Entah berapa lama Vincent menunggu di luar sambil terus berdoa agar Cathy baik-baik saja. Ada sebuah tangan menepuk pundaknya memberi kekuatan, namun Vincent sama sekali tidak mengangkat kepalanya untuk melihat pemilik tangan di pundaknya. Dia terlalu kalut, tubuhnya terlalu berat bahkan hanya untuk mengangkat wajahnya, dia merasa tidak memiliki tenaga. Air matanya tidak berhenti mengalir dan dadanya terasa sesak.
Sekitar delapan belas tahun yang lalu dia pernah merasakan kesedihan seperti ini. Sejak dia mendapat kabar kematian wanita itu, dia mengurung dirinya di kamar selama satu bulan penuh dan mogok makan. Akibatnya tubuhnya menjadi kurus seperti tulang berjalan membuat ibunya menangis histeris.
Jika tidak ada ibunya ataupun kakaknya yang menyayanginya, yang tiada bosan berusaha untuk membuatnya hidup kembali, pastilah dirinya sekarang bukanlah Vincent yang sekarang.
"Dia akan baik-baik saja." suara sahabatnya, Frank terdengar di telinganya. "Dia bukan wanita itu. Dan juga dia tidak diracuni seperti wanita itu. Dia akan baik-baik saja."
Mendengar ini air matanya semakin mengalir deras. Dia tahu.. Cathy bukanlah wanita itu, dia sangat tahu tubuh Cathy tidak selemah seperti wanita itu. Tapi.. kenyataan bahwa ada pihak yang mengincarnya; kenyataan bahwa sampai saat ini dia tidak bisa menemukan pihak tersebut; kenyataan bahwa lagi-lagi dia gagal melindungi orang yang sangat berharga baginya, membuatnya pedih dan putus asa.
"Vincent.. kau harus kuat. Kami masih menyelidiki pelakunya, dan kau tahu kami tidak akan pernah berhenti mencari mereka."
Vincent menghapus air matanya di pipinya dan mulai menjernihkan pikirannya. Apa yang dikatakan Frank memang benar. Masih ada harapan. Catherine masih berjuang didalam sana dan dia pasti akan baik-baik saja.
Karenanya kini dia mencoba mengumpulkan puzzle yang sudah ditemukan di kepalanya.
Pertama, mereka menghapus jejak Cathy di pulau Pina yang kebetulan Clarissa juga berada disana. Secara tidak langsung LS mengakui merekalah yang menghapus jejak keberadaan Cathy. Kedua, kemarin dirinya menghirup gas halusinasi tanpa sengaja yang ternyata setelah diselidiki rumus formula dalam darahnya sangat mirip dengan sampel darah Cathy. Itu berarti pelaku dibalik dirinya yang jatuh pingsan dengan Cathy yang berhalusinasi adalah orang yang sama. Ketiga, orang yang memberinya gas halusinasi pasti orang yang mengenal selak beluk kediaman Eastern Wallace. Itu berarti pelakunya adalah antara anggota LS atau Martin Paxton dan lainnya.
Sayangnya dia masih belum menemukan puzzle yang lebih akurat mengenai pelakunya. Ditambah lagi, LS bukanlah pihak yang menyakiti orang tanpa alasan. Tujuan utama mereka hanya melindungi penerus tahta Paxton. Jika ada yang melawan atau mengancam keselamatan tahta Paxton, barulah LS akan bergerak.
Karena sekarang Benjamin yang menduduki tahta tersebut, bukankah seharusnya LS mengikuti apa yang diperintahkan Benjamin? Ataukah Benjie membenci Cathy sehingga memerintahkan LS untuk melukai Cathy? Tapi kenapa? Apa yang sudah dilakukan Cathy sehingga membuat penerus tahta Paxton memusuhi gadis tak berdaya itu?
"Frank, apa kau sudah menyelidiki hubungan antara Benjie dengan Cathy?" Vincent pernah meminta anggotanya untuk menyelidiki hubungan spesial apa yang dimiliki Benji dengan mantan sekretaris mudanya.
"Aku sudah menyelidikinya. Tidak ada yang spesial atau mencurigakan. Menurut para staf Star Risen, Catherine tidak memiliki hubungan apa-apa dengan CEO mereka. Keduanya bersikap selayaknya sebagai atasan dan sekretarisnya. Anehnya, justru Charlie yang memperlakukannya dengan sangat khusus."
"Charlie? Kenapa?"
Frank mendesah menggelengkan kepalanya. Sebelum Vincent berkata lebih lanjut, pintu kamar Cathy terbuka dan dokter keluar diikuti para perawatnya.
