Download App
96.85% My New Neighbour / Chapter 246: Halangan Mama

Chapter 246: Halangan Mama

Aku begitu terkejut, Mama tiba-tiba mematikan panggilannya. Aku menghubunginya kembali, tetapi tidak dijawab.. hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi menemui Ryan saat itu juga di kediamannya.

Saat itu, ketika aku hendak menunggu mobil online yang akan datang menjemputku dilobi.. tiba-tiba Aris muncul disana.

Aku memilih untuk menghindar dengan langsung keluar dari lobi itu, tetapi Aris tetap mengikutiku. Aku terus saja berjalan menghindar darinya, hingga Aris.. dia tiba-tiba berdiri tepat dihadapanku dan seolah memblokir jalanku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku tidak senang pada Aris

"Aku ingin meluruskan sesuatu.."

Saat itu, Aris tiba-tiba menarik lenganku untuk ikut pergi bersama dengannya

"Lepaskan.. Lepaskann...!!!" ucapku memberontak

*Plakkk (aku lalu menampar Aris)

"Apa kau tidak punya harga diri?!!Aku sudah katakan untuk jangan pernah menumuiku lagi Mas Aris.."

"Maafkan aku Lena.. tapi aku hanya ingin menjelaskan sesuatu padamu."

"Sudah tidak ada lagi yang perlu dijelaskan mengenai hubungan kita. Aku sudah tidak mencintaimu.."

"Ini bukan mengenai masalah itu.."

"Mas Aris, kumuhon mengertilah.. Aku mencintai Mas Ryan. Aku ingin memperbaiki segala sesuatunya dengannya. Tolong jangan ganggu kami lagi.." ucapku sambil tiba-tiba menangis

"Aku tahu. . Aku telah mengetahui hal ini.. (sejak saat kau pergi meninggalkanku yang sedang sekarat untuk mencari Ryan, saat peristiwa Roy yang menculikmu digudang itu). Aku telah mengetahui semuanya.. Hanya saja aku tidak bisa menghentikan diriku untuk tidak sedetikpun memikirkanmu Lena.. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.."

"Maaf, sebenarnya tujuanku kemari bukan untuk menjelaskan hal itu padamu.. tetapi mengenai Shina. Saat ini kondisi Shina baik-baik saja dan dia tidak melakukan upaya bunuh diri atau apapun seperti yang kau katakan tadi.."

"Aku tidak tahu mengapa Lucy membohongimu dengan mengatakan semua itu, tetapi aku hanya ingin memberitahumu agar kau tidak merasa bersalah dan menganggap Shina akan kecewa karena aku pergi meninggalkannya demi dirimu.."

"Aku hanya ingin menjelaskan hal ini.. Dan, mengenai hubungan kita.. aku benar-benar minta maaf kerena selama ini telah menjadi pengganggu diantara dirimu dan Ryan.."

"Ini terakhir kalinya. Aku berjanji tidak akan pernah menampakkan diriku lagi dihadapanmu dan juga Ryan.. Maafkan aku.." lalu Aris pun berbalik pergi dengan raut wajah penyesalan dan kecewa

Saat itu aku benar-benar sedih. Aku tidak tahu kenapa, aku merasa sangat kasihan pada Aris. Kenapa hubungan kita bisa menjadi seperti ini? Dan juga dia.. kenapa dia begitu naif.. Kenapa tidak bisa menghilangkan semua perasaanmu itu padaku? Mas Aris, aku ingin sekali membalas perasaanmu seandainya aku bisa.. walaupun hanya sekali.. tetapi aku tidak bisa meninggalkan Ryan begitu saja.

Aku tahu kau telah melakukan segalanya untukku.. Kau yang selalu ada disana untuk menolongku.. Bahkan, tidak terhitung berapa kali kau mencoba mempertaruhkan nyawamu itu demi melindungiku, tetapi tetap saja.. aku tidak bisa membalas perasaanmu sepenuhnya.. Perasaanku masih terganjal oleh Ryan.

Maafkan aku.. sepertinya kali ini pun, aku tidak bisa meninggalkan dia untukmu. Dia.. walaupun dia terus memilih untuk meninggalkanku dan menjadikanku sebagai option terakhirnya setiap kali dia membuat pilihan.. tetapi dia tetap mempercayaiku disana untuk (tetap) menunggunya. Ya, dia tidak benar-benar meninggalkanku. Setidaknya itu yang aku tahu mengenai sifat Ryan. Dia terbiasa menyelesaikan semua permasalahannya terlebih dahulu, baru nanti dia akan datang menemuiku.

Saat itu, mobil online yang datang menjemputku pun tiba di depan lobi. Dan begitu aku menaikinya, dijalan.. terlihat beberapa kerumunan orang disekitar pintu keluar apartemen.

