Entah berapa lama Cathy dan Felicia duduk di sofa di lantai tiga. Felicia juga menjelaskan dilema yang dihadapinya. Dia sangat mencintai Benjamin dan tidak pernah bisa mengerti mengapa kedua orang tuanya selalu menentangnya. Rupanya tidak hanya Benjamin, kedua orang tuanya juga tidak suka jika dia berteman baik dengan Vincent.
Seluruh anggota LS membenci Vincent dan memandang Benjamin sebagai musuh. Sebagai seorang wanita, Felicia ingin melepaskan jati dirinya dan ingin tinggal disisi Benjamin walau orang tuanya tidak merestuinya. Lagipula dia tidak mau ikut terlibat dalam perseteruan Paxton dengan LS.
Sayangnya, Benjamin tidak memiliki perasaan yang sama dengannya dan dia juga tidak ingin membuat kedua orangtuanya kecewa. Ayahnya yang sudah lanjut umur menunggunya untuk mengambil alih bukan sebagai pemilik perusahaan, tapi sebagai ketua tim C.
Pada akhirnya, Felicia lebih menurut pada kedua orangtuanya dan mulai belajar untuk menjadi ketua yang baik.
"Mengapa kau memberitahukan semua ini padaku?" tanya Cathy setelah Felicia mencurahkan isi hatinya padanya.
"Sebagai penerus ketua tim C, aku harap kau bisa melupakan Vincent dan menerima kenyataan bahwa kau adalah putri Chloeny Paxton. Meski kau bukan penerus tahta utama, kau tetaplah anaknya. Kau tidak bisa bertindak atau memilih pasangan hidup sesuai dengan keinginanmu sendiri. Khususnya tidak dengan orang yang menyebabkan kematian Chloeny. Kalian tidak bisa dan tidak boleh bersama. Saat ini semua anggota tim inti menantikanmu menemukan kunci pengaktifan untuk menyalakan Stealth kembali. Kau harus memenuhi takdirmu sebagai seorang keturunan pewaris tahta Paxton."
Hati Cathy terasa berat mendengarnya. Bahkan Felicia juga menyuruhnya untuk melupakan Vincent. Tadinya dia berpikir Felicia akan menyuruhnya untuk bertahan dengan mengatakan Vincent pasti akan kembali padanya karena dia adalah nomor tujuh. Tapi sekarang Felicia menyuruhnya untuk melupakannya? Cathy merasa sangat bingung seakan menemui jalan buntu dan tersesat, Cathy tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Jadi.. aku harus melupakannya? Aku tidak perlu menunggunya lagi?"
"Aku belum selesai bicara." ucap Felicia. "Tadinya aku ingin melanjutkan.. sebagai sahabat, aku mendoakan kebahagiaan kalian dengan tulus. Aku tidak ingin kalian berpisah dengan menggunakan alasan karena kalian tidak ditakdirkan untuk bersama. Tapi, jika kau bahkan meragukan perasaanmu sendiri, aku berubah pikiran. Kalau kau tidak benar-benar mencintainya, lebih baik kau berhenti. Aku tidak ingin Vincent terluka karena perasaanmu yang setengah-setengah. Aku mengucapkannya sebagai sahabat dan adik dari Vincent."
Cathy menatap Felicia dengan pandangan terluka. Dia merasa dituduh namun dia juga merasa apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah. Dia sendiri tidak tahu apakah dia bisa menerima Vincent kembali ke sisinya atau tidak.
"Apa kau tahu arti angka tujuh bagi Vincent?"
Cathy terdiam dan mendengarkan penjelasan Felicia mengenai angka tujuh yang dari tadi membuatnya penasaran.
Angka tujuh merupakan jumlah warna pada pelangi yang merupakan fenomena alam favorit seluruh keluarga Regnz.
Sudah ada enam wanita yang menduduki masing-masing warna pelangi dalam hati Vincent. Dan setelah bertemu banyak wanita selama belasan tahun, tidak ada yang berhasil membuat Vincent menempatkan seorang wanita pada warna ke tujuh.
'Orang yang akan menjadi nomor tujuh adalah orang yang bisa membuatku merasa sempurna saat berada disisinya.' itulah yang dikatakan Vincent pada Felicia belasan tahun yang lalu. Angka tujuh merupakan angka sempurna bagi Vincent. Vincent berharap bisa menemukan seorang wanita yang bisa memenuhi isi hati dan pikirannya selama tujuh hari dalam seminggu dan di minggu-minggu berikutnya.