"Bagaimana keadaannya dok?" Vincent melupakan apa yang ingin didiskusikan dengan sahabatnya dan segera fokus memikirkan keselamatan Cathy.
"Ini.. kami sudah mencoba apa yang kami bisa. Jantungnya berdetak kembali dan jalan dengan normal. Hanya saja, mungkin hal ini akan terulang lagi selama dia tertidur. Karena itu kami akan sering memantaunya malam ini. Jika ada perubahan dari kondisinya, tolong segera memberitahu kami."
"Jadi kalian masih belum mengeluarkannya?" Vincent sama sekali tidak mengerti kenapa dokter ini tidak segera mengeluarkan formula apapun yang sudah memasuki tubuh Cathy.
"Maaf, hanya ini yang bisa kami lakukan."
Vincent ingin sekali menghadang dokter tersebut dan memaksanya untuk segera mengeluarkan Cathy dari kondisi buruknya. Tapi dia sendiri bukan dokter dan dia sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai medis. Karena itu dia tidak memaksa dokter wanita tersebut dan berjalan menghampiri gadis yang tengah tertidur pulas di ranjangnya.
"Frank, aku ingin Cathy dipindahkan ke kamar vip sekarang juga." jika memang ada orang yang mengincarnya, gadisnya.. Vincent tidak akan membiarkan gadis itu tanpa pengawalan. "Dan juga suruh tim Beta kemari."
"Baiklah."
Frank segera keluar dan melakukan apapun yang diinginkan sahabatnya... ketuanya.
-
Catherine merasa dirinya depresi. Lagi-lagi dia berada di suatu tempat yang sama. Apakah ini mimpi? Kenapa mimpinya harus sama? Kenapa dia harus mengalami mimpi buruk lagi? Dia ingin bangun.. dia tidak ingin berada disini. Catherine berlari dan berlari tidak peduli sekitarnya berubah menjadi gelap. Dia masih berlari berusaha keluar dari tempat mengerikan ini. Tidak ada cahaya dan dia hanya melihat kegelapan di depannya, namun itu tidak menghentikan langkahnya untuk terus berlari tanpa arah. Hingga dia melihat sebuah pintu dihadapannya, barulah langkahnya berhenti.
Dengan ragu, Cathy membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya. Tampaknya ini adalah sebuah kamar perempuan. Tebak Cathy dalam hati. Kenapa rasanya tempat ini tidak asing baginya? Cathy mengalihkan pandangannya kesekelilingnya dengan rasa ingin tahu.
Warna tembok bewarna putih dengan ranjang berukuran king size ditutupi dengan seprei warna merah muda. Terdapat empat pilar emas yang megah di tiap ujung ranjang dan sebuah tirai bewarna merah tua yang diikat ke masing-masing pilar. Seseorang akan bisa tidur dengan nyenyak tanpa diganggu oleh cahaya dengan menutup ketiga sisi ranjang dengan tirai tersebut.
Cathy merasa kamar ini dikhususkan untuk seorang putri kerajaan. Kamar ini sangat luas bahkan dua.. tiga kali lebih luas dibandingkan ruang keluarga di Red Rosemary.
Dengan tiga lemari baju yang berjejer di sisi dinding serta meja rias yang sangat besar dengan berbagai macam kosmetik bermerk, membuat kesan kamar itu sangat feminim dan elegan. Cathy menatap sekelilingnya dengan decakan kagum. Ada tempat khusus penyimpanan perhiasan cantik dan tas mewah membuatnya merasa seperti sedang dalam sebuah kamar di istana kerajaan.
Cathy yang masih takut karena sebelumnya akan tertimpa lampu, mendongakkan kepalanya untuk memastikan tidak ada lampu disana. Saat itulah matanya membelalak terpesona dengan apa yang dilihatnya. Sebuah lukisan.. lukisan dua ekor singa jantan yang berdiri berhadapan seolah sedang bertarung dengan ganas. Anehnya warna kedua singa berbeda antara satu sama lain. Yang satu bewarna coklat seperti warna yang sebenarnya sementara yang lain bewarna merah gelap.
Di antara kepala dua singa tersebut terdapat mahkota emas yang mewah dan ditengah gambar dua singa terdapat gambar seorang yang mengembangkan dua tangannya ke samping ke arah masing-masing singa yang bertarung.
Jika orang biasa yang melihatnya pasti akan merasa ngeri karena pria itu akan diterkam oleh dua singa tersebut. Anehnya, pria itu dilukiskan tanpa ekspresi selain bibir lebar yang mengulas senyuman. Gambar itu menunjukkan pria tersebut tidak takut pada singa yang menerkamnya malah tampak bersemangat menghadapi dua singa tersebut.
Mata Cathy bergerak ke sebelah gambar pertama dan melihat gambar yang mirip namun berbeda. Kali ini ribuan panah terbang menuju kearah pria dari sisi belakang dan depan. Kedua singa yang seolah menerkam pria yang ditengah telah berubah posisi. Sebelah kiri menghadap ke belakang dan sebelah kanan menghadap depan menunjukkan mulut terbuka lebar hendak menerkam mangsa. Kedua singa itu merubah posisinya seolah ingin menghadang panah tersebut dan melindungi pria tadi yang terancam bahaya. Sementara kedua tangan pria tersebut kini tidak ke arah samping melainkan terarah keatas seakan ingin mengambil mahkota emas itu.
Kemudian matanya melebar saat melihat gambar terakhir. Mahkota itu ada di atas pria itu dan dua singa tidur berbaring di kedua sisi pria tersebut sementara ribuan siluet berbentuk manusia berdiri di hadapannya dengan menundukkan kepala.
Cathy tidak tahu maksud gambar itu namun dia merasa tidak takut ataupun bosan. Dia justru tersenyum lebar melihat ketiga gambar yang terlukis dengan indahnya di langit-langit kamar. Entah kenapa dia merasa pernah melihat ketiga gambar itu. Entah kenapa dia pernah mendengar makna lukisan itu. Dan entah kenapa dia merasa darahnya mengalir dengan kencang membuatnya penuh gairah untuk menjadi seperti pria itu.
Sedetik kemudian dia menyadari sesuatu. Bukankah dirinya ini buta warna? Bukankah dia tidak bisa membedakan warna apapun? Lalu kenapa dia bisa melihat warna?
Karena terlalu gembira akhirnya dia bisa melihat warna kembali, Catherine kembali mengarahkan pandangannya ke sekeliling kamarnya untuk melihat berbagai macam warna. Dia bahkan melupakan lukisan di atasnya dan tidak memperdulikannya lagi.
Merah pada tirai ranjang, pink pada seprei, putih pada dinding yang bersih, coklat pada meja riasnya beserta emas yang menghiasi bingkai kaca rias yang besar.
Dia berjalan mendekati kaca tersebut untuk melihat pantulannya di cermin. Dia sering mendengar warna rambutnya sangat unik dan cantik, bahkan dia mendengar ketiga adiknya tidak memiliki warna rambut seperti dirinya. Karena itu dia merasa sangat penasaran seperti apa warna rambutnya.
Begitu dia berdiri tepat dihadapan cermin, dia melihat seorang wanita berambut coklat disaat bersamaan terlihat seperti warna merah. Dan juga matanya.. warna matanya bewarna coklat terang dengan pupil gelap ditengahnya. Dia tidak pernah benar-benar melihat pantulan dirinya karena di matanya pantulannya hanya memiliki satu macam warna yang membosankan.
"Apakah ini aku?" tanyanya tidak percaya sambil mendekati cermin tersebut dan mengangkat sebelah tangannya untuk menyentuh cermin tersebut.
Anehnya, pantulannya tidak menghentikan pergerakan tangannya seperti dirinya, justru tangannya di cermin terus bergerak dan membentuk angka satu dengan jari telunjuknya menutup bibir wanita itu.
"Sstt.. jangan bersuara."
Cathy langsung bergerak mundur merasa takut dengan pantulan cermin itu. Dia tidak tahu apa yang menghalangi jalannya hingga membuatnya tersandung dan terjatuh ke belakang. Dia menengadahkan kepalanya ke atas secara tidak sengaja dan hatinya bergetar ketakutan.
Lukisan itu.. lukisan dengan tiga gambar yang berbeda sudah tidak ada disana. Melainkan atap yang bewarna putih dengan lampu besar dengan bentuk yang cantik bergelantungan di tengah-tengah. Persis seperti apa yang dilihatnya sebelum. Tiba-tiba hatinya bergetar ketakutan dan jantungnya berlari dengan kencang. Dia ingi pergi.. pergi menghindari lampu tersebut namun tubuhnya tidak mau digerakkan.
Lalu... lampu besar tersebut terlepas dari kaitannya dan jatuh menimpanya.
"Aaaaaaaaa!!"
Nanti malam akan saya upload satu bab lagi
Happy reading!