"Apa ada kecelakaan?" ucap driver tersebut bertanya

"Ada yang pingsan, Pak.." seseorang memberitahunya

"Lihat! Darah.." ucap seseorang lain ditengah kerumunan

"Padahal dia terlihat baik-baik saja, kenapa tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan darah.." ucap seseorang lain lagi

"Mungkinkah kasus penganiayaan atau pembunuhan.." tanya yang lainnya

Semua orang terlihat berkumpul disekitar sana, mengelilingi orang yang sedang dibicarakan itu. Dan ketika mobil yang membawaku melintasi kerumunan tadi, aku sempat melihat sekilas pakaiannya.

"Jaket itu.. Tidak mungkin itu Aris kan.." pikirku tiba-tiba cemas

Aku yang penasaran, lalu tiba-tiba meminta kepada driver tadi untuk menghentikan mobilnya.

"Pak, berhenti..!!"

Lalu aku pun bergegas turun dari mobil menghampiri kerumunan tadi. Dan benar saja, ternyata itu Aris yang tergeletak disana.

"Mas Aris..!!" ucapku histeris, tak percaya

Semua orang lalu mengarahkan pandangannya padaku.

"Ibu kenal bapak ini..?" tanya seseorang

"Iya, dia Aris tetangga saya diapartemen Royal.. Tolong Pak, Mas.. Bantu saya bawa Mas Aris ke klinik di depan sana.." ucapku meminta bantuan pada orang-orang tersebut

Ditempat lain, saat itu Ryan baru terbangun dari tidurnya. Dia begitu terkejut mendapati Mamanya berada dikamarnya dan sedang memegangi handphonenya.

"Mama..?" ucapnya sambil tiba-tiba terbangun

Ryan lalu mengulurkan tangannya, seolah meminta Mamanya untuk segera mengembalikan handphone miliknya. Namun saat itu, respon Mama

"Tadi Lena menelponmu.." ucap Mama sambil tiba-tiba memberikan handphonenya pada Ryan

"Dia bilang, dia ingin meminta maaf.. karena tidak bisa menerima lamaranmu untuk mengajaknya rujuk.."

Ryan begitu terkejut mendengar ucapan itu dari Mamanya. Meskipun dia sudah sempat memikir hal itu sebelumnya, tapi dia tidak mengira bahwa hal itu akan benar-benar terjadi.

"Sepertinya Lena memang mencintai Aris. Itulah kenapa dia menolak ajakanmu untuk kembali rujuk.." ucap Mama kembali

Ryan tidak membalas ucapan Mamanya tadi. Dia terus menerus memandang layar ponselnya untuk mencari tahu apakah benar aku menghubungi handphonenya saat itu.

"Ryan.." panggil Mama kembali

Ryan lalu tiba-tiba bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar menuju pintu kamarnya.

"Ryan kau mau kemana?" tanya Mama kembali tidak senang

Tidak mempedulikan perkatan Mamanya, Ryan terus pergi meninggalkan kamarnya.

"Ryan..!" panggil Mama sambil tetap mengekorinya keluar

"Apa kau akan pergi menemui Lena sekarang dan memintanya untuk menerimamu kembali?"

"Dengar Ryan, sampai kapanpun Lena akan tetap mencintai Aris dan kau takkan bisa mengubah kenyataan itu. Meskipun kau terus membujuknya atau bahkan jika kau telah berhasil menjadikan dia sebagai istrimu, dia tetap tidak bisa menghilangkan Aris dari hatinya.. Apa kau paham situasinya?"

"Ryan, Mama sangat sayang padamu. Mama tidak ingin kau kembali kecewa dalam pernikahanmu, jika kau tetap memilih Lena sebagai istrimu.."

Saat itu Ryan tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.

"Ryan.." ucap Mama sambil menyentuh tangan putranya itu

Ryan masih terdiam ditempatnya.

"Sayang.. Kali ini kau benar-benar harus melupakannya. Dia telah memilih bersama dengan Aris dan meninggalkanmu.."

Saat Mama melihat wajahnya, Ryan terlihat menangis sedih. Dia terus mengungkapkan perasaan kekecewaannya melalui tangis air matanya. Mama pun langsung memeluknya.

"Sudah.. Sudah.. Lupakan Lena! Jika memang itu sulit, Mama akan membantumu untuk melupakannya.." ucap Mama kembali sambil menepuk-nepuk punggungnya


Chapter 247: Kekecewaan Ryan

Saat itu aku tidak tahu, kondisi kesehatan Aris ternyata tidak baik-baik saja. Ya, akibat luka tusukan oleh Roy saat dia menolongku di gudang waktu itu ternyata sampai mengenai organ hatinya. Gara-gara hal tersebut, organ hati Aris tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pihak klinik sudah menghubungi Rumah Sakit tempat Aris dirawat sebelumnya, saat memeriksakan kondisi Aris ketika aku, Ryan, dan dia berada diklinik sebelumnya. Dan Aris pun telah berjanji saat itu untuk segera kembali ke Rumah Sakit dengan syarat agar dokter di klinik tersebut tidak menceritakan kondisi kesehatan yang sebenarnya itu kepada siapapun, baik itu aku maupun Ryan.

Ketika kami semua membawa Aris kembali ke klinik itu lagi, dokter yang memeriksa kondisi Aris sebelumnya..

"Loh.. Bapak Aris kenapa? Bukankah saya sudah menyuruhnya untuk kembali ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.. "

"Dok, tolong selamatkan dia! Lakukan tindakan apapun untuk membuatnya sadar kembali.." ucapku memohon kepada dokter itu

"Maaf Bu. Bukannya saya tidak mau menolongnya, tetapi itu diluar wewenang saya. Maksud saya untuk penangan bapak Aris harus dengan dokter spesialis yang merawatnya di Rumah Sakit sebelumnya. Lebih baik Ibu bawa pasien kesana, pasti akan langsung ditangani.."

"Dokter speialis? Memangnya dia kenapa, dok? Apa yang terjadi padanya? Tadi dia juga sempat muntah darah.." tanyaku panik tanpa henti ke dokter itu

"Bu.. Ibu harus secepatnya membawa Bapak Aris kembali ke Rumah Sakit. Kami akan membantu Ibu dengan menyiapkan ambulan dari sini.."

"Tapi dok..?"

Saat itu aku ikut dengan ambulan yang membawa Aris ke Rumah Sakit tempat dia mendapatkan perawatan sebelumnya.

"Mas Aris, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanyaku dalam hati sambil menangis menatapnya

Setibanya kami disana, Aris lalu dibawa ke ruangan perawatan intensif. Aku hanya bisa menunggunya dengan cemas diluar ruangan.

Sementara ditempat lain dirumah Lucy,

"Rani, kau hubungi Ayahmu.. bilang padanya bahwa malam ini aku, kau, dan Arsy akan menginap disini. Suruh dia agar tidak perlu khawatir mengenai kondisi kita. Kita hanya akan menginap disini sampai besok.." ucap Shina menyuruh Rani

"Ah, satu lagi.. bilang padanya, dia harus segera kembali ke Rumah Sakit itu. Kalau dia menolak, maka jangan harap aku akan membiarkannya untuk bertemu dengan Arsy lagi.."

"Mi, sebenarnya.. barusan Ayah menelpon Rani. Ayah menanyakan tentang kondisi Mami tadi.."

Saat itu Shina seperti terkejut mendengar Aris mengkhawatirkannya. Kemudian,

"Apa saja yang dia tanyakan padamu?" tanyanya antusias

"Ayah menanyakan Mami sedang apa dan apakah kondisi Mami baik-baik saja.."

"Oh, iya.. Mami kenapa tidak menelpon Ayah saja sekarang dan memberitahukan mengenai kondisi Mami. Kasihan Ayah.. Ayah terlihat cemas tadi saat di telpon.."

"Haruskah aku menghubunginya sekarang?" pikir Shina menimbang

"Mi.."

"Ahh tidak, kau saja yang menghubunginya. Katakan seperti apa yang kukatakan tadi, mengerti?"

Rani pun mengangguk, kemudian dia langsung menghubungi Aris saat itu.

Sementara di kediaman Ryan

"Sudahlah Ryan.. Sudah.. Untuk apa kau menangisi orang yang tidak mencintaimu. Dia bahkan sudah tidak memiliki lagi perasaan padamu. Untuk apa kau terus menangisinya, hah?"

Mama lalu membawa Ryan kembali ke kamar dan berusaha untuk menenangkannya. Dan setelah beberapa saat,

"Ryan gak bisa diam saja seperti ini. Ryan harus nemuin Lena sekarang.."

"Tapi Ryan..? Ryan..!!"

Tidak mempedulikan perkataan Mamanya, Ryan memilih untuk pergi. Saat itu Mama lalu menyuruh orang-orangnya untuk terus mengawasi Ryan.

Saat memasuki mobilnya, Ryan lalu membuka aplikasi pelacak gps di handphonenya. Dia ingin mengetahui lokasi keberadaanku saat itu.

"Rumah Sakit.. Untuk apa Lena ke Rumah Sakit ini lagi? Apa jangan-jangan.."

Ada perasaan tidak senang mengetahui saat itu mungkin aku sedang bersama dengan Aris (untuk menemani Aris berobat di Rumah Sakit itu). Saat itu juga Ryan lalu melajukan mobilnya menuju ke Rumah Sakit tersebut.

Di Rumah Sakit

Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan tempat Aris.

"Dok, bagaimana kondisinya?"

"Apa Ibu wali dari pasien ini?"

Saat itu aku memilih berbohong dengan menjawabnya

"Ii..Iya saya keluarganya. Bagaimana kondisi Mas Aris?"

"Bu.. terkait kondisi pasien, bisa Ibu ikut keruangan saya sebentar?"

Saat itu aku tidak tahu kalau Ryan ada disana. Dia bahkan sempat mendengar ketika aku mengakui kepada dokter tersebut kalau aku keluarganya Aris.

Ryan tidak menyangka bahwa apa yang diucapkan oleh Mamanya itu ternyata benar. Aku masih mencintai Aris. Bahkan aku juga mengakui diriku sebagai keluarganya (atau mungkin istrinya), pikir Ryan kecewa.

Ketika aku baru keluar dari ruangan dokter, aku melihat Ryan disana.

"Mas Ryan.." aku segera menghampirinya

"Mas.." ucapku menangis sambil tiba-tiba memeluknya

"Aris.. ternyata kondisi Aris begitu parah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan? Ini semua terjadi gara-gara aku. Gara-gara Aris yang berusaha melindungiku waktu itu.."

Aku masih menangis dipelukan Ryan, tetapi Ryan hanya terdiam. Dia bahkan tidak berusaha membalas pelukanku atau merespon kata-kataku itu. Ryan hanya terdiam mematung diposisinya. Mungkin dia kecewa. Kecewa melihatku yang begitu mencemaskan Aris (masih mencintainya).

Menyadari bahwa tidak ada respon yang diberikan Ryan saat itu, aku pun kemudian melepaskan pelukanku itu padanya. Sambil berusaha menyeka air mataku,

"Mas Ryan kenapa bisa ada disini?" aku berusaha mangalihkan pembicaraan karena saat itu aku tahu.. Ryan dia tidak senang melihatku begitu mengkhawatirkan Aris.

"Seharusnya aku yang bertanya itu padamu. Dimana Shina? Kenapa harus kau yang repot-repot mengurusi Aris disini?" tanya Ryan tidak senang

"Ahh, aku bahkan tidak tahu.. sekarang kau sudah menjadi anggota keluarganya Aris atau mungkin calon istrinya.."

"Bukan seperti itu, Mas. Aku mengatakan itu untuk membuat dokter bisa menceritakan semua.." belum selesai aku mengungkapkan kata-kataku,

"Apa kau sudah menghubungi Shina? Kau sudah memberitahu Shina mengenai kondisi Aris?" tanya Ryan yang seolah tahu bahwa aku akan menjawabnya sesuai dengan rasa kekhawatirannya itu

"Ii.. Itu.. aku belum menghubunginya.."

Ryan lalu tersenyum sinis. Sesaat kemudian dia lalu berbalik dan pergi. Dengan ekspresi kecewa dan amarahnya yang berusaha dipendam, Ryan terus berjalan meninggalkanku.

"Mas Ryan.. Tunggu.."

"Mas.."

"Maafin aku Mas.." ucapku sambil memegang baju belakangnya

"Aku gak bermaksud kayak gini ke kamu. Aku hanya benar-benar mengkhawatirkan kondisi Aris tadi.."

Tiba-tiba Ryan melepaskan tanganku itu dari bajunya.

"Aku paling benci dengan orang munafik.."

"Sebaiknya kau pergi temui Aris dan ungkapkan semua perasaanmu itu padanya.."

"Lupakan mengenai masalah lamaranku, anggap itu tidak pernah terjadi.." ucap Ryan dingin dan dia pun kembali melangkahkan kakinya pergi meninggalkanku

"Aku mencintaimu Mas.."

"Bukan Aris atau siapapun.. tapi aku mencintaimu.. Aku tidak mau kalau harus kehilangan kamu lagi Mas. Kumohon Mas Ryan jangan seperti ini.."

"Aku memang tidak bisa menghilangkan Aris dari pikiranku atau Mas yang menyuruhku berhenti untuk mencemaskannya.. tapi aku gak mau kalau kamu harus pergi kayak gini.."

Ryan masih terdiam. Tidak ada respon atau balasan untuk menanggapi kata-kataku.

"Maafin aku.. Aku tahu aku egois berbuat seperti ini sama kamu.. tapi aku hanya mau keadaan kita bisa kembali seperti dulu.. Apa Mas tidak bisa melakukannya?"

Ryan masih terdiam, hingga beberapa saat kemudian, tanpa memalingkan wajahnya (tidak mau menatapku).. Ryan menjawab

"Aku tidak bisa.." dan dia pun pergi meninggalkanku.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C246
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT