***
"Dengerin gue." Kalka menangkup wajah Arsya yang sembab lalu menatapnya lembut. Mencoba melihat seberapa besar luka itu telah tercipta hingga membuat sosok seperti Arsya hancur dengan mudahnya. "Lo nggak perlu ngerasa sendirian. Masih ada kita, Sya. Kalau ada apa-apa lo bisa cerita. Jangan kayak gini."
Arsya menunduk. Ia tahu bahwa ia terlalu gegabah dan egois selama ini. Menerobos masuk ke dalam ruang tergelap dan bermain-main disana, membuatnya terjebak dan enggan untuk keluar. Sekalipun itu membahayakan dirinya. Terlebih setelah ia mengenal dan menyerahkan hatinya begitu saja pada sosok lelaki bernama Keral.
Ia memungut kantong plastik kecil berisi pil-pil putih yang masih tersisa lalu melemparnya begitu saja ke arah tempat sampah yang dikukung api, membuat barang itu bergabung dan hancur dengan yang lainnya.
"Putusin Keral," ucap Kalka.
Arsya menggeleng. Ia mengusap air matanya yang kembali meruak keluar