Tidak terasa Chloe sudah tinggal di pulau itu selama setahun. Marc selalu menemani Chloe setiap hari untuk melakukan aktivitas mereka hingga akhirnya keduanya saling jatuh cinta. Chloe merasa ada yang disembunyikan oleh Marc begitu juga sebaliknya, namun keduanya sama-sama tidak menyinggungnya. Bagi keduanya, asalkan mereka bisa hidup damai seperti ini mereka sudah merasa puas.
Keduanya malah berharap tidak pernah kembali ke negeri asal mereka dan ingin membangun sebuah keluarga di tempat ini. Karena itu Marc melamar Chloe dan ingin menikah dengannya di pulau itu. Karena Marc hanyalah seorang nelayan biasa, dia tidak sanggup membeli cincin emas murni dengan berlian mahal. Namun dia bisa memesan sebuah liontin emas khusus untuknya.
Liontin itu berbentuk sederhana dengan nama keduanya tertera di dua sisi. Chloe tahu upah sebagai seorang nelayan tidak begitu seberapa. Karena itu dia sangat terharu melihat Marc menggunakan seluruh hasil jerih payahnya selama setahun hanya untuk memesan liontin emas tersebut. Chloe tidak peduli apakah Marc orang miskin atau tidak, yang dia tahu dia telah jatuh hati pada sifat dan karakter pria ini.
"Maaf, aku hanya bisa memberikan kalung ini. Rantai kalung ini hanyalah sebuah perak biasa. Aku rasa kau pasti lebih suka..."
"Aku sangat menyukainya, lebih dari apa yang kuharapkan. Kau tahu apa hal favoritku? Sederhana. Aku sangat menyukai keserdehanaan. Terima kasih." ucap Chloe sembari memberi kecupan pada pipi calon suaminya.
Senyuman Marc mengemban dan hari itu Chloe merasa calon suaminya tampak jauh lebih tampan dari sebelumnya.
Keduanya menikah mengikuti tradisi penduduk disana. Semua warga penduduk bersukacita karena pernikahan mereka. Yang satu tampan bagaikan seorang pangeran berkuda putih sementara pasangannya sangat cantik bagaikan malaikat yang turun ke bumi.
Keduanya adalah pasangan yang sangat serasi dan tidak ada yang bisa menyaingi kecantikan mereka di pulau itu. Karena itu meski keduanya ingin mengadakan pernikahan sederhana, tetangga serta seluruh penduduk yang tinggal disana mengadakan acara pernikahan terbesar yang tidak pernah ada di pulau tersebut. Tentu saja Chloe dan Marc tidak menolak maksud baik teman-teman mereka.
Semula kehidupan mereka berjalan dengan lancar. Keduanya menikmati kehidupan pengantin baru seperti pasangan suami istri pada umumnya. Mereka merasa bahagia selama tiga bulan pernikahan mereka hingga suatu malam... Chloe terbangun dan tidak merasakan tubuh suaminya di sebelahnya. Chloe memutuskan mencari suaminya di luar. Saat itulah dia mengetahui identitas sebenarnya dari suaminya.
"Tuan muda, Tuan besar Alvianc sakit parah dan berharap anda segera kembali untuk menggantikannya."
"Aku sudah bilang sebelumnya, aku tidak akan kembali. Tempat ini sudah menjadi bagian dariku, lagipula bukankah Greg bisa menggantikanku?"
"Tuan muda Greg baru saja lulus kuliah, Tuan besar masih belum bisa mempercayakannya pada tuan muda Greg."
"Bukankah itu hanya alasan? Sebaiknya kau kembali karena aku tidak akan mengubah keputusanku."
"Leonard Paxton mengakusisi empat puluh persen saham Alvianc. Jika anda tidak kembali, Alvianc grup akan hancur."
"Lagi-lagi Paxton. Aku sudah muak mendengarnya. Dulu aku pernah bilang untuk menyerang mereka langsung, aku bahkan nekat menyusup ke rumahnya dan menghajar semua mafia yang mereka kirim. Tapi balasan apa yang kuterima? Pria tua itu mengirimku kesini dengan alasan menghukumku?!" Marc mendengus kesal saat mengingat kejadian tiga tahun yang lalu.
