungkook?
"laki-laki itu tidak ada hubungannya gila!!" Jeun melepaskan pendingnya dan melepaskan kacing bajunya satu-persatu.
"apa yang kau lakukan?" Jeun tertawa keras sambil terus menatap wajah kasihan Rose.
"jangan pura-pura bodoh untuk laki-laki yang selama ini kau buat lapar" ucapnya bernafsu. Rose membelalakan mata dan segera menyelamatkan diri. Ketika ia ingin kabur Jeun sempat menangkap tangannya dan membawanya kedalam dekapan laki-laki itu kembali.
"dengar sayangku selama ini aku terus memperhatikanmu dari kejauhan, setiap hari aku terus mengontrol keadaanmu. Siapa-siapa saja yang bertemu dengan kau dan kau dekat dengan siapa. Semuanya aku tahu"
Seketika tubuh Rose merinding ketika mendengar suara Jeun. Sungguh ini membuatnya merasa jijik
"apa kau tahu aku selalu menahan hasratku ketika menatapmu hmm?" ucapnya persis seperti membisik. Rose segera berontak ketika ia merasakan tangan Jeun ingin menyentuh dadanya. Rose menyinjak kaki Jeun dan menyikutnya dari belakang hingga mengenai muka laki-laki itu. Kacamatanya jatuh dan terlempar entah di mana.
Rose harus mencari cara menyelamatkan dirinya atau mungkin mengusir pria ini dari tempat ini. Namun sepertinya hal itu sulit untuk di lakukan.
Jeun menarik tubuh Rose dan dengan cepat membuka baju perempuan itu. Karena merasa kesal, Jeun kemudian menendang kepala Rose dan sukses membuat perempuan itu tidak sadarkan diri. Dan inilah kesempatannya untuk memperdayakan perempuan yang selama ini ia ingin setubuhi. (kok bahasanya anu banget sih?)
Namun sepertinya Tuhan masih mengasihi Rose, ketika Jeun hampir menelanjangi perempuan itu datang seseorang dari pintu masuk dan langsung memukul belakang kepala Jeun lalu menghajarnya habis-habisan. Dibandingkan dengan Jeun, laki-laki itu jauh lebih kuat dan gagah maka tak susah untuk menaklukannya.
Setelah dihajar Jeun sudah tidak berdaya lagi, badannya sudah sakit di mana-mana. Jungkook menarik kerah baju Jeun dan menatap laki-laki itu tajam.
"dengar, jika kau berani menyentuh Rose lagi, aku tidak akan segan membunuhmu di tempat itu juga" entah mengapa ketika pria itu berkata seketika seluruh tubuh Jeun menjadi membeku, ada aura yang sangat menusuk keluar dari tubuh laki-laki itu sekarang. Berbeda sekali ketika ia melihat laki-laki ini selalu datang ke toko Rose tiap hari.
Tak sadar ia bergidik ketakutan dan menyangka sekarang ia sedang berhadapan dengan seorang iblis.
"cepat pergi dari sini" ucap Jungkook pelan tapi mampu menggetarkan tubuh Jeun dan membuat laki-laki itu tersentak kaget. Dengan cepat Jeun meninggalkan tempat itu dan melaju pergi dengan mobilnya.
Rose terbangun dari pingsannya dan mendapati dirinya sudah di atas ranjang. Apa jangan-jangan?
Rose dengan cepat bangun dan memeriksa dirinya. Ya, dia masih memakai pakaian, pakaian yang sama pula namun sekarang bajunya sudah terkancing dengan rapi? Apa yang sebenarnya terjadi?
Dia kemudian keluar dari kamar dan mendapati ada seseorang yang sedang berbicara pada anaknya. Ia dengan cepat menghampiri mereka dan kekhawatirnya tidak jadi kenyataan ketika melihat orang yang bersama putrinya itu adalah Jeon Jungkook. Rose menarik nafas lega. Tapi kenapa Jungkook ada di sini?
"Bunda bunda, maaf ya Heyoon tadi mainnya kesorean jadi pulangnya telat. Jangan marahin Heyoon ya bunda soalnya om ini tadi sudah marahin Heyoon" ucap putrinya itu sambil menunjung Jungkook yang sedang membaca buku di sofa ruangan tamu. Yang di tunjuk hanya asik membaca buku tanpa memperdulikan dua orang yang sedang melihatnya.
Rose menarik nafas lega kembali, syukur anaknya itu tadi tidak menyaksikan kejadian tadi. ia tak ingin anaknya itu trauma karena melihat kekerasan.
"Heyoon janji lain kali nggak akan pulang telat lagi" ucap anaknya itu menunduk menyesal. Rose tersenyum gemas dan menunduk sambil mengelus pucuk kepala anak tercintanya.
"ya sudah bunda maafkan, lain kali jangan ulangi lagi ya" ucap Rose di sambut anggukan oleh anaknya.
"bunda bunda, kenapa dengan wajah bunda?" tanya Heyoon polos. Rose sempat terdiam karena bingung mau menjawab apa.
"bunda tadi kejedot pintu" balas Jungkook menutup buku yang ia baca.
"oh gitu" ucap Heyoon kemudian.
"sudah-sudah sekarang kamu mandi terus belajar ya" titah Rose. Heyoon mengangguk dan berlari ke kamarnya.
Rose menatap Jungkook yang sekarang sedang menatapnya juga. Ia berjalan menemui laki-laki itu.
"aku sebenarnya ingin membeli roti lagi sore ini, tapi keinginanku langsung hilang ketika melihat adegan itu" ucapnya sedikit kesal. Oh jadi dia yang menyelamatkan Rose.
"terimakasih telah menolongku" ucap Rose.
"tak apa-apa aku memang suka menolong orang banyak" katanya kemudian tertawa keras. Rose hanya membalas tawanya dengan tersenyum kecil.