Download App
57.08% My New Neighbour / Chapter 145: Kembali Dingin

Chapter 145: Kembali Dingin

"Mas Ryan.." ucapku terkejut

"Aris?? Siapa yang kau bilang masih mencintai Aris? Lena???" ucap Ryan dengan nada tidak senang

"Sayang, apa itu benar?? Kau masih mencintainya?" tanya Ryan sambil mencoba menahan amarahnya saat itu

"Bukan Yan. Ini cuma perspektif gw doang. Gw bilang kalau Lena masih ada rasa khawatir dan peduli sama Aris berarti dia.." Roy berusaha menjelaskan

"Cukuupp..!! Gw gak butuh penjelasan lw disini. Yang gw tanya itu Lena." ucap Ryan membentak

Saat itu aku begitu panik dan takut. Hingga kemudian aku pun memilih menjawab

"Gak Mas. Aku gak mungkin mencintai Aris. Suamiku itu kamu, jadi bagaimana bisa aku mencintai orang lain.."

"Apa kau yakin dengan apa yang barusan kau katakan, hah?" kali ini Ryan terlihat benar-benar seperti akan meledak

"Kalau begitu kau buktikan sekarang.." ucap Ryan kembali

Kemudian Ryan, dia manarikku dengan menyeretku untuk pergi ke unit Aris.

"Aku ingin kau buktikan padaku sekarang bahwa kau memang tidak mencintainya. Katakan hal itu didepan Aris. Katakan padanya kau memang tidak mencintainya sama sekali.. Kau membencinya.. bahkan lebih dari apapun. Katakan kau tidak ingin melihatnya lagi seumur hidupmu dan suruh dia jangan pernah muncul kembali dihadapanmu.." ucap Ryan emosional menggebu-gebu

Saat itu, entah kenapa.. tiba-tiba air mataku ini mengalir dengan sendirinya. Aku begitu sedih, hingga kemudian menangis terisak disana.

"Kenapa malah menangis?" ucap Ryan marah

"Kau pikir dengan menangis maka aku akan percaya padamu? Munafik..!!" ucap Ryan emosi

Namun saat itu, tiba-tiba saja pintu unit 702 tempat Aris itu terbuka dan Aris ada disana. Kemudian aku,

"Aku membencimu Aris.. Aku tidak mau bertemu denganmu seumur hidupku.. Dan kau, jangan pernah berpikir untuk muncul kembali dihadapanku karena aku tidak akan pernah mau menemuimu lagi.." ucapku terbata-bata sambil menangis. Selesai aku mengatakan semua hal itu pada Aris, kemudian aku langsung pergi masuk ke unitku.

Didalam kamar, aku memilih untuk menangis sepuas-puasnya untuk melepaskan semua emosiku itu. Aku benci diriku.. Sikapku yang plin plan itu.. (yang masih saja bisa memikirkan Aris, padahal aku telah menjadi istri Ryan).

Tetapi, yang membuat diriku sangat sedih adalah ketika aku harus mengatakan semua itu didepan Aris. Kasar sekali.. Padahal Aris tidak melakukan apapun padaku. Malah dia terlihat khawatir dan ingin menolongku saat itu.. tapi kenapa aku harus mengatakan semua kata-kata kejam itu padanya.. pikirku dalam hati masih sambil menagis.

Saat itu, aku terus saja menagis didalam kamar, sementara disana Ryan dan Aris

"Kau sudah mendengarnya dengan jelas bukan. Lena sangat membencimu. Jadi buang semua jauh-jauh sifat sok perhatian dan pedulimu itu. Jangan pernah muncul dihadapannya lagi. Apa kau mengerti Aris?" ucap Ryan merasa puas sambil sedikit menyunggingkan senyumnya. Dan dia pun kemudian kembali ke unit kami.

Sementara disisi lain, Aris.. dia terlihat masih mematung disana. Dia terdiam tanpa ekspresi. Entahlah.. tidak ada yang bisa membaca ekspresinya saat itu. Yang aku tahu, dia mungkin terluka. Selain itu, aku juga sempat melihat punggung telapak tangan kanannya itu terbalut perban dan obat merah. Bagaimana bisa? Bukankah tadi dia yang menghajar Roy menggunakan tangannya. Masa tangannya bisa terluka karena hal itu.

Saat diapartemen kami, begitu Ryan memasuki kamar, dia melihatku masih menangis disana. Kemudian,

"Sayang Maafin aku.." ucapnya tiba-tiba ramah

Saat itu aku memilih terdiam, tidak menjawabnya. Ryan kemudian mendekat.. dan begitu tangannya menyentuh tubuhku, aku langsung menghindarinya dan segera bangkit dari kasur dan pergi keluar kamar. Ryan terus mengekoriku sampai akhirnya aku pun kemudian masuk kedalam kamar mandi dan mengurung diriku disana.