Sementara itu Chloe yang menguping pembicaraan mereka menutup mulutnya dengan tangannya. Dia sama sekali tidak percaya bahwa suaminya adalah putra sulung Alvianc yang pernah menyusup ke rumahnya tiga tahun lalu. Kalau saja Leonard tidak mengirim anak buahnya untuk melindunginya waktu itu, dia pasti sudah diculik oleh penyusup itu... yang ternyata sekarang adalah suaminya.
"Aku tidak mau tahu lagi. Pergi saja sana, aku tidak peduli dengan Alvianc. Semenjak ayahku membuangku ke tempat ini, aku sudah membuang nama Alvianc dari hidupku!"
Marc berbalik untuk kembali ke rumahnya, sementara Chloe segera berlari secepat mungkin dan langsung berpura-pura tidur. Dia menggigit bibirnya dengan keras sama sekali tidak percaya apa yang didengarnya.
Sejak dari dulu Alvianc grup dan Paxton grup bermusuhan dalam perebutan kendali kuasa kemiliteran. Jika bukan karena bantuan Stealth, sudah dipastikan Alvianc grup yang memegang sebagian besar pasukan tentara.
Mengetahui kekuasaan Paxton terancam oleh keberadaan Alvianc, Chloe berusaha mencari cara untuk menghancurkan segala bisnis Alvianc grup guna menghalangi masalah yang akan timbul ke depannya. Leonard mendukungnya dan hingga kini dia berusaha merusak nilai saham Alvianc grup.
Tapi siapa yang menyangka...ternyata selama ini Chloe sedang berusaha menghancurkan bisnis keluarga suaminya. Malam itu Chloe tidak bisa tidur dengan air mata yang mengalir tanpa suara.
Keesokan paginya, Chloe menyuruh suaminya untuk kembali.
"Kau mendengarnya?"
"Aku tidak sengaja mendengarnya. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau ternyata penerus Alvianc group. Kau harus kembali."
"..." Marc tampak berpikir sejenak. Dia memang sudah membuang nama Alvianc dari hidupnya. Dia juga sudah tidak peduli dengan bisnis atau ambisinya untuk melawan Paxton. Tapi yang sebenarnya adalah setelah Marc mengetahui bisnis keluarganya dalam bahaya, dia sama sekali tidak bisa tidur dan mengkhawatirkan keluarganya semalaman. Khususnya adiknya yang baru berusia dua puluh dua tahun. Dia yakin adiknya merasa panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan mereka.
Kini istrinya tanpa sengaja mendengar percakapannya kemarin malam dan menyuruhnya kembali. Apakah itu berarti ini sebuah petunjuk bahwa memang sudah saatnya dia kembali?
"Baiklah, aku akan kembali. Aku ingin kau ikut denganku." ucap Marc sambil menggenggam kedua tangan istrinya.
"Aku akan tetap disini."
"Aku akan kembali jika kau ikut denganku. Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian disini."
"Aku lebih suka disini. Aku tidak akan ikut denganmu."
"Kalau begitu aku tidak akan kembali."
"Marc. Ayahmu sedang sakit parah, setidaknya kau harus mengunjunginya agar tidak ada penyesalan nantinya. Aku bertengkar dengan ibuku sebelum ibuku menghembuskan nafas terakhir. Hingga saat ini aku selalu menyesal karena tidak pernah bilang maaf ataupun mengucapkan terima kasih karena telah merawatku dan membesarkanku. Aku tidak ingin kau mengalami hal yang sama. Aku tahu kau sangat menyayangi dan menghormati ayahmu. Pulanglah dan bantu ayahmu." aku juga akan menghentikan Leonard menyerang perusahaanmu. Lanjut Chloe dalam benaknya.
"Aku sudah bilang, aku akan mau kembali jika kau ikut denganku."
"Kenapa aku harus ikut?"
"Kau serius menanyakannya? Kau tidak tahu jawabannya?"
Tentu saja Chloe tahu jawabannya. Tapi dia tidak bisa kembali atau terlihat bersama putra dari pemilik Alvianc group. Awalnya dia berencana kembali setelah memberitahu Marc identitasnya yang sebenarnya. Dia ingin membawa Marc kembali ke tempatnya. Dia sama sekali tidak peduli akan pandangan orang karena dia menikahi orang rendahan seperti Marc karena dia sangat mencintainya. Dia akan melindungi Marc dan akan memastikan tidak akan ada yang berani menghina ataupun melukai suaminya.
Tapi sekarang sudah berbeda cerita karena ternyata Marc adalah putra sulung dari pemilik Alvianc group. Hingga akhir hidupnya, dia harus merahasiakan identitasnya dari suaminya. Marcel tidak boleh tahu bahwa dia adalah pewaris tahta Paxton.
"Aku akan menunggumu disini. Aku tidak suka terlibat konflik apapun disana. Alasan kenapa aku melarikan ke tempat ini karena aku tidak ingin lagi masuk ke dalam politik."
"Kau melarikan diri? Apa yang terjadi? Apakah mungkin kau memiliki hutang? Apakah para lintah darat mengejarmu?"
Chloe tersenyum sama sekali tidak bisa membayangkan imajinasi suaminya yang luar biasa.
"Bisa dibilang begitu. Aku merasa lebih aman disini. Aku akan menunggumu disini, karena itu pergilah dan cepatlah kembali."
"Katakan padaku, berapa hutangmu? Aku akan membayarnya dan memastikan kau aman saat kembali nanti."
Chloe merasa tersentuh mendengarnya. Dia memeluk pinggang suaminya dan menenggelamkan wajahnya di dadanya. Dia ingin memuaskan waktu bersama suaminya untuk yang terakhir kalinya.
"Sudah tidak apa-apa. Hutangku sudah tidak ada. Kau tidak perlu khawatir." Chloe tersenyum saat merasakan Marc membalas pelukannya dan mencium puncak kepalanya. "Kembalilah, aku akan menunggu disini." lanjut Chloe sambil menengadahkan kepalanya ke atas untuk bertatap muka dengan suaminya.
Setelah berpikir keras akhirnya Marc menyetujuinya. Hari itu dia segera menghubungi tangan kanan ayahnya untuk menjemputnya.
"Marc," panggil Chloe saat Marc hendak naik ke kapal penyebrangan. Chloe mengeluarkan kalungnya kemudian memisahkan liontin pemberian suaminya saat melamarnya. "Aku ingin kau membawa setengahnya, dengan begitu aku akan merasa aku ada disisimu dan kau ada disisiku." Chloe menyerahkan liontin dengan rantai perak ke tangan suaminya.
Setelah memakaikan kalungnya, Marc menarik pinggang Chloe merapat ke tubuhnya dan mencium lembut bibir istri tercintanya.
"Aku mencintaimu." bisik Marc sedih karena harus berpisah dari istrinya.
"Aku juga mencintaimu." balas Chloe tidak kalah sedih.
"Tunggu aku pulang. Aku pasti akan kembali padamu." ucap Marc saat kedua kening mereka saling bertautan.
Kemudian Chloe mengantar kepergian suaminya dengan perasaan kehilangan dan perasaan bersalah. Dia tidak tahu apakah setelah ini mereka akan bertemu lagi karena dia memutuskan untuk kembali ke Eastern Wallace untuk menghentikan rencana jahat apapun dari Leonard terhadap Alvianc grup... dan dia tidak akan kembali pada suaminya.
Sayangnya saat Chloe naik ke kapal penyebrangan di hari berikutnya, Chloe merasa mual dan muntah-muntah sepanjang penyebrangan.
Chloe segera pergi ke rumah sakit karena merasa tubuhnya tidak sehat. Disana dia mendapat kabar bahwa dia tengah mengandung dua bulan. Mata Chloe berkaca-kaca tidak tahu apakah harus gembira ataukah sedih mengetahui kehamilannya.
"Alpha, apa kau mendengarku?" gumam Chloe dengan sangat pelan.
Tidak lama kemudian seseorang duduk di kursi belakangnya dan kedua punggung mereka saling berhadapan.
"Nona pertama memanggil saya?"
"Aku hamil."
"Saya sudah mendengarnya."
"Aku takut."
"Apa yang nona takutkan?"
Sejenak Chloe tidak menjawab dan hanya mengusap perutnya dengan lembut. "Aku tidak tahu. Hanya merasa takut, aku tidak tahu kenapa aku merasa takut seperti ini. Tidak. Aku tidak pernah merasakan ketakutan seperti ini. Apa yang harus aku lakukan?"
"Ada suatu tempat milik pribadi Tuan besar Savannah. Hanya anggota Alpha dan Zero yang mengetahuinya. Apa nona mau tinggal disana hingga kelahiran anak anda?"
"Apa aku bisa membawa Paul bersamaku?"
"Maaf, kami tidak bisa membiarkan anggota LS mengetahui tempat kami."
Chloe mendesah. "Kalau begitu aku ingin berada di tempat lain."
"Baik."
Pada akhirnya Chloe memutuskan melahirkan di pulau tempatnya bersama Marcel. Kalaupun dia harus melahirkan, setidaknya dia ingin anaknya lahir di tempat yang dipenuhi kenangannya bersama suaminya.
Hanya saja dia sengaja tidak memeriksakan kandungannya di rumah sakit agar anggota keluarganya tidak tahu bahwa dia akan melahirkan. Karenanya dia tidak tahu jenis kelamin anak yang akan dilahirkan nanti. Dia juga tidak peduli akan jenis kelamin anaknya. Baginya anak perempuan atau lelaki sama saja. Namun satu-satunya yang dia khawatirkan adalah kesejahteraan anaknya kelak.
Kehidupan seorang pewaris Paxton tidak pernah tenang dan harus selalu bersikap waspada terhadap Paxton lainnya. Dia sungguh berharap tidak ingin anaknya menjalani kehidupan seperti dirinya. Sangat melelahkan hidup harus dipenuhi dengan kewaspadaan, otak terus berjalan untuk menghadapi serangan licik keluarganya dan juga... terkadang nyawanya atau orang terdekatnya terancam bahaya.
Seandainya dia memiliki jalan keluar agar anaknya tidak terlibat dalam politik keluarga. Dia akan menukar apapun untuk kebahagiaan anaknya.
Beberapa hari sebelum waktu melahirkan, Chloe kedatangan dua tamu yang tidak disangkanya. Paul dan Lest. Seperti yang diduganya kedua pria itu memandangnya dengan tatapan bingung dan cemas.
"Siapa yang menghamilimu?"
"Hush! Tidak sopan." potong Paul pada Lest yang terkenal kasar. "Nona, siapa ayahnya?"
"Apa bedanya dengan yang kutanyakan?"
"Pertanyaanku lebih sopan."
"Kenapa kalian disini?" potong Chloe sebelum kedua pria itu mendebatkan sesuatu yang tidak penting. "Bagaimana kalian bisa menemukanku?" tentu saja itu pertanyaan bodoh karena keduanya pasti menemukannya dengan bantuan Stealth.
"Alvianc grup berhasil mengambil kendali dua puluh persen pasukan elit. Kalau dibiarkan terus pemerintah akan memberikan kuasa pada Alvianc, nona harus segera kembali." jelas Paul. "Tapi.. sepertinya anda tidak bisa kembali?"
"Soal itu..." kalimat Chloe terpotong karena merasakan air ketubannya pecah, sedetik kemudian dia berteriak kesakitan.
Paul menyokong tubuh Chloe yang seakan bisa terjatuh kapan saja sementara Lest segera mencari bantuan para penduduk disana.
Setelah mengalami beberapa kontraksi selama beberapa jam, akhirnya seorang bidan dan sahabat Chloe bernama Rischa membantu proses kelahirannya. Bidan tersebut memberi intruksi pada Chloe untuk mengatur pernapasannya kemudian mendorong bayi untuk keluar. Chloe yang menjerit kesakitan hanya bisa mencengkeram tangan Rischa.
Rischa tidak memperdulikan rasa sakit pada tangannya dan memberi semangat dan dorongan pada Chloe. Sementara itu Paul dan Lest yang menunggu di luar, hanya mengernyit frustrasi mendengar jeritan mematikan dari dalam kamar.
Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya suara tangisan bayi muncul membuat seluruh orang di dalam rumah bernapas lega.
"Selamat Chloe, bayimu adalah anak laki-laki." Rischa membawa bayi yang baru lahir tersebut ke sebelah tubuh lemah Chloe.
Memandang wajah bayinya membuatnya menangis terharu. Dia bahkan mulai bisa melihat garis-garis wajah suaminya pada anaknya.
"Dia benar-benar mirip dengan ayahnya." kini Chloe merasa merindukan suaminya lebih dari sebelumnya. Dia ingin bertemu dengan Marc disaat yang sama dia bersyukur suaminya belum kembali.
Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka dan muncul dua orang pria berbadan besar. Yang satu memakai topeng merah sementara yang lain bertopeng hitam. Kehadiran kedua orang tersebut membuat suasana dingin dan menyeramkan membuat sang bidan dan Rischa menjerit ketakutan.
Kalian pasti tahu kan siapa dua orang yang tiba2 masuk ke dalam?
Happy reading!