Download App
63.77% My New Neighbour / Chapter 162: Bantuan Ryan

Chapter 162: Bantuan Ryan

Ryan yang panik, begitu pintu liftnya terbuka kemudian dia membawa Shina masuk. Saat itu, dia berniat untuk mengantarkan Shina kembali ke unitnya baru kemudian dia akan memanggil dokter kesana. Akan tetapi, begitu tiba didepan pintu 702, Ryan tidak jadi membunyikan belnya.

"Apa Aris sudah pulang? Shina bilang dia tidak mau sampai Aris tahu mengenai kondisinya ini.. Apa yang harus kulakukan?" pikirnya bingung

Ryan akhirnya membawa Shina masuk kedalam unitnya. Untung saja saat itu anaknya Oka belum pulang ke apartemen, jadi dia bisa merasa sedikit lega. Ryan kemudian membawa Shina masuk ke kamarnya dan baru kemudian menghubungi dokter.

"Bagaimana dok? Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Ryan penasaran

Dokter kemudian memeriksa tubuh Shina menggunakan stetoskop untuk mengecek kondisi irama jantungnya. Dia lalu mengecek pergelangan tangan Shina untuk mengecek aliran darahnya disana, setelah itu dia juga melakukan pengecekan tensi darah Shina. Kemudian,

"Tekanan darahnya rendah 90/70 mmHg.." ucap dokter tersebut

"Apa ada kemungkinan dia hamil dok? Sebab sebelumnya dia sempat mual dan muntah-muntah.." tanya Ryan

"Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah.. Kehamilan juga bisa menjadi salah satunya, tapi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya Bapak mengajak Ibu untuk mengeceknya langsung ke dokter kandungan di Rumah Sakit.."

"Untuk sementara saya akan meresepkan obat dan vitamin untuk menaikkan tensi darahnya.."

"Oh iya, apa Ibu ada mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelum ini atau ada jenis obat-obatan tertentu yang membuatnya alergi?" tanya dokter itu kembali

"Saya tidak tahu dok.. saya ini temannya bukan suaminya. Jadi saya kurang mengetahui mengenai hal-hal itu.. tapi beberapa hari yang lalu saya sempat melihat dia berkunjung ke Rumah Sakit, dokter psikiater.."

"Apa pasien mempunyai riwayat penyakit psikis sebelumnya?"

"Saya tidak tahu pasti, tapi saya tahu dulu dia sempat mengalami stress berat dan depresi akibat sesuatu yang menimpa hidupnya pada saat itu. Itu sudah lama sekali kejadiannya.. mungkin sekitar 17 tahun yang lalu.."

"Kalau Ibu mengkonsumsi obat-obatan anti depresan, itu juga dapat memicu mengapa tekanan darahnya bisa menjadi rendah.. tapi jika memang benar seperti dugaan Bapak bahwa Ibu ternyata dalam kondisi hamil, untuk sementara ada baiknya konsumsi obat-obatan tersebut sebaiknya dihentikan. Sebab akan berdampak buruk bagi perkembangan janin di kandungannya.."

"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk hal ini dok?" tanya Ryan kembali

"Bapak sebaiknya mengajak Ibu untuk memeriksakan kandungannya ke Rumah Sakit untuk mengecek apakah Ibu benar hamil atau tidak.."

Ryan terlihat termenung bingung. Dan dia kembali bertanya

"Kalau tidak ke Rumah Sakit. Misalnya dilakukan pengecekannya diapartemen ini saja, bagaimana? Apa bisa dilakukan dok? Sebab sepertinya dia tidak mau pergi ke Rumah Sakit.." Ryan menjelaskan situasinya

"Mungkin bisa.. menggunakan testpack. Bapak bisa membelinya diapotik atau supermarket.. Dan lakukan pengecekannya 2 sampai 3x untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat.."

"Oke dok.. sepertinya saya akan melakukan seperti saran dokter yang terakhir tadi, melakukan pengecekannya menggunakan testpack.."

"Iya, tidak masalah.."

"Kalau begitu terima kasih Dok sebelumnya.."

"Pastikan Ibu nanti meminum obat dan vitaminnya" ucap dokter tersebut sebelum keluar pintu

"Baik dok. Akan saya usahkan nanti.. Sekali lagi terima kasih!"

Dan dokter itu pun pergi meninggalkan Ryan. Sementara itu, saat Ryan akan menutup pintu, dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang sepertinya baru keluar dari lift. Ryan yang panik karna mengira itu Oka anaknya kemudian segera masuk ke dalam unitnya. Dia terlihat mengganti pakaiannya dengan baju rumahan dan tak lupa dia mengunci pintu kamarnya itu dari luar, kemudian berpura-pura tertidur di sofa tengah.

Tak lama berselang, ternyata benar.. itu Oka yang baru kembali. Dia terkejut melihat Papanya tertidur di sofa tengah. Oka kemudian mendekat ke arahnya dan berusaha untuk membangunkannya.

"Pa.. Papaa.. Bangun Pa. Kok Papa bisa tidur disini sih. Ada kamar yang nyaman malah tidur di sofa.." ucap Oka sambil mengguncang pelan tubuh Ryan

Ryan yang pura-pura terbangun, dia tiba-tiba menguap seolah dirinya baru bangun tidur saat itu.

"Papa kenapa bisa tidur disini, gak dikamar?" tanya Oka heran

"Ehmm.. itu.." Ryan terlihat bingung memikirkan alasannya

Kemudian Oka, dia tiba-tiba berjalan menuju kamar Papanya dan mencoba membuka pintunya.

"Loh.. Kok pintunya terkunci Pa?" tanyanya heran

Dia terus menerus mencoba membuka pintunya, tetapi tetap tidak bisa karena pintunya terkunci.

"Paa..?" tanyanya kembali

"Ii.. Itu.. yang mau Papa bilang sama kamu. Tadi tanpa sengaja Papa sempet kunci pintunya. Eeh.. pas Papa balik, Papa lupa taruh kuncinya dimana, jadi ya Papa gak bisa buka pintunya dan tertidur disini.." jawab Ryan terbata-bata

Lalu Oka, dia tiba-tiba pergi ke dapur.

"Untung saja kita masih mempunyai kunci cadangannya disini. Karna Mama juga sering teledor sama seperti Papa, jadi Oka menyimpan beberapa kunci dilaci ini.." sambil Oka mengambil beberapa kunci serep

Ryan yang gugup dan panik, dia segera merebut kunci itu dari Oka dan mencoba membukanya sendiri.

"Biar Papa saja yang melakukannya. Kau pasti lelah baru pulang sekolah kan? Istirahatlah dulu dikamar dan ganti pakaianmu.."dan Oka pun kemudian mengikuti keinginan Papanya itu, tanpa curiga sama sekali.

Sementara Ryan dia begitu tegang saat itu. Bagaimana kalau sampai ketahuan oleh Oka bahwa Shina sedang tertidur didalam sana. Akhirnya dia kembali menyembunyikan kunci serep kamarnya itu (memisahkannya dari kunci-kunci serep yang lain). Dan untuk memastikan agar Oka tidak kembali keluar kamar dan mengusiknya, kemudian Ryan dia masuk ke dalam kamar Oka sambil bertanya padanya.

"Kau sudah makan malam? Atau mau Papa pesankan sesuatu untukmu?"

"Tidak usah Pa. Oka sudah makan nasi goreng tadi."

"Baguslah. Kalau begitu kau beristirahatlah, jangan begadang.. karna besok pagi kau harus sekolah."

Oka mengangguk menjawabnya. Dan ketika Ryan akan keluar dari kamarnya,

"Paa.." Oka tiba-tiba memanggilnya

"Mama.. Papa hari ini sama sekali gak ketempatnya Mama? Kasihan Mama Paa.. mungkin dia sangat merindukan Papa."