Seolah tidak menyerah, Ryan masih terus saja berusaha membujukku.

"Sayang.. Aku minta Maaf!" ucap Ryan sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandinya.

"Maafin aku kalau aku tadi udah kasar sama kamu. Aku tadi hanya emosi, tiba-tiba saja aku mendengar kamu masih mencintai Aris. Aku tidak suka.. Aku kesal.. Aku kecewa sama kamu.."

"Walaupun hatiku berusaha meyakinkan bahwa semua itu tidak benar, tetapi aku tetap saja tidak bisa menerimanya. Emosiku memuncak dan akhirnya aku pun melakukan semua hal itu ke kamu.."

"Maafin aku Sayang.. Aku gak ada niatan buat kasarin kamu. Aku cuma mau kamu buktiin ke aku bahwa ucapanmu itu memang benar.."

Bosan mendengar semua penjelasan darinya, akhirnya aku pun memilih untuk menyalakan air shower. Namun suara ketukan pintu Ryan masih terdengar samar.

Setengah jam bahkan hampir satu jam lebih aku masih berada didalam sana, membuat Ryan yang tidak sabaran itu kembali mengetuk keras pintunya.

"Sayang, kalau kamu gak mau buka pintunya.. jangan salahin aku kalau aku dobrak pintunya nanti.."

"Sayang.." ucap Ryan kembali dengan suara keras sambil mengetuk-ngetuk pintunya

Dan tanpa berpikir panjang, kemudian Ryan, dia langsung mendobrak pintu kamar mandinya itu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat aku yang sudah terkujur lemas pingsan dengan pakaian yang basah di lantai kamar mandi.

"Sayang.. bangun Sayang.. Bangun.." ucapnya panik sambil menepuk-nepuk pipiku.

Saat itu begitu Ryan menyentuh tubuhku, rasanya dingin. Dengan segera dia kemudian membawaku ke kamar sambil berusaha menghangatkan tubuhku. Pertama-tama dia membuka bajuku dan menggantinya dengan pakaian kering. Kemudian dia terlihat menaruh minyak kayu putih di telapak tangan dan kakiku yang masih dingin itu, sambil berusaha menghubungi dokter untuk datang ke apartemen kami.

Ryan.. dia terlihat sangat cemas saat itu. Dia terus memegang tanganku sambil memanggil-manggil namaku agar aku bisa bangun (sadar). Ryan sangat merasa bersalah, dia menyesali perbuatannya. Dia terlihat menitikkan air matanya saat itu.

Selang setengah jaman berlalu, akhirnya dokter tiba. Dokter tersebut kemudian memeriksakan keadaanku.

"Tensi pasien rendah, pantas saja dia pingsan.." ucap dokter tersebut

"Apa pasien rutin meminum vitaminnya?" tanyanya kembali pada Ryan

Saat itu Ryan, dia terlihat baru menyadari bahwa selama ini dirinya kurang memperhatikanku. Dia bahkan tidak tahu apakah aku makan dengan teratur, menjaga kesehatanku, dan meminum semua vitaminku. Selama ini dia hanya fokus mengurusi masalah pekerjaannya saja.. pikirnya merasa bersalah.

Kemudian dokter tersebut kembali berkata,

"Aku akan meresepkan vitamin dan juga beberapa obat untuk menaikkan tensinya.."

"Untuk sementara biarkan infus ini terpasang.." sambil dokter tersebut mengatur laju infusnya

"Apabila infusnya telah habis dan pasien masih belum juga sadar. Kau bisa kembali menghubungiku atau langsung membawanya ke Rumah Sakit.."

"Tapi Dok, apa istri saya baik-baik saja? Dia pasti akan sadar kan?" tanya Ryan cemas

"Kau tenang saja Ryan, dia baik-baik saja. Hanya saja mungkin dia terlihat sedikit lelah. Mungkin karena dia tengah hamil dan banyak tekanan yang membuatnya stress sehingga mengganggu metabolisme ditubuhnya.. ditambah lagi dengan kondisi fisiknya yang lemah.."

"Kau harus memperhatikan semua asupan gizi dan makanannya.. Dan pastikan dia meminum semua obat dan vitaminnya nanti.. khususnya vitamin penambah darah.."

"Istrimu, dia tensinya rendah sehingga tidak heran jika dia sering terlihat lelah dan mudah pingsan.."

"Dan ahhh.. satu hal lagi, jangan terlalu membuatnya merasa stress dan tertekan sebab dia itu sedang hamil. Wanita hamil itu sensitif dan mudah terkena depresi.. Kau harus memperhatikan kondisinya dengan baik.." ucap dokter tersebut kembali pada Ryan

"Baik dok. Akan saya lakukan semuanya sesuai dengan anjuran dokter.."

"Bagus. Kau juga harus jaga kondisi kesehatanmu Ryan.. Kau harus lebih kuat dibandingkan istrimu. Sebab kalau terjadi apa-apa padanya seperti ini, hanya kau yang bisa dia andalkan.." ucap dokter sambil menepuk bahu Ryan

"Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana kabar Ayah dan Ibumu?"

"Mereka baik-baik saja. Sampai sekarang mereka masih berada di New York, Ayah masih menjalani pengobatannya disana.."

"Sampaikan salamku pada mereka nanti.."

"Baik dok" jawab Ryan

Dan Ryan pun kemudian mengantarkan dokter tersebut pulang sampai depan unit kami. Sekembalinya dia kekamar, dia senang melihatku yang sudah tersadar.

"Sayang kamu baik-baik saja?" tanya Ryan padaku

"Tadi kamu pingsan dikamar mandi. Dokter bilang kamu kelelahan.." Ryan menjelaskan padaku saat aku melihat kondisi tanganku yang sudah terpasang jarum infus itu

"Maafin aku.. Ini semua salahku. Aku tidak tahu kalau aku membuatmu tertekan selama ini. Maafin aku Sayang.." ucap Ryan kembali sambil berusaha memelukku

"Kamu laper gak? Mau makan apa nanti aku beliin. Kebetulan aku juga mau ke apotik buat beli obat sama vitamin buat kamu?" ucap Ryan kembali.

Saat itu aku hanya terdiam tanpa menjawab satu pun pertanyaan darinya. Ryan yang menyadari responku itu kemudian kembali berkata,

"Aku tahu kamu masih marah sama aku. Dan aku juga gak mau maksain kamu buat bisa maafin aku segera.."

"Sayang, kalau aku boleh minta sama kamu, tolong jaga kondisi kesehatan kamu. Kamu boleh marah sama aku tapi tolong jangan siksa diri kamu sendiri dengan tidak memperhatikan kondisi kesehatanmu.."

"Badan kamu itu lemah, tensi kamu rendah.. Apalagi kamu lagi hamil sekarang."

"Maafin aku.. selama ini aku hanya fokus ngurus semua kerjaan aku dan aku kurang memperhatikan kamu.."

Saat itu Ryan, dia sepertinya tahu bahwa tidak ada dari satu kata-katanya pun yang kuberi respon, hingga kemudian dia kembali berkata

"Kalau begitu aku pergi ke apotik dulu buat beli obat sama vitamin, kalau ada yang mau kamu beli nanti kamu bisa hubungi aku atau chat aku.." dan Ryan pun kemudian pergi meninggalkanku di kamar

Sejak hari itu, hubunganku dan Ryan agak sedikit mendingin, tidak seperti biasanya. Perlakuan dan sifat Ryan masih sama terhadapku, hanya saja sikapku padanya agak sedikit berubah. Aku jarang berbicara panjang lebar dengannya, hanya memberikan respon ketika dia mengajakku berbicara. Kalau dipikir-pikir situasinya sama seperti saat kami baru pertama kali menikah dulu. Saat itu aku masih belum menerima dia seutuhnya menjadi suamiku, karena bagaimanapun saat itu aku masih cukup sulit untuk melupakan Aris.

Aris.. saat aku mengingat namanya, aku kembali mengingat semua perkataan yang terakhir kali ku ucapkan padanya. Bagaimana ya kabarnya dia sekarang? Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya..

Apa jangan-jangan dia sudah pindah dari sini. Tapi.. bagaimana mungkin? Rani, dia setiap hari masih berangkat sekolah bersama Oka dari sini.

Benar juga.. aku telah berkata seperti itu padanya, jadi tidak mungkin dia akan kembali muncul dihadapanku.

Sementara ditempat lain, Shina saat itu terlihat baru kembali ke apartemennya setelah hampir beberapa minggu terakhir dia sibuk dengan jadwal sinetron strippingnya. Hari itu, dia berniat untuk memberi sedikit kejutan pada Aris, tanpa dia tahu bahwa Aris.. dia sudah lama tidak tinggal diapartemennya itu.


Chapter 146: Kunjungan Mendadak Shina

Saat itu, sambil tersenyum memegang handphonenya, Shina terlihat menghubungi Aris. Mungkin kalian sebelumnya bertanya-tanya, belakangan ini kemana Shina pergi. Apakah dia tahu mengenai masalah yang terjadi antara Aris, aku, dan Roy? Apakah selama ini Aris dan Shina masih tetap berhubungan baik sebagai pasangan?

Shina, setelah pesta kejutan ulang tahunnya, dia meminta izin pada Aris untuk mengambil tawaran bermain sinetron stripping. Aris tentu saja langsung memberikannya izin karena dia tahu betul bahwa istrinya itu sangat menyukai pekerjaannya sebagai pemain film.

Sejak saat itu Shina, dia terlihat jarang pulang karena kesibukannya menjalani proses syuting di sinetron terbarunya yang berjudul "Pemeran Pengganti". Dia memilih untuk tinggal dilokasi syuting untuk menjaga totalitas perannya itu agar tidak merasa lelah jika harus pulang pergi ke apartemen dari lokasi syuting. Meskipun begitu, hubungan komunikasi dengan keluarga kecilnya berjalan dengan sangat lancar, terutama Aris. Walaupun tidak setiap hari dia menghubungi mereka, tetapi paling tidak 2- 3 hari sekali dia pasti menghubunginya.

Tidak ada masalah yang terjadi diantara keluarga mereka (Aris dan Shina), tidak membuat Aris untuk selalu menceritakan semua hal yang terjadi pada dirinya pada Shina. Jadi Shina sama sekali tidak mengetahui apapun yang terjadi belakangan ini.. masalah Aris yang terlibat perkelahian dengan Roy untuk membelaku, hingga keputusan Aris yang memilih untuk menghindar dariku selamanya dengan tidak lagi tinggal diapartemennya itu.

Saat itu, ketika Shina menghubungi Aris

"Halo Aris.. Kau ada dimana sekarang?" tanya Shina begitu telponnya mulai terhubung

"Aku dikantor.."

"Aku tidak mengganggumu kan? Ngomong-ngomong jam berapa nanti kau pulang?"

"Aku?? Apa kau akan pulang malam ini?" tanya Aris tiba-tiba curiga

"Tidak.. tidak. Aku masih ada dilokasi syuting. Masih ada beberapa scenes lagi yang harus diambil. Jadi aku tidak mungkin pulang dalam waktu dekat ini.." jawab Shina berbohong. Padahal saat itu dirinya sudah berada di lobi apartemen

"Aku mungkin pulang agak malam. Mungkin diatas jam 9."

"Lagi? Masa setiap hari kantormu itu lembur terus sih Aris.." ucap Shina tidak senang

"Iya, karena tenggat waktunya sudah dekat, tinggal dua bulan lagi.. sedangkan masih ada beberapa desain yang harus diubah.."

"Harusnya perusahaan memberikan bonus tambahan lebih banyak padamu karena kau bekerja sebagai Ketua tim. Aku yakin pasti hanya kau saja yang bekerja keras sampai akhir. Dan semua bawahanmu itu, mereka pasti memilih untuk pulang lebih awal dengan membuat berbagai macam alasan.."

Saat itu Aris hanya tersenyum mendengar komplain dari Shina tentang dirinya.

"Ngomong-ngomong kau sudah makan siang? Tadi sarapan pakai apa? Oh iya, Bagaimana kabar Rani? Apa dia ada masalah disekolahnya?" tanya Shina kembali menginterogasi

"Rani dia baik-baik saja. Dia tidak pernah menceritakan ada masalah apapun padaku.. Dia sering terlihat pergi dan pulang sekolah bersama dengan Oka.." ucap Aris menjelaskan

"Kalau Ayahnya bagaimana?" tanya Shina kembali

"Ayahnya yang lugu dan polos itu.. yang mengaku dirinya itu lumayan tampan, walaupun dia sebenarnya bukan tipeku.." ledek Shina pada Aris

"Apa kau sedang mengalami masalah dilokasi syuting?"

"Aku?? Kok kau malah menanyai aku Aris, bukannya menjawab pertanyaanku. Aku tentu saja baik-baik saja disini.."

"Baguslah.. Jangan sampai pingsan ya." ledek Aris

"Hahahaa.." tawa Shina senang mendengar Aris mengatakan hal tersebut

"Kau itu lucu sekali. Apa kau tidak bisa berkata lebih romantis sedikit, dibanding menyuruhku untuk jangan sampai pingsan.."

Aris terdiam tidak memberikan respon.

"Kalau kau belum makan siang tadinya aku berpikir untuk mengantarkan sedikit makanan untukmu melalui pesan online.."

"Kalau kau memang mau melakukannya aku akan sangat senang.." jawab Aris

"Benarkah?" tanya Shina antusias

"Iya, aku tidak masalah.."

"Oh iya, jam istirahatmu sampai jam berapa?" tanya Shina kembali

"