Download App
45.83% JEJAK WAKTU / Chapter 44: BAB. 43 MENINGGALKANMU

Chapter 44: BAB. 43 MENINGGALKANMU

Aryo membantuku menggenakan kembali pakaianku yang sudah kotor. Aku tidak ingin jejak bahwa aku bertemu Aryo diketahui Daniel.

Aryo mengantarku menuju kudaku. Wajahnya sangat suram dan penuh kesedihan.

Aah, sakit sekali meninggalkannya seperti itu.

"Margaret, aku ingin kau tahu bahwa aku... "

Kata-katanya hilang saat bibir kami bertemu. Ada kesedihan, kerinduan dan emosi yang membuncah dalam ciuman itu. Tak kuasa lagi kutahan air mataku.

Aryo tampak begitu menyedihkan. Dieratkannya pelukannya.

Bibir kami terus beradu. Lidah kami saling membelit seakan tidak ingin terlepas kembali. Kami saling lepas pada akhirnya saat kami merasa nafas kami sudah hampir habis.

"Apa kau ingin membunuhku?" ledekku sambil mencebikkan bibirku.

Aryo tersenyum.

Ya, Tuhan, aku sangat merindukan senyum itu. Dia sangat tampan saat tersenyum.

"Jangan tunjukkan senyummu dihadapan wanita manapun!" rajukku kesal

Dia tampak bingung menatapku.

"Senyummu terlalu mempesona! Akan banyak wanita yang akan rela jatuh dalam pelukanmu jika kamu tersenyum seperti itu!" lanjutku.

Aryo tertawa terbahak-bahak mendengarkan rayuanku.

Dia acak-acaknya puncak kepalaku.

"Bagaimana aku bisa memeluk wanita-wanita lain, saat yang kuinginkan hanya dirimu?"

Situasi kami bukanlah situasi yang menyenangkan, tapi aku ingin hanya mencoba bahagia saat bersamanya. Walau itu hanya sesaat. Aku ingin bahagia bersamanya. Saling meledek, saling menyanjung dan bercinta dengan sepenuh rasa.

Aryo memiringkan kepalanya menatapku.

"Apa yang telah kau lakukan padaku?" tanyanya sambil tersenyum simpul.

Aku lingkarkan lenganku di lehernya.

"Cium aku." pintaku.

Aryo mendesis dan menghela nafas panjang. Dia pejamkan matanya sebentar lalu menatap bibirku.

"Kau tahu..." jawabnya "Bibirmu adalah candu bagiku. Terlalu berbahaya. Aku bisa lepas kendali lagi. Kita harus segera kembali."

Aku memberengut karena penolakannya. Dan segera melepaskan tanganku dari lehernya. Lalu berbalik memunggunginya.

Tiba-tiba lengan Aryo dengan sigap membopongku menuju pondok.

"Kau membuatku gila." desisnya.

Aku hanya tersenyum dan melingkarkan kembali lenganku ke lehernya. Kutarik hingga bibirnya menyentuh bibirku. Bibir kami kembali menyatu dengan luapan rasa yang membuncah. Kali ini kita menyelesaikannya dengan cepat. Dan sekali lagi Aryo begitu khawatir dengan kondisi kehamilanku karena permainan kami yang tidak lagi terkontrol.

"Aku minta maaf..." ucapnya tiba-tiba saat kami masih berusaha mengatur nafas kami. "Aku lupa... Hhh..."

"ssstttt...." sahutku sambil memiringkan tubuhku untuk memandanginya. "Aku baik-baik saja. Anak kita juga baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir."

Dia semakin tampak tampan saat berpeluh setelah kita bercinta.

Dan tiba-tiba dia mengangkatku dan membawaku kembali ke sungai.

"Mandi lagi?"

Dia mengangguk dan tersenyum kepadaku.

Haruskah seperti ini setiap kali kita selesai melakukannya?

Mengesalkan. Tapi senyumnya membuatku rela melakukan apa saja.

Sial!

Seperti yang sebelumnya kami lakukan di pagi buta.

Dia membacakan beberapa kata yang mirip bahasa Timur Tengah. Dan dia memintaku mengikutinya, seperti sebelumnya.

Setelah ritual itu, dengan lembut dia memakaikan pakaianku bahkan membantuku mengeringkan rambutku dan menyisirnya.

Sekali lagi dia menanyakan keadaanku dan seperti jawabanku sebelumnya bahwa aku baik-baik saja.

Aku sendirian melaju dengan kudaku. Tapi kutahu dari kejauhan dia mengikutiku. Aku kembali menyusuri jalanan yang kulalui sebelumnya. Ini sudah hampir siang. Semoga tidak banyak pekerja yang ada di perkebunan itu. Kalaupun ada, aku tidak peduli.

Setelah menaruh kuda pada penjual kuda, aku kembali dengan berjalan kaki menyusuri ladang jagung dan tebu.

Aryo masih mengikutiku.

Apa yang kira-kira akan dikatakan padaku saat dia tahu aku memanjat tembok tinggi itu?

Aku berlalu begitu saja saat bertemu dengan inlanders pekerja kebun.

Mereka menatapku dengan pandangan heran, melihat pakaianku yang kumal.

Aku tidak peduli.

Aku dapat menemukan kembali tali yang sebelumnya.

Kuikat rokku dengan tali. Aku menoleh dan tersenyum. Aku bisa melihat Aryo yang bersembunyi diantara pohon jagung. Dia menatapku dengan pandangan tidak puas. Aku tersenyum.

Ini belum seberapa. Tunggu sebentar lagi! batinku.

Aku ikatan tali dan pengait di tubuhku. Dan kulemparkan tali agar tertambat sempurna di tembok. Setelah yakin, maka aku segera memanjatnya.

Begitu sampai puncak tembok. Aku menoleh kearah Aryo. Aku harus menahan tawa karena melihat wajah Aryo begitu pucat, matanya melotot seperti sedang melihat hantu.

Lalu aku tidak lupa memberikan cium jauh untuknya sebelum melompat turun.

Ah... Akhirnya sampai juga aku di kediaman Daniel kembali.

"Margaret!" suara itu membuatku terkejut.


CREATORS' THOUGHTS
Nice_D Nice_D

Saya tunggu komennya readers tercinta... Happy reading. ???

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C44
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login