Sepuluh tahun kemudian,
Ardan murka setelah melihat wajah Galih dan Biyandra babak belur dan penuh luka. Ardan mulai pasrah dan merasa Galih dan Biyandra semakin sulit disatukan. Mereka selalu bertengkar sejak kecil untuk masalah kecil. Entah sudah berapa kali Ardan dipanggil pihak sekolah karena ulah mereka.
"Kali ini ayah benar-benar kecewa," Ardan membuang napasnya dan melihat Biyandra dan Galih secara bergantian. Hari ini Ardan sengaja menyidangi dua anak nakalnya. Sekar tidak bereaksi sejak kepulangan Ardan dari sekolah Galih dan Biyandra. Sekar tahu kalau hari ini Ardan sangat murka dan ia tidak bisa membela kedua anaknya yang selalu bertengkar.
"Maaf ayah," Biyandra palsu mencoba mengambil hati Ardan dengan meminta maaf duluan. Yana memberi kode agar Galih minta maaf walau hanya melalui tulisan. Sepuluh tahun Ardan mencoba menyembuhkan Galih tapi sampai detik ini Galih tidak juga mau bicara. Padahal semua psikiater ataupun psikolog mengatakan Galih sudah sembuh dari rasa traumanya.
Ardan sengaja memasukkan Galih dan Biyandra palsu satu sekolah selain agar hubungan mereka bisa lebih dekat tapi tujuan utamanya agar Galih bisa berbaur dengan anak-anak lainnya.
Galih mengambil kertas dan mulai menulis isi hatinya, "AKU TIDAK AKAN MINTA MAAF KARENA AKU TIDAK SALAH!"
Ardan semakin kesal dan memukul meja dengan tangannya. Semua diam dan tidak ada yang berani membantah. Alleia memegang tangan Yana sedangkan Biyandra palsu bergelung di tangan Sekar.
Sejak hasil tes DNA yang sudah dimanipulasi Ibu Marinka menunjukkan kalau Biyandra palsu adalah anaknya Sekar langsung menuruti semua keinginan Biyandra palsu dan terkadang mengacuhkan Galih yang sulit ia dekati. Galih enggan disentuh Sekar dan lebih dekat dengan Ardan.
"Keputusan ayah sudah bulat. Ayah akan mengirim Galih dan Biyandra untuk sekolah di Amerika. Kalian berdua akan tinggal satu rumah, terserah kalian mau saling bunuh atau berusaha untuk akur," Ardan lalu berdiri dan meninggalkan ruang tamu untuk kembali ke kamarnya.
Sekar langsung mengejar Ardan dan ingin membatalkan niat Ardan mengirim Galih dan Biyandra palsu ke Amerika.
"Kamu selalu memutuskan sesuatu tanpa bertanya pendapatku," ujar Sekar dengan nada tinggi. Sejak rujuk dan hubungan mereka mulai membaik, baru kali ini mereka bertengkar hebat. Sekar tahu niat Ardan melakukan itu agar dua anak mereka bisa saling menyayangi tapi bukan dengan mengirimnya sejauh itu.
"Aku capek kerja di kantor dan pihak sekolah menghubungiku kalau dua anak nakal itu berkelahi hanya karena masalah sepele. Aku capek melihat mereka seperti itu setiap hari, aku menyayangi mereka karena mereka sama-sama anak kita tapi aku tidak akan tinggal diam kalau mereka saling membenci, jadi lebih baik aku mengirim mereka sejauh mungkin agar mereka akur dan belajar saling menyayangi,"
"Tapi …"
"Aku melakukan itu bukan karena membenci mereka. Kamu selalu berpikir aku memihak Galih dan mengacuhkan Biyandra dan aku juga berpikir kamu mengacuhkan Galih dan lebih membela Biyandra. Cara kita mendidik anak sepertinya sudah salah sejak awal dan untuk itu aku memutuskan mereka berdua akan aku kirim ke Amerika," Ardan membuka dasi lalu masuk ke kamar mandi. Sekar membuang napas dan merasa percuma membantah jika Ardan sudah memutuskan sesuatu Sekar tidak bisa berbuat apa-apa.
Ardan mencium kening Sekar yang sudah terlelap tidur. Sekar tidak pernah membahas tentang keputusannya lagi. Ardan membuang napas dan membuka laci yang ada di samping nakasnya dan mengeluarkan foto kelurganya.
Semua ini ia lakukan setelah melihat Biyandra palsu tumbuh menjadi anak ambisius dan sedikit licik sedangkan Galih lebih tenang tapi akan bertindak keras jika ada yang mengusiknya. Ardan ingin dua anak lelakinya tumbuh menjadi anak baik dan untuk itu ia memutuskan mengirim mereka berdua ke Amerika meski ia harus bertengkar dengan Sekar.
Ardan lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar anak-anaknya. Kamar pertama yang ia masuki yaitu kamar dua anak perempuannya. Yana dan Alleia lebih mudah diatur dan jarang buat masalah untuk Ardan dan Sekar. Yana sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan Ardan terpaksa bersikap posesif karena takut Yana dipermainkan lawan jenisnya, sedangkan Alleia mulai tumbuh menyerupai Sekar dan Ardan sangat memanjakannya. Apapun keinginan Alleia selalu Ardan penuhi kecuali saat Alleia minta adik baru.
Kesibukannya di kantor membuat Ardan jarang berkumpul dengan anak-anaknya. Jika Ardan pulang biasanya anak-anaknya sudah tidur atau sedang tidak ada di rumah dan baru tengah malam seperti ini Ardan bisa mengunjungi dan melihat pertumbuhan anak-anaknya.
Ardan lalu keluar dari kamar anak perempuannya dan masuk ke kamar dua anak laki-lakinya. Ardan berdecak kesal melihat kamar yang seperti kapal pecah, Galih membuat batas agar Biyandra palsu tidak masuk wilayahnya. Ardan menarik selimut yang berantakan dan menyelimuti tubuh Galih dan Biyandra palsu lalu mencium kening mereka satu persatu. Ardan memang tegas tapi ia sangat menyayangi anak-anaknya.
"Kalian ini selalu membuat kepala Ayah sakit," Ardan menepuk pantat Galih dan Biyandra palsu bergantian. Mereka langsung menggeliat sebentar dan langsung kembali tidur. Setelah puas Ardan pun keluar dan kembali masuk ke kamarnya.
Biyandra palsu yang belum tidur langsung membuka matanya dan melihat kepergian Ardan dengan tatapan panjang. Biyandra palsu lalu bangun dan membuka laci yang sengaja ia kunci. Biyandra palsu mengeluarkan sebuah amplop bertuliskan nama Ibu Marinka yang masih mendekam di penjara. Biyandra palsu kembali membaca surat ancaman yang dikirim Ibu Marinka.
To : Daniel
"Halo Daniel ah tidak Biyandra sayang. Apa kabar nak? Semoga kamu baik-baik saja hidup di rumah mereka. Oma harap mereka belum tahu kalau ternyata kamu itu bukan Biyandra asli tapi anak yang sengaja oma atur untuk menggantikan posisi Biyandra yang sudah lama mati."
"Ingat Daniel, meski Oma terkurung di dalam penjara tapi oma bisa menghancurkan kebahagiaan kamu dalam hitungan detik. Jadi, jangan pernah lupakan tugas kamu untuk menghancurkan keluarga Mahesa dan mengeruk semua harta itu agar menjadi milik kamu. Oma akan menunggu saat-saat keluarga Mahesa terpuruk dan hancur karena anak kesayangannya."
Nb : Hancurkan keluarga Ardan Mahesa!
Biyandra palsu atau Daniel meremas surat itu. Selama ini ia pikir dengan di penjaranya Ibu Marinka ia bisa hidup tenang bersama keluarga angkatnya tapi nyatanya mimpi buruk itu datang lagi saat ia menerima surat yang dikirim Ibu Marinka ke sekolahnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Jika Ayah dan Ibu sampai tahu kalau aku bukan Biyandra mereka akan membenciku, aku sangat menyayangi mereka dan tidak mau mereka membenciku," ujar Daniel dalam hati.
Rencana Ardan mengirim mereka ke Amerika sangat Daniel syukuri agar bisa terhindar dari Ibu Marinka. Daniel melirik Galih yang tiba-tiba bangun dan menatapnya dengan tatapan panjang.
"Berhenti menatap gue," omel Daniel.
Galih mengambil buku dan penanya lalu menulis sesuatu dengan cepat, "Kenapa lo masih simpan surat itu. Buang dan musnahkan! Rencana kita berhasil dan ayah akhirnya mengirim kita ke Amerika."
Daniel mendekati Galih dan memukul dadanya pelan, "Gue belum buat perhitungan tentang luka-luka ini," Daniel memegang luka kecil di sudut bibirnya. Galih tertawa dan menunjukkan bekas luka yang ada di pipinya.
"Lo duluan yang mukul gue," jawab Galih. Daniel dan Galih tertawa, tidak ada yang tahu kalau semua ini rencana yang mereka susun. Mereka sengaja terlihat tidak akur agar Ardan mengirim mereka jauh dari kota yang sama dengan Ibu Marinka. Daniel juga tahu kalau Galih adalah Biyandra yang asli. Bertahun-tahun mereka menunjukkan sikap tidak akur di depan Ardan dan Sekar agar bisa menipu Ibu Marinka yang masih mengawasi Daniel meski berada di dalam penjara.
"Akhirnya ayah mengirim kita ke Amerika," ujar Daniel dengan helaan napas berat.
"Rencana kita berhasil meski Ibu terlihat tidak setuju dan lo lihat reaksi Yana? Dia diam dan tidak pernah menyapa gue sejak mendengar keputusan Ayah," ujar Galih dengan nada prihatin.
"Hmmm lo serius suka kak Yana? Tapi dia kan kakak kita," tanya Daniel sekali lagi.
"Bukan kakak kandung dan lo tahu alasan kenapa gue bisa bicara? Gue mau beritahu Yana kalau gue suka sama dia," jawab Galih. Bertahun-tahun ia mencoba untuk jujur tapi sampai detik ini keberanian itu belum ada. Galih tidak peduli dengan jarak umur di antara mereka toh cinta itu tidak pandang usia atau status.
Daniel menggangguk setuju, "Jadi lo akan tetap memendam rasa itu?" tanya Daniel.
"Gue akan ungkapkan setelah kepulangan kita dari Amerika," jawab Galih penuh percaya diri. Daniel mengangguk setuju dan berharap rencana mereka berhasil. Butuh waktu lama menyelesaikan pendidikan di Amerika dan mereka berharap selama di Amerika Ibu Marinka tidak bisa mengendalikan Daniel untuk menghancurkan keluarga Mahesa.
Sekar masih berusaha membujuk Ardan untuk membatalkan niatnya tapi Ardan tetap pada keputusannya dan menyuruh Galih dan Daniel mempersiapkan keberangkatan mereka.
"Kamu sejak dulu selalu egois!" maki Sekar.
"Aku melakukan itu untuk kebaikan mereka, terserah kamu mau marah atau benci sama aku. Aku tidak mau anak-anak kita tumbuh dengan hati penuh dendam," balas Ardan dengan mimik serius.
"Cih, kamu pikir aku bisa marah dan benci sama kamu?"rutuk Sekar dalam hati.
Tok tok tok
"Masuk," Ardan menyerahkan dasi yang dipilihnya ke tangan Sekar. Pintu terbuka dan Nimas masuk sambil membawakan baki berisi susu dan cemilan.
"Silakan dicoba menu baru restoran aku mbak," pinta Nimas.
"Kamu buat menu apalagi? Kayaknya kamu nggak kehabisan ide ya," ujar Sekar sambil memasangkan dasi di leher Ardan. Sepuluh tahun mereka hidup seatap layaknya saudara kandung.
Sekar dan Nimas mulai merintis restoran sejak dua tahun yang lalu. Apalagi anak-anak mereka sudah bisa ditinggal.
"Demi restoran aku rela berkutat di depan wajan mbak," jawab Nimas.
"Nanti Arjuna dan Bintang ngambek kamu cuekin," sela Ardan. Bintang anak laki-laki Arjuna dan Nimas, usianya kini baru menginjak lima tahun. Arjuna dan Nimas memang sedikit telat memiliki anak karena kandungan Nimas bermasalah dan sempat beberapa kali mengalami keguguran.
"Mereka mengerti kok kalau istri dan mamanya sibuk cari uang," jawab Nimas. Sekar mendekati Nimas dan mencoba mencicipi menu baru yang diciptakan Nimas. Mata Sekar langsung bersinar dan ia mengangkat kedua jempolnya untuk memberi nilai masakan Nimas.
"Enak banget … pantasan Arjuna semakin lama semakin gendut," Nimas tersipu malu dan menyuruh Ardan ikut mencicipi masakannya.