"Walaupun mungkin saat ini Mama belum sepenuhnya mengingat Papa, tapi setidaknya Papa bisa menemaninya disana.."

"Tidak peduli apapun yang dikatakan atau dilakukan Kakek pada Papa.. Mama sepertinya sangat membutuhkan Papa.."

"Tanpa handphonenya itu, Mama tidak bisa melakukan apapun.. Dia hanya bisa menunggu seandainya saja ada seseorang yang dikenalnya datang berkunjung kesana untuk menjenguknya.. Besok Papa kesana ya?"

Ryan mematung. Dia tidak mengira akan mendengarkan perkataan seperti itu dari Oka. Tanpa menjawab pertanyaan Oka, Ryan langsung keluar kamarnya. Dia kemudian duduk terdiam diruang tengah sambil memikirkan semua hal.

Sementara itu Aris, dalam perjalanan pulang menuju apartemennya dia terlihat mampir untuk membeli sate untuk Shina. Dia terlihat menghubungi Shina saat itu. Disisi lain, Ryan yang sedang termenung diruang tengah, tiba-tiba dikejutkan oleh dering panggilan handphone Shina. Dengan cepat dia kemudian masuk kedalam kamarnya untuk mematikan handphone tersebut.

Saat melihat panggilan tersebut dari "suamiku tampan bukan tipeku", dia langsung menyadari bahwa panggilan tersebut dari Aris. Ada rasa jengkel dihatinya saat itu sehingga membuatnya mereject panggilannya. Telpon kembali berdering dan Ryan merejectnya kembali. Kesall.. akhirnya Ryan memutuskan mematikan ponsel Shina saat itu.

Setelah mematikan ponselnya, Shina terdengar menggumamkan sesuatu dalam tidurnya. Ryan kembali tersadar.. Tidak seharusnya dia malakukan semua itu pada Aris, karena bagaimanapun Shina terlihat peduli dan sayang padanya. Dia takut Shina akan marah jika dia melakukan ini pada Aris. Akhirnya, Ryan kembali menghidupkan handphonenya saat itu. Dia terlihat mengirimkan sebuah pesan untuk Aris agar Aris tidak salah paham akan ulahnya tadi.

Pertama-tama dia mengetikkan nama Aris.. akan tetapi, tiba-tiba Ryan terpikirkan sebuah ide untuk memperbaiki atau membuat hubungan yang romantis dan harmonis antara Shina dengan Aris.

"Sayangku, maaf aku mereject telponmu tadi. Aku saat ini sedang sibuk dan tidak bisa menjawab panggilanmu.."

"Kalau urusanku disini sudah beres, aku akan menghubungimu kembali.."

"Jaga dirimu baik-baik.. I Love You..❤️ Muaaachh😘😘"


Chapter 163: Terkejut (2)

"Sayangku..?" ucap Aris

Aris merasa heran Shina mengirimkan sms seperti itu padanya. Apalagi dia sebelumnya telah mereject beberapa kali panggilannya. Untuk memastikannya kembali, dia menghubungi Shina lagi.

"Si brengsek ini.. Sudah dibilang jangan menghubungi.." ucap Ryan kesal

Ryan kembali mereject panggilannya. Aris kembali bingung dibuatnya. Akhirnya Aris, dia kembali mengirim sms pada Shina saat itu.

"Apa semuanya baik-baik saja?"

"Kau dimana?"

"Bisa kita melakukan vcall sekarang?"

tulis Aris dalam pesan singkatnya itu

Terlihat tanda centang dua garis biru. Shina sudah membaca pesannya, pikir Aris saat itu. Sementara itu Ryan,

"vcall? Enak saja mau vcall.." pikir Ryan kesal

"Apa sms ku tadi terlalu aneh..  Benar juga. Tidak mungkin Shina berkata manis seperti itu kan pada Aris." dan Ryan pun kembali mengiriminya pesan

"Suamiku tampan bukan tipeku, aku sedang sibuk sekarang. Mohon pengertiannya. Aku tidak bisa melakukan vcall denganmu..🙏😅"

"Apa kau sedang berada dilokasi syuting? Maaf kalau aku mengganggumu sebelumnya." balas Aris

"Iya." balas Ryan

"Apa kau pulang malam ini? Aku sekarang sedang berada direstoran sate favoritmu. Kau mau aku pesankan satu porsi? Aku tidak keberatan jika harus mengantarkannya ke tempatmu sekarang." balas Aris

"Tidak usah." balas Ryan

"Apa kau yakin?" tanya Aris kembali memastikan

"Iya." balas Ryan

"Kemungkinan aku tidak akan pulang malam ini." tulis Ryan kembali

"Baiklah. Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai pingsan. Hubungi aku kapanpun kau membutuhkanku."

"Aku juga mencintaimu." balas Aris

Ryan terkejut bahwa Aris akan menuliskan pesan seperti itu pada Shina.

"Aku juga mencintaimu.." ucap Ryan membaca ulang pesannya itu

"Aris juga mencintai Shina?" pikirnya heran, tak percaya. Kemudian Ryan pun mematikan handphonenya.

Sambil menatap Shina yang sedang tertidur, Ryan pun berkata

"Sepertinya cintamu itu tidak bertepuk sebelah tangan. Walaupun aku tidak begitu yakin.. tapi kurasa Aris dia memiliki sedikit perasaan padamu. Jadi kau tidak perlu cemas memikirkannya.."

Dan setelah mengatakan itu, Ryan keluar kamar dan memilih untuk tidur di sofa tengah.

Saat tengah malam ketika Shina sudah terbangun, dia terkejut mendapati dirinya tertidur dikamarku.

"Apa Ryan yang membawaku kemari? Bagaimana mungkin??" pikir Shina bingung, tak percaya.

Kemudian dia melihat ada secarik kertas yang dituliskan oleh Ryan disana.

"Tadi kau pingsan, jadi aku membawamu kesini karena kau bilang tidak ingin Aris mencemaskanmu. Dokter berkata tekanan darahmu rendah 90/70 mmHg dan kau harus meminum obat dan vitaminmu ini. Dokter tadi juga sempat mengatakan kau perlu memeriksakan dirimu ke dokter kandungan untuk memastikan secara langsung apakah kau benar-benar hamil atau tidak. Kalau kau tidak mau kesana, kau bisa menggunakan testpack 2-3x untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Note : jika ternyata kau hamil, kau dilarang mengkonsumsi obat-obatanmu itu. Maaf sebelumnya aku telah lancang bercerita pada dokter tersebut bahwa aku sempat melihatmu berkunjung ke dokter psikiater.

Hubungi Aris, tadi dia menghubungimu beberapa kali dan juga mengirimu pesan. Dia terlihat khawatir.

Shina kemudian membuka handphonenya dan membaca semua percakapan antara Ryan dan Aris. Dia terlihat tersenyum saat itu.

Shina kemudian keluar kamar dan melihat Ryan yang sedang tertidur di sofa kala itu.

"Aku tahu bahwa kau memang orang baik Ryan.. Yah, walaupun kadangkala suka bertindak menyebalkan dan egois. Tapi aku menghargai bantuanmu kali ini sebagai mantanku dulu dan Ayah kandung bagi anakku Rani. Terima kasih.." ucap Shina sambil mengecup singkat pipi Ryan

Akan tetapi, tiba-tiba saja tangan Ryan refleks menarik Shina dan memeluk tubuhnya.

"Sayang.." ucapnya mengigau

"Kau jangan pergi meninggalkanku.." ucap Ryan kembali sambil mengeratkan pelukannya itu pada Shina

Shina menjadi terkejut. Dia tidak mengira bahwa Ryan akan memeluknya secara tiba-tiba seperti ini. Jantungnya berpacu sangat cepat. Dan dia pun segera berusaha melepaskan diri dari situasi itu.

Semakin dia berusaha semakin Ryan mempererat pelukannya. Bahkan terlihat Ryan seolah menarik tubuh Shina itu untuk bisa tidur bersama dengannya dipelukannya. Shina pun akhirnya pasrah. Untuk sesaat, dia membiarkan keadaan dirinya seperti itu (berada dan tertidur dalam dekapan Ryan).

Sesaat bayangan masa lalu kembali menghantui pikirannya, dimana saat itu hubungannya dengan Ryan terlihat begitu harmonis dan intim. Tubuh pria yang sama.. begitu pun aroma parfumnya. Tidak ada sedikit pun yang berubah darinya dari masa itu, pikir Shina.

Mungkin.. jika ada sesuatu yang berbeda darinya.. pasti itu hatinya. Kini hatinya tidak lagi terpaut olehku, tetapi orang lain, pikir Shina sedih. Tanpa terasa, ada air mata yang mengalir dari sela-sela matanya. Shina kemudian menepisnya. Dengan segera dia pun melepaskan diri dari Ryan dan pergi menuju pintu depan. Saat hendak keluar, tiba-tiba ada suara bel pintu berbunyi.

Shina mengintip dari lubang pintu, dan dia terkejut. Ternyata itu Aris.

"Apa yang dilakukan si bodoh ini disini? Mau apa dia datang malam-malam kesini?" pikir Shina panik

Dia segera masuk kedalam dan membangunkan Ryan disana.

"Ryan.. Ryan.. Bangun.."

"Aris.. dia ada didepan pintu unitmu saat ini." ucap Shina sambil mengguncang tubuh Ryan

"Aduh Sayang.. Kepalaku masih pusing akibat minum minuman tadi. Tolong biarkan aku tidur sebentar lagi.." ucap Ryan sambil masih memejamkan matanya

Shina yang kesal, akhirnya berpikir untuk memancing emosi Ryan demi membangunkannya.

"Aris saat ini ada di depan apartemenmu untuk bertemu dengan Lena. Sepertinya ada yang mau mereka bicarakan berdua. Kau mau membiarkan mereka bertemu seperti itu, hah?" ucap Shina agak mengeraskan suaranya didekat telinga Ryan

Ryan tiba-tiba saja dia langsung bangun terduduk sambil terkejut dan berkata,

"Aris katamu..??"

Dan ketika kesadaran Ryan mulai pulih, dia pun terkejut ketika melihat Shina ada disampingnya.

"Tidak usah memasang ekspresi terkejut seperti itu. Aris, dia ada didepan sekarang.." ucap Shina ketus

"Aris..? Mau apa dia kemari?" tanya Ryan pada Shina

"Tidak tahu.. Mungkin ingin bertemu Lena.." jawab Shina meledek

Akhirnya Ryan pun segera pergi ke pintu depan diikuti oleh Shina dibelakangnya. Namun saat tiba-tiba akan membukakan pintu, Ryan terkejut karena mendengar suara Aris yang sedang berbicara denganku disana.

"Aris dengan Lena??" ucap Shina tidak senang

Tanpa sadar, akhirnya Shina dia yang terlebih dahulu membukakan pintu depan dibandingkan dengan Ryan. Aku begitu terkejut melihatnya ada disana, begitupun dengan Aris.

"Aris.. apa yang kau lakukan disini? tanya Shina tidak senang sambil melirik ke arahku

Saat itu terlihat juga ekspresi Ryan seolah menanyakan hal yang sama pada Aris. Dengan tatapan mata benci dan tidak senangnya itu, Ryan terus memandangi Aris.. seolah ingin mengintimidasinya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C162
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT