Aslan terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Karina. "Gue sekacau itu?"
Sekali lagi Karina menganggukkan kepalanya. "Lu bahkan udah setuju buat ikut konseling untuk mengatasi masalah lu itu."
"Leon atau Nadia ngga pernah bilang soal itu? Bahkan Nyokap gue ngga pernah ngomong soal itu ke gue," sahut Aslan.
Karina menghela napas panjang. "Jelas aja Leon ngga tahu, dia koma. Nadia juga ngga tahu karena kalian cuma ngomongin kerjaan sama hal-hal tentang Leon. Nyokap lu? Lu mulai kacau sejak dia datang."
"Terus kenapa gue sekacau itu pas sama lu?"
Karina mengangkat bahunya. "Lu pernah bilang nyaman rasanya akhirnya punya bahu seseorang buat bersandar. And guess what, lu ngomong itu sambil bersandar di bahu gue."
Aslan menahan nafasnya. Ia kemudian menundukkan kepalanya. "Kayaknya gue udah banyak ngerepotin lu."
Karina tertawa pelan. "Gue cuma memberikan support sama cowok yang gue sayang. Gue nggak ngerasa itu ngerepotin. Gue malah senang lu bisa segitu terbukanya sama gue."
Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it.
Terus berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^