Felicia mengetahui dirinya berada di salah satu enam warna pertama saat dia lulus kuliah sebelas tahun yang lalu. Sejak saat itu dia tahu, dia tidak akan pernah bisa memonopoli hati Vincent. Karena itu dia menyerah dan menganggap Vincent sebagai sahabat.
"Tidak mudah menemukan seorang yang bisa menempati kedudukan itu. Karena dia sudah memilihmu, dia pasti akan kembali. Dia memiliki alasan mengapa dia harus pergi saat ini. Tapi aku ingin kau tahu, dia pasti akan kembali. Sisanya hanyalah perasaanmu sendiri. Jika kau tidak sanggup menunggunya, lebih baik berhenti menunggu. Kau bisa mengatakannya dengan tegas saat kalian bertemu nanti. Dia pasti mengerti."
Cathy bertanya-tanya apakah dia bisa melakukannya? Apakah dia bisa berhenti menunggunya seperti yang disarankan Felicia? Dia merasa jika dia berhenti menunggu, mungkin dia bisa melupakan Vincent sepenuhnya. Jika dia berhasil melupakan Vincent, dia merasa hidupnya lebih terasa ringan dan perlahan dia bisa kembali ceria seperti saat sebelum bertemu dengan Vincent.
Hanya saja dia merasa ada sesuatu yang menghilang jika dia melupakan Vincent. Dia merasa ada sebuah lubang dalam dirinya dan dia tidak tahu benda apa yang menghilang menyebabkan lubang tersebut.
Cathy sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia memikirkan semua kalimat yang diucapkan Felicia dengan sedih. Bahkan saat dia sudah tiba di rumahnya, dia juga tidak bisa menemukan jalan keluarnya.
Di dalam kamar, Cathy berbaring menghadap langit kamarnya sambil mendesah berat. Cathy tidak pernah bertemu dengan ibu kandungnya, dia juga tidak pernah melihat secara langsung bagaimana hubungan antara Chloe dengan Vincent.
Saat ini yang dia tahu baik saudara kembarnya dan seluruh LS menyalahkan dan membenci Vincent. Sementara keluarga Vincent, meski dia belum pernah melihat reaksi mereka saat tahu bahwa dia adalah putri Chloe, Cathy merasa cukup yakin mereka juga akan membencinya.
Beberapa bulan yang lalu, dia bertemu dengan Vanessa serta Abigail secara tidak sengaja. Cathy mencoba menyapanya demi kesopanan, tapi Vanessa tidak membalasnya dan melengos meninggalkannya terburu-buru.
Waktu itu dia tidak tahu apakah Vanessa memang tidak melihatnya atau berpura-pura tidak melihatnya. Jika wanita itu berpura-pura tidak melihatnya, itu berarti seluruh keluarga Vincent pasti sudah tahu mengenai ibunya dan kini menghindarinya.
Karena itu, meski dia ingin mengunjungi Blue Rosemary, dia tidak berani. Dia merasa takut pada tatapan atau sikap yang akan diterimanya. Dia merasa dirinya sudah bukan seorang kekasih bagi Vincent. Dia bahkan merasa kenangannya saat Vincent menyatakan perasaannya di tepi danau hanyalah mimpi belaka. Mimpi indah sejenak dan saat dia terbangun.. semua kenangannya bersama pria itu terkubur dalam hatinya.
-
Seorang anak kecil tertawa riang saat melompat-lompat di halaman belakang rumah. Biasanya ada ibunya yang menjaga anak itu namun tidak dengan hari itu. Ibunya sedang bekerja di dalam rumah sehingga yang menjaganya adalah dua anak lelaki. Yang satu sibuk memainkan helikopter terbang yang dikendalikan dengan kendali remot sementara yang lain memandang si anak dengan was-was.
"Vincent, kau tidak mau mencobanya?" ucap Benjie dengan mata tetap fokus pada mainannya.
"Bagaimana kalau dia jatuh? Kau sama sekali tidak mengkhawatirkannya?" Vincent lebih mengkhawatirkan Rinrin kecil yang masih asyik melompat-lompat sambil mengejar kupu-kupu yang sedang terbang.
"Dia baik-baik saja. Kalaupun jatuh, dia tidak akan menangis."
Tepat saat Benjamin menyelesaikan kalimatnya, Rinrin tersandung dan terjatuh. Awalnya dia tidak menangis malahan dia hendak bangkit berdiri dan melompat kembali. Namun saat melihat Vincent berlari ke arahnya dengan tatapan khawatir, lalu mengecek tubuhnya untuk memastikan tidak ada luka; Rinrin kecil menangis dengan keras sambil memeluk leher Vincent.
Benjamin yang masih asyik bermain remote controlnya terkejut mendengar tangisan Rinrin. Anak batita itu menangis dan menaruh kepalanya di pundak Vincent dengan manja sementara Vincent menepuk punggung Rinrin dengan lembut. Benjamin bengong pada tempatnya tidak percaya melihat adegan di depan matanya.
Vincent terkenal tidak pernah bisa sabar terhadap anak kecil, karena itu Vincent tidak pernah mau memiliki adik lagi dan selalu menjawab tidak saat ditanya jika dia mau memiliki seorang adik. Sementara Rinrin terkenal anak yang tidak mudah menangis. Tapi kenapa anak itu selalu berubah menjadi cengeng di hadapan Vincent?
"Ckckck.. rupanya dia hanya berubah manja kalau ada Vincent." decak Benjamin masih belum percaya perubahan sikap putri pelayan yang bekerja di rumahnya.
Benjamin sama sekali tidak sadar helikopternya masih terbang dan menabrak sebuah pohon. Sesaat kemudian helikopter tersebut jatuh ke bawah menimbulkan suara yang sangat keras.
"Aaaa... TIDAK!! Helikopterku!!"
Vincent melihat sikap berlebihan pada saudara sepupunya dengan malas. Kemudian dia menggandeng Rinrin yang sudah berhenti menangis masuk ke dalam rumah.
Tepat saat mereka berdiri di tengah ruang utama, seorang wanita berambut coklat kemerahan berteriak.
"AWAS!!"
Tanpa sengaja Rinrin melihat ke arah atas dan melihat sebuah lampu hias besar terjatuh menuju ke arahnya.
Seketika suasana berubah menjadi gelap dan Catherine terbangun dari mimpi buruknya... untuk kesekian kalinya.
Catherine mengelap keringat pada dahinya sambil menenangkan diri. Mengapa dia memimpikan sebuah lampu besar menimpa tubuhnya? Sepertinya dia juga pernah memimpikannya, tapi dengan situasi yang berbeda. Ada apa dengan lampu hias? Mengapa sering muncul di mimpinya?
Dia bertanya-tanya siapa anak lelaki itu? Dia merasa dia mendengar nama anak itu di mimpinya tapi saat dia terbangun, dia tidak bisa mengingatnya.
Yang lebih membuatnya bingung, mengapa dia sering memimpikan anak laki itu? Siapa anak itu sebenarnya? Dia yakin nama anak itu disebut dalam mimpinya, tapi ketika dia terbangun dia tidak bisa mengingat nama anak itu. Begitu juga dengan wajahnya, dia sama sekali tidak ingat wajah kedua anak itu di mimpinya.
Malam-malam sebelumnya dia menyerah dan menganggapnya sebagai mimpi saja. Tapi kali ini ada yang berbeda. Entah kenapa dia merasa dia pernah melihat anak itu sebelumnya. Bukan hanya anak yang memeluknya, tapi juga anak yang bermain remote kontrol.
Cathy merasa yakin dia pernah melihat dua anak itu sebelumnya, karena itu kali ini dia berusaha keras mengingat dimana dia melihat keduanya.
Dia ingat tadi dia ditunjukkan beberapa foto oleh Felicia. Apakah dua anak di mimpinya memiliki wajah yang sama dengan foto yang dilihatnya? Saat Cathy hampir menemukan jawabannya hapenya berdering menandakan sebuah pesan masuk.
Secara refleks Cathy mengambil ponselnya untuk mengecek nama pengirimnya. Begitu nama pengirim diketahui, jantungnya seakan berhenti.
Dia menekan satu kali layar smartphonenya dan membaca isi pesannya. Tidak lama kemudian, Cathy bangkit berdiri dan segera memanggil supirnya. Karena Owen tidak segera muncul dan Cathy tidak ingin membuang waktu lagi, dia langsung keluar rumah tanpa membawa jaket, tas, dompet atau apapun. Hanya sebuah ponsel yang disimpannya di kantong bajunya.
Cathy segera berlari menuju jalan raya dan mencegat taxi. Setelah memberi sebuah alamat, supir taxi segera menuju ke tempat tujuan. Sayangnya, Cathy sama sekali tidak menyadari ada sebuah gas keluar dari bawah. Beberapa menit kemudian, Cathy tertidur dan supir taxi membawanya jauh daripada tempat tujuannya.
Sepertinya Cathy diculik lagi. Entah bahaya apa yang akan menghampiri Cathy. Apakah Kinsey bisa menyelamatkannya lagi? Ataukah Owen yang akan menyelamatkannya? Ataukah tidak ada yang tahu bahwa Cathy telah diculik?
Happy reading!