Download App
38.46% Second Life! / Chapter 5: Bab 5 : New Challenger 3

Chapter 5: Bab 5 : New Challenger 3

Setelah kedatangan Rey di dunia parallel ia terpaksa melakukan PVP dengan pria besar yang tak dikenal. Rey berduel dengan cepat dan tepat, ia langsung memahami teknik dan cara menggunakan sihir meskipun tidak mempelajari dari Ahlinya.

Rey berhasil mengalahkan pria itu dan berhasil mendaftarkan dirinya di Guild House Artetius. Perjalanannya di dunia ini baru saja akan dimulai. Bersiaplah Dokter Rey...

***

Rey masuk kedalam penginapan dan melihat pelayan yang sedang digoda oleh pria hidung belang yang minta dilayani.

Rey sempat terdiam sesaat hingga akhirnya dia berpaling.

"Maaf sepertinya sedang tidak menerima tamu ya.". Ujarnya memecah suasana kelam dan membalikan badan.

"To-tolong saya tuan." sahut pelayan penginapan yang sedang digoda itu sambil meneteskan airmatanya.

"Pergilah, kau hanya mengganggu kenikmatan kami saja Gembel." Pria hidung belang itu ikut bicara sambil menoleh sedikit yang menegaskan kalimat itu tertuju pada Rey.

Rey berhenti melangkah dan dengan waktu yang singkat, dia berbalik badan dan memperhatikan para hidung belang itu.

"Baiklah, karena dia yang minta diselamatkan aku akan menghadapi kalian."

Rey terdiam sesaat dengan wajah yang terlihat sangat dingin.

"Dan satu lagi, aku bukanlah gembel! Aku adalah seorang Dokter !" lanjutnya dengan nada kesal dan berlari kearah mereka berempat.

Rey mengarahkan tangannya kedepan dan membacakan mantra yang tiba-tiba keluar dari kepalanya.

"Spell : Wood-cutter" tiba-tiba dari telapak tangan Rey mengeluarkan cahaya hijau dan munculah Kapak kayu. Dengan cepat ia memukul orang terdekat dengan posisinya sekarang.

Ia melanjutkan serangan kepada orang disebelah kirinya dengan cara memutarkan tubuhnya dan menghantamkan bagian tumpul kapaknya ke wajah pria itu.

"Spell : Teleportation!" Ia memejamkan mata dan tiba-tiba berpindah tempat diantara dua orang yang belum ia serang.

Mereka semua terkejut dan dengan cepat iya menghajar keduanya secara bergantian tanpa ampun.

"Ti-tidak mungkin teknik bertarung apa itu?" Kata pria yang dihajar mukanya tadi.

"Jangan-jangan dia, pengikut sekte!" sahut orang yang pertama dihajar tadi.

"Ada apa? Mau aku suntik mati?" jawab Rey membuat mereka makin ketakutan. Tanpa basa basi mereka bergegas pergi dan meninggalkan penginapan itu.

"Lari... Ada sekte kegelapan!" salah seorang berlari sambil berteriak demikian.

Mereka berdua, Rey dan pelayan itu memandangi para hidung belang itu dengan merasa lega karena sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi.

"Eh anu... Terima kasih tuan." pelayan itu berbalik badan kearah Rey dan menundukan kepalanya.

"Ah tidak apa-apa, aku senang bisa melindungi orang-orang dengan kemampuan ku." Jawabnya sambil tersenyum senang.

[Benar-benar didunia ini aku bisa melakukan hal hebat]

"Sebagai rasa terima kasih tuan boleh menginap disini kapanpun dan selama apapun tuan mau." lanjut pelayan itu.

"Eh tidak perlu, aku akan membayarnya." kata Rey mulai kebingungan.

"Tidak perlu, ini adalah hadiah untuk tuan sudah menyelamatkan saya." balasnya sambil tersenyum senang.

"Tidak, tidak... Aku tetap akan membayarnya." Jawab Rey kaku, antara ingin menerima tapi tak enak hati.

"Kalau begitu aku akan menemani tuan tidur setiap harinya." balasnya lagi memberi penawaran kepada Rey karena masih bersih keras untuk membayar.

"Eh..." Rey makin kebingungan dan kali ini terlihat dari ekspresinya yang bingung menanggapi penawaran satu ini.

[Dunia macam apa ini! Lagi pula jika aku terima, yang ada tobat ku didunia ini tidak akan di terima]

Ya, sepertinya Rey sudah bulat.

"Tidak perlu seperti itu jika penawaran mu seperti itu aku tidak bisa menolak pemberian seseorang yang sudah tulus." jawab Rey. Sambil tersenyum senang.

[Bego gue ngomong apa sih]

"Ah, terima kasih tuan. Kalau begitu tinggal lah sesuka hati tuan pintu penginapan ini akan selalu terbuka untuk tuan." dia membalasnya dengan nada gembira dan lagi-lagi menundukan kepalanya seolah memberi hormat.

[Untung aja pelayan cantik ini mengerti maksudku]

"Sepertinya hari ini hanya aku yang menginap ya?" Tanya Rey memecah suasana sekaligus membuka pembicaraan baru.

Mereka pun berbincang disana, meja dekat jendela yang memiliki pemandangan kota tua yang indah. Suasana kerajaan dan dunia fantasi serta lampu jalanan yang bersinar terang membuat suasana semakin indah.

*

"Oh jadi seperti itu." kata Rey setelah mengetahui seluruh cerita tentang penginapan ini.

"Iya, sebenarnya aku ingin menjual tempat ini tapi ini adalah satu-satunya peninggalan orang tua ku." Balasnya dengan nada sedih.

"Bagaimana kalau aku beli kepemilikan ini. Tapi berhubung aku tidak memiliki uang sekarang, aku akan menyicilnya." Rey dengan cepat memberi saran kepada pelayan itu.

"Tuan . . ." pelayan itu mengangkat kepalanya dan menatap kearah Rey dengan wajah penuh harapan.

"Untuk tempat tinggal mu, kamu bisa tetap menempati kamarmu. Dan aku akan memberi upah atas pekerjaanmu jadi kamu tidak perlu khawatir untuk tidak memiliki uang lagi." lanjut Rey, memberikan tawaran kepada pelayan itu.

"Jadi bagaimana, apa aku boleh menyicil Nany?" Rey menyebut namanya.

"I-iya tuan, tolong bimbing saya." Nany meneteskan air matanya, dan sekaligus gembira karena menemukan orang yang bijaksana.

Hari semakin gelap, Rey pun sudah berada dikamarnya. Dia merebahkan badannya dan seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Duit dari mana ya satu Platinum..." ujarnya sambil melihat langit-langit kamarnya.

Rey terus berusaha berfikir keras hingga berguling kesana dan kemari. Hingga akhirnya dia ingat satu hal...

"Oh Iya mungkin ada informasi dari Handphone ini." dia mengeluarkan handphone dari sakunya. Dia mengutak-atik layarnya dan menemukan sesuatu.

"Eh... Aku bisa mendapatkan satu platinum dengan mudah." Rey tersenyum bahagia setelah membaca kitab yang ada di smartphone tak bersinyal itu. Dia terus membaca halaman demi halaman untuk menemukan celah agar dia bisa bertahan hidup didunia ini

***

Keesokan harinya di Guild House Artetius, Rey dan Alice sedang berbincang suatu hal yang serius.

"Apa kau benar-benar ingin melakukannya?" tanya Alice sambil menikmati kentang goreng terenak Guild House.

"Ya tentu saja, dengan begini aku akan menjadi sangat berguna di Negeri antah berantah ini." Jawab Rey dengan wajah penuh semangat. Senyumnya membuat wajahnya terlihat makin tampan meskipun pakaiannya membuat dia terlihat seperti gembel.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login