Download App
84.61% two named girl / Chapter 11: chapter 10

Chapter 11: chapter 10

seketika semua ingatan ku kembali lagi. aku menatap Sean yang tengah memperhatikan ku sedari tadi sambil memegang liontin tersebut.

"ka--" baru saja dia mau mengucapkan sesuatu. pintu kamar terbuka dengan kencang. -bam-.

terlihat sosok Roland yang masuk ke dalam kamar sambil ngos ngosan.

dia terlihat terkejut saat melihat Sean di kamar itu bersama ku. spontan dia langsung menarik tangan ku menuju pintu. aku yang sedang kebingungan ini jadi lebih bingung.

aku melepaskan tangan Roland yang menggenggam ku. Roland terlihat terkejut sekaligus bingung. keheningan seketika melanda ruangan ini.

aku berjalan mendekati Sean dan bertanya "apakah selama ini kamu mencariku?".

Sean dengan wajah berbinar menjawab "iya selama ini aku mencari mu. apakah ingatan mu sudah kembali?".

aku dengan cepat menganggukkan kepala ku. dengan kasih sayang yg terpancar di matanya, ia menepuk kepala ku dengan halus dan berkata "ayo kita pulang". "--ayo-" setelah mengatakan itu aku tersentak dan langsung menoleh ke arah roland. ekspresinya tidak dapat di baca, dan ia hanya terdiam sedari tadi.

aku berbicara dan berdiskusi kepada Zen, Ivan ,dan Roland bahwa aku akan meninggalkan tempat ini dan aku sangat berterimakasih karena tempat ini sudah memberi kenangan indah untuk ku.

Zen dan ivan sempat mencegah ku untuk pergi dari sini. namun akhirnya mereka melepaskan ku. Roland sedari tadi tidak mengangkat pembicaraan dan hanya terdiam saja. aku akan kembali ke rumah ku besok. tapi entah kenapa hati ini terasa sangat berat.

aku berjalan jalan di tengah taman sambil menikmati pemandangan dan mengulang memori memori indah saat aku disini untuk terakhir kali nya . karena besok aku akan kembali ke negara asal ku.

setelah menelusuri pohon pohon aku pun merasa lelah dan duduk di dkt pohon. disana lah aku melihat Roland berjalan dari luar mansion. dia melihat ku tapi berpura pura tidak melihatku. aku memanggilnya dengan sekencang suara yang aku bisa. percobaan pertama tidak berhasil. aku terus menerus memanggilnya. akhirnya dia pun menoleh.

aku mengayunkan ayun kan tangan ku menandakan untuk datang ke tempat ku sekarang. dia berjalan ke pohon tempat aku bersandar dengan menghembuskan nafas yang panjang. sesampai nya dia duduk di samping ku dan meletakan kedua tangan nya di wajah nya.

aku menatapnya sesaat dan bertanya "apakah kamu menghindari ku?".

tanpa berpikir panjang dia langsung menjawab dengan terang terangan ''iya".

aku langsung merasa bingung dan bertanya "kenapa?".

ia terdiam sebentar lalu menjawab "karena kamu akan pergi dari sini".

aku tertawa kecil dan bertanya pada nya "apakah kamu sedih aku akan pergi?".

dia menatap ku, terkejut. dan sepertinya ia sedang berpikir sesuatu hal yang rumit.

ia langsung berdiri di hadapan ku dan membisikkan sesuatu padaku lalu kabur.

aku terkejut setelah mendengar perkataan Roland.

dan sedari pagi hingga sore aku berusaha untuk mencerna kata kata Roland. namun tidak dapat tercerna oleh otak ku.

aku berjalan ke perpustakaan dan menemukan Sean di dalam nya. aku masih terpikirkan tentang yang disampaikan Roland padaku. iya, yang di sampai kan Roland padaku mengaitkan Sean.

sean menoleh setelah mendengar suara pintu yang terbuka. segera setelah ia melihat aku yang masuk ke perpustakaan ia langsung menurunkan buku yang ia pegang dan menaruh nya di rak asalnya.

ia langsung menghampiriku. aku tetap ragu walau selama ini ingatan ku tentang dia sangatlah manis dan hangat. aku melepas keraguan ku dan menyapa nya yang menghampiri ku sambil menutup pintu perpustakaan. dia mengajak ku duduk di kursi di perpustakaan tersebut dan ia duduk di samping ku. mungkin karena sudah lama tidak berjumpa banyak kata kata yang harus di sampai kan. namun saat kami bicara pertama kali untuk waktu yg lama. ia malah bertanya "apa hubungan mu dengan Roland?".

aku spontan terkejut dan menoleh ke arah nya dan menjawab "aku dan Roland hanya sebatas teman".

sean yang melihat tingkah ku berkata "Roland itu berbahaya, apapun yang ia katakan jangan di percaya".

aku langsung bergidik dan bisikan Roland lagi lagi lewat di pikiran ku. aku langsung bertanya padanya "kamu tahu Sean?". sean dengan kalem menjawab "tidak".

aku langsung menjawab "jadi kenapa kamu mengatakan bahwa dia berbahaya? dia adalah orang yang menyelamatkan ku dan dia sangatlah baik!".

setelah kata kata ku terdengar oleh Sean, sean langsung menatap ku sinis dan berkata dengan nada yang aneh "apakah dia pernah berkata sesuatu tentang ku pada mu?".

aku terkejut dan hati ku bergedub kencang. aku kemudian menjawab "ti--". sebelum aku bisa menyelesaikan kata kata ku ia langsung berkata "dia berkata kalau aku akan membunuh mu kan?". aku spontan terkejut, kata kata yang Sean bilang percis sama dengan apa yang di katakan Roland tengah hari. aku langsung berdiri karena reflex.

"apa maksudmu?". tanya ku memastikan.

sean menghela nafas dan berkata "aku mendengar apa yang kalian bicarakan tadi."

[Sean POV]

tadi siang aku sedang berjalan menelusuri pepohonan di mansion, entah kenapa aku selalu mengingat kejadian "itu" saat aku melihat mansion ini.

saat aku hendak kembali mencari lily setelah lama berjalan jalan. aku melihatnya dengan Roland.

saat aku melihatnya dengan Roland. ada suatu rasa yang muncul, tapi aku tidak tahu rasa apa itu.

yang aku tau adalah perasaan itu adalah ketakutan.

aku dan Roland sudah berteman dari umur 10 tahun.

otomatis ia tau semua sikapku. dan juga yang paling parah ia mengetahui rencana ku.

itulah kenapa aku merasa takut. karena aku takut ia membocorkan rahasia terbesar ku ke Lily yang akan membuat rencana ku gagal.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

aku berjalan lagi ke perpustakaan. aku melihat buku buku yang ada di perpustakaan itu. saat aku hendak mengambil satu buku.

tiba tiba pintu perpustakaan dibuka. spontan aku menoleh ke pintu.

sosok Lily terlihat di ujung pintu.

aku menghampirinya dan menyuruhnya duduk di samping ku.

entah kenapa kata yang pertama kuucapkan adalah tentang hal tadi siang.

aku seketika tidak tahu bagaimanana cara menjawabnya dan hanya berkata sejujurnya. walaupun hanya setengah kejujuran.

[Lily POV]

"kau mendengar yang kami bicarakan tadi?". tanya ku lagi untuk memastikan.

"iya". jawabnya dengan cepat.

aku tidak tahu harus menjawab apa.

"mari kita pulang secepatnya". ucap Sean sambil tersenyum kepadaku.

"oke".tanpa kusadari kata itu keluar dari mulutku.

tiba tiba suara pintu perpustakaan terbuka kencang.

______________________________________________

to be continued~


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login