Di malam hari, Raina melirik jam di dinding kamar asramanya.
"Apa kamu sedang menungguku?" Terdengar bisikan rendah di sebelah telinganya.
"Narsisme adalah penyakit," ucap Raina datar. "Pergi dan obati dirimu."
Geni terkekeh pelan.
Raina mengubah pemikirannya. "Kamu sudah berjanji untuk mengajariku mantra."
"Ya, ya, kemarilah, aku akan mengajarimu," ucap Geni yang sekarang sedang berbaring di ranjang sambil melambaikan tangannya.
"..."
"Aih, kenapa kamu menjadi begitu pemalu? Kemarilah!" Geni berdecak kesal.
Raina hanya berdiri terpaku di tempatnya, tidak bergerak sedikit pun.
Geni menyipitkan matanya lalu melambaikan tangannya dengan lembut. Detik berikutnya, Raina merasakan dorongan kuat dari belakang yang membuatnya terlempar ke ranjang, tepat di pelukan Geni.
"Apa kamu ingin melemparkan dirimu kepadaku sebanyak itu?"
Raina: "..."
Sistem: "..." Tak tahu malu!!
(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Raina ingin bangun tapi bagaimana mungkin Geni akan membiarkannya pergi dengan mudah? Pria itu malah menekannya ke bawah dan menunjukkan seringai menggoda.
Raina menatap Geni dengan tatapan datar. Kalau bukan karena tulisan 'Tuan Penjahat' di atas kepala Geni yang berwarna merah menyala, Riana mungkin akan berpikir bahwa dia pasti sedang ditipu oleh sistemnya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat penjahat yang begitu 'bersemangat'.
Geni melihat Raina yang tidak bergerak seperti ikan mati dan semakin menekannya ke bawah.
"Apa kamu tahu berapa tahun hukuman untuk kasus pemerkosaan anak di bawah umur?" Raina sangat tenang.
Geni tertawa ringan. "Kamu terlalu banyak berpikir. Dengan kekuatanku, bahkan jika aku melakukan sesuatu padamu, mereka tidak akan berani melakukan apapun dan mungkin akan mulai mencarikan tanggal pernikahan yang tepat."
Raina terdiam saat melihat betapa percaya dirinya pria itu.
"Gadis, ingin mempertimbangkan untuk bersamaku?" Geni tersenyum ambigu. "Tenang saja, aku tidak akan memakanmu dengan segera. Aku akan membiarkanmu tumbuh dengan cepat sebelum memakanmu habis."
"A-amelia?"
Raina dan Geni menoleh secara bersamaan dan menemukan Ganesha yang berdiri mematung di ambang pintu. Raina langsung mendorong Geni menjauh.
"S-sejak kapan kamu di sana?" tanya Raina dengan wajah memerah.
Sistem tahu kalau itu hanya berpura-pura tapi masih merasa sedikit terkejut. Di kehidupan sebelumnya, apakah tuannya seorang artis? Dia terlihat begitu alami seakan-akan sudah melakukan hal ini berulang kali.
Senyum di wajah Geni melebar ketika melihat wajah Ganesha yang menghitam.
Raina yang tidak sengaja melihatnya terdiam. "Pengacau."
Sistem tidak bisa tidak setuju.
"Ganesha..."
Ganesha mendengar panggilan Raina dan menghela napas panjang. "Amelia, kemari!" perintahnya dengan nada lembut tapi Raina bisa merasakan amarah yang tertahan di dalamnya.
Raina baru ingin melangkah saat tangannya ditahan oleh Geni.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Ganesha dengan suram ketika melihatnya.
Geni tak menjawab dan hanya tersenyum.
Ganesha tidak tahan melihatnya. Dia menyambar tangan Riana yang masih kosong dan menyeretnya keluar.
"Ganes..." panggil Riana lirih. "Sakit."
Ganesha melirik tangan Riana yang memerah dan rasa bersalah tumbuh di hatinya.
"M-maafkan aku." Ganesha melepaskan tangannya.
"Amelia, apa kamu hanya menganggap ucapanku sebagai angin lalu? Aku sudah mengatakan untuk tidak hanya berduaan dengan pria lain!"
Raina melirik bar cinta di atas kepala Ganesha yang menunjukkan angka sembilan puluh persen lalu melirik wajah Ganesha yang memerah karena marah.
"Kenapa?" tanyanya kemudian.
Ganesha hilang untuk sesaat karena pertanyaan mendadak Raina. "Apa yang kamu maksud dengan kenapa?"
"Kenapa kamu peduli padaku?" tanya Raina. "Kalau itu hanya karena kita teman masa kecil, kamu tidak perlu begitu repot tentang hal-hal pribadiku."
"Ap-apa yang kamu katakan? Bukankah kita selalu seperti ini? Jangan mengatakan hal-hal membingungkan seperti itu!" Ganesha tergagap.
"Tunggu aku di sini! Aku akan kembali sebentar lagi." Ganesha mengalihkan arah pembicaraan sebelum pergi dengan terburu-buru.
Raina menatap punggung Ganesha yang menjauh dengan mata gelap.
Sistem melihat keanehan pada tuannya dan ragu-ragu untuk bertanya. "Tuan, apa ada yang salah?"
"Ganesha," jawab Raina dingin. "Aku rasa dia bahkan tidak menyadari perasaannya pada Amelia."
Sistem: (´⊙ω⊙`)
Raina tidak mengharapkan balasan dari sistem. Jadi, dia segera berbalik ke kamar dan menemukan Geni yang masih berbaring di ranjang.
"Apa kalian sudah selesai?" tanya Geni dengan santai.
Raina mengangguk lalu menggeleng. "Kenapa kamu terus memprovokasinya?"
Geni tersenyum. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"
Raina tak menjawab dan hanya terus menatap Geni dengan tenang.
"Aku tidak menyukainya. Apa alasan ini cukup?"
[Ding! Misi tersembunyi telah dipicu. Diterima secara otomatis.]
[Ding! misi tersembunyi diterima.]
[Memuat misi tersembunyi...]
[Ding! Misi tersembunyi telah dimuat.]
[Misi tersembunyi: <Aku membencimu, apa yang harus aku lakukan?> Melindungi pemimpin utama pria dari serangan tuan penjahat.]
"... Sistem?"
"Aku di sini~"
"Kamu dan sistem utamamu sialanmu itu, kalian semua sampah," umpat Raina dengan nada datar.
Sistem tidak bisa berpikir bagaimana Raina bisa mengutuh dengan nada datar seakan-akan sedang mengomentari cuaca. "Sebenarnya kamu berniat mengutukku atau tidak?"
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Geni dengan nada lembut yang baru pertama kali terdengar oleh Raina. "Mata itu..."
Raina melirik Geni tapi tidak memberikan tanggapan apapun.
Geni menjentikkan jarinya dan detik berikutnya dia sudah bersandar di bahu Raina. "Bagaimana mungkin nona muda yang manja sepertinya menjadi begitu menarik sepertimu?"
Senyum di wajah Geni semakin melebar. "Gadis, siapa sebenarnya kamu?"
"Apa urusannya denganmu?"
"Tentu saja itu urusanku," sahut Geni. "Karena aku rasa aku jatuh cinta padamu."
Raina menatap bar cinta di atas kepala Geni yang bahkan tidak mencapai setengahnya.
Raina: "..."
Sistem: "..."
"Bagaimana bisa kamu mengatakan kebohongan kosong seperti itu dengan wajah lurus?"
Geni sedikit memiringkan kepalanya. "Apa kamu tidak mempercayainya?"
"..." Percaya kepalamu.
"Kemari~" Geni mencoba menarik tangan Raina.
Raina secara refleks menghindar yang mana membuat senyum di wajah Geni bergetar. "Apa aku begitu menjijikkan bagimu?"
"..." Tuan penjahat, kamu salah paham.
Sistem yang melihat ekspresi Geni memburuk langsung mundur secara perlahan. "..." Tuan, selamat berjuang~
"Aku tidak bermaksud..." Raina yang tidak pernah menjelaskan dirinya pada orang lain kebingungan saat dipaksa menjelaskan diri untuk pertama kalinya.
Geni menangkupkan tangannya ke wajah Raina. "Hm?"
"..." Sialan, kamu membuatku semakin gugup.
"Aku tidak suka disentuh oleh orang lain," ucap Raina.
Dalam hati, dia menunggu pemberitahuan dari sistem tapi sistem tidak mengatakan apapun. "Sistem, kenapa kamu tidak menegurku?"
Sistem: "... Tuan, apa yang kamu lakukan?"
"Aku baru saja OOC, kenapa kamu tidak menegurku?"
"Tuan, kamu hanya tidak boleh OOC di depan pemimpin utama pria~"
"Kenapa?"
"..." Apa aku juga harus menjelaskan hal ini?
Melihat wajah serius tuannya, sepertinya dia benar-benar harus menjelaskannya atau sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi.
"Tuan, pemimpin utama pria merupakan anak kesayangan surga dan tentu saja akan selalu diawasi oleh pemilik. Jika kamu OOC di depan pemilik, dia pasti akan memotong poinmu~"
"Pemilik?"
"Ah, dia adalah pencipta sistem utama dan sistem-sistem lainnya, termasuk sistem kecil yang imut ini~"
"Apakah dia..."
"Ah, sistem baru ingat kalau sistem sedang memasak sesuatu. Tuan, selamat tinggal~"
"... Kalian, sistem, bahkan bisa memasak?"
"..." Tidak tapi aku tidak akan mengatakannya padamu. Kamu tahu? Seperti seorang pembohong...
( QAQ )
Tuannya begitu berbahaya. Bagaimana kalau dia secara tidak sengaja menumpahkan kacang pemiliknya? Pria itu pasti akan memukulinya sampai mati...