Download App
79.76% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 67: Bab 67

Chapter 67: Bab 67

"Hah? Kok aku baru tau jika mbak Bella teman dekat mbak Dona."

"Ya, hampir sembilan tahun kami dekat."

"Tapi kenapa sekarang.." Dinda ragu untuk melanjutkan perkataannya.

"Tidak akur?" Bella menebak isi kepala Dinda.

"Bukan karena Arjun sepenuhnya. Ada seorang pria yang lebih dulu aku kagumi sebelum Arjun. Dia adalah pria sederhana, manis, tampan dan sedikit tertutup. Bahkan dia tidak mudah bergaul dengan siapapun. Susah payah aku berusaha mendekatinya. Dona juga dulu juga mendukungku untuk mendekati pria itu. Mendorongku agar lebih berani mengambil inisiatif terlebih dahulu. Sampai akhirnya kami menjadi dekat, namun dengan dengan perasaan berbeda. Aku yang menyukainya. Dan dia hanya menganggap ku teman biasa."

"Lalu di mana masalahnya mbak?" Dinda penasaran dengan kelanjutan kisahnya.

"Kami hanya dekat enam bulan saja. Sampai pada akhirnya aku tau, ternyata diam-diam di dekat Dona di belakangku. Aku sadar diri, mungkin Dona memang lebih unggul dari pada aku yang sederhana ini. Dia, cantik, pintar dan kaya. Sedangkan aku hanya terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak terlalu cerdas apalagi cantik. Sehingga aku perlahan mundur dan memilih mendukung hubungan mereka. Sampai saat itu aku masih menganggap Dona temanku."

"Lalu kapan mbak mulai dekat dengannya?"

"Lagi-lagi aku jatuh cinta Dinda. Pada temanku satu fakultas, dia yang merupakan berandalan dan suka mencari keributan berhasil menarik minat ku padanya. Diam-diam aku menyukainya. Arjun yang berani, kuat dan tidak bisa di atur. Dona juga tau jika aku menyukainya. Mungkin itu kesalahan terbesarku, menceritakan perasaanku pada orang yang tidak suka jika orang lain lebih unggul daripada dirinya. Kamu tau bagaimana cara Dona mendekati Arjun dulu?"

Dia menggeleng, dia begitu antusias mendengar cerita lama Bella.

"Dia mengatakan hal yang benar tentang aku. Sehingga membuat Arjun menjadi ilfeel padaku, padahal aku hanya menyukainya dalam diam. Ya mungkin dia memang tidak membenciku, hanya saja jarak di antara aku dan Arjun jadi sangat jauh. Arjun memasang tembok setinggi angkasa padaku. Karena hal itu lah, aku menjadi tidak percaya lagi pada orang yang sudah ku anggap sebagai keluarga sendiri. Ternyata diam-diam dia menusukku dari belakang. Merayu Arjun dengan wajah cantiknya dan membiarkan aku merana sendirian. Sejak saat itu lah aku mulai tidak akur dengan Dona. Mungkin sampai saat ini sih."

"Wah hebat ya mbak Dona, dari dulu panen tanaman orang lain terus. Miris sekali."

"Kamu jangan sampai bernasib sama sepertiku ya Dinda."

"Iya mbak, semoga saja."

"Dan juga kamu harus selalu waspada pada Dona. Jangan sampai terpancing apapun ketika dia berada di sini. Ingat Dinda, jangan dekati dia seujung kuku pun. Mungkin sekarang dia terlihat diam, tapi kamu tidak tau. Bisa saja Dona sedang merencanakan akal busuk untuk menjatuhkan mu di depan Arjun."

"Mbak Bella tidak cemburu dengan hubungan aku dan Arjun?" tanya Dinda.

Bella tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan Dinda.

"Rasa cemburu pasti ada Dinda. Walau bagaimana pun dia juga suamiku kan? Tapi ada satu alasan hingga aku tidak bisa berharap akan cintanya. Cinta Arjun hanya untukmu. Bukan untukku, Nike atau pun Dona. Yang pasti aku tau, jika Arjun Saputra adalah pria yang terbaik untukmu Dinda. Jangan sakiti hatinya, dia akan jadi partner yang selalu mendukung jalan yang kamu pilih. Aku yakin, suatu saat nanti hanya kamu lah yang akan menjadi istri satu-satunya tuan Arjun Saputra."

Dinda terdiam ketika mendengarkan nasihat dari Bella. Tidak di sangka, Bella yang biasanya sangat sombong dan acuh. Kini terlihat begitu bersahabat dengannya. Apa itu benar-benar tulus datang dari lubuk hatinya? Atau hanya akal-akalannya saja? Bagaimana pun Dinda tidak bisa sepenuhnya percaya padanya untuk saat ini.

---

"Dinda.."

Dengan nafas terengah-engah Daniar berlari ke arah Dinda yang kini sedang sibuk dengan hobby barunya. Yaitu berkebun. Entah sejak kapan? Dinda sendiri juga tidak yakin sejak kapan hobby itu muncul.

"Apa?!" tanya Dinda yang tangannya masih kotor segera menghampiri Daniar yang sepertinya kelelahan sendiri.

"Cepat ikut aku." Daniar menarik tangan Dinda.

"Mau kemana sih?"

"Cepat atau nanti kita akan terlambat."

Meski tidak tau alasan pastinya, namun Dinda turut mempercepat langkah kakinya. Mengikuti Daniar yang membawanya pergi.

Itu kearah paviliun tuan Arjun Saputra.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi pada Arjun?" tanya Dinda cemas.

Daniar berhenti, Dinda juga berhenti. Mereka berhenti tidak jauh dari ambang pintu tuan Arjun.

"Lihat itu.." Daniar menunjuk Dona dan Denok yang bersembunyi di balik tembok samping paviliun tuan Arjun.

"Kenapa dia bersembunyi seperti pencuri saja? Oh ya aku lupa memang dia pencuri sih."

"Dan sekarang kamu lihat ke abdi dalem nya itu Dinda." Daniar kembali menunjuk seorang abdi dalem yang tengah membawa nampan makanan.

"Lalu apa hubungannya dengan Dona?"

"Dih Dinda.. Itu adalah makan dari nyonya Dona." kata Daniar tidak sabar.

"Ya terus?"

"Cepat kamu hentikan abdi dalem itu memberikan makanan pada tuan Arjun."

"Apa alasanmu Daniar."

"Menurut penuturan mata-mata kita, mereka memasuki sejenis obat ke makanan itu. Cepat pergilah ke sana." Daniar mendorong Dinda yang masih berpikir keras.

"Jangan-jangan dia mau meracuni Arjun sepertiku dulu."

Dengan sekuat tenaga, Dinda berlari ke arah paviliun tuan Arjun.

"Hei berhenti!!" Dinda berteriak.

Mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan, merapihkan rambutnya yang berantakan dan berjalan dengan anggun ke arah abdi dalem yang kini terpaku di tempat ia berdiri.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Dinda.

"Ini makanan untuk tuan nyonya." jawab abdi dalem itu.

"Oh ya, dari dapur kediaman? Atas rekomendasi dokter?"

"Ya nyonya. Ini saya sendiri yang membawa makanan itu dari Dapur."

Dinda melirik ke arah Dona yang sepertinya sedang tersenyum karena melihat Dinda yang mulai percaya.

Dinda berpura-pura tidak tau ada Dona yang tengah mengawasinya.

"Biarkan aku saja yang membawanya masuk."

"Baik nyonya."

Sekilas abdi dalem itu juga tersenyum tipis. Dinda tau benar jika abdi dalem itu ada di pihak siapa. Mengamati dengan teliti wajah abdi dalem itu, mungkin Dinda akan memberinya pelajaran nanti padanya.

Dinda membawa masuk makanan itu ke dalam. Namun belum sampai ke dalam kamar suaminya, Dinda membuang makanan itu pada tempat sampah.

"Kenapa kamu buang sayang?" tuan Arjun yang mendengar kedatangan seseorang keluar dari kamarnya.

"Ah ini, tadi sudah di endus-endus tikus. Hii ada tikus di sini."

"Benarkah, padahal belum lama pengawal sudah membasmi mereka."

"Pengawal yang mana?"

"Ada, memangnya kenapa?"

"Nggak, cuma mau tanya saja bagaimana caranya membasmi TIKUS itu."

Tuan Arjun Saputra sepertinya tau apa yang sedang menganggu pikirannya. Perlahan mendekati Dinda dan memeluknya.

"Sudah jangan marah lagi ya sayang. Mari aku bawa kamu menemui papa mertua."

"Serius?" tanya Dinda yang tadi ya terlihat kesal, berubah menjadi sumringah dengan garis senyum yang sangat mengembang di wajahnya.

"Serius dong. Mana sini kemarikan tanganmu sayang."

Dinda memberikan tangannya, merapat dengan tuan Arjun. Bergandengan tangan keluar dari paviliun tuan Arjun.

"Kamu tau?" Dinda berbisik.

"Apa?"

"Aku belum cuci tangan tadi berkebun."

"Enggak apa-apa. Anggap saja vitamin buat cacing di perut kita."

"Ah so sweet banget loh kamu sayang."

---

Dinda sangat antusias saat menginjakan kaki di halaman rumah seseorang.

"Papa ada di sini? Ini rumah siapa?" tanya Dinda.

"Ini rumah dokter Raihan. Dia dokter terbaik di kota ini."

Matanya berbinar-binar, terlihat kerinduan yang begitu dalam dari seorang putri kepada ayahnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C67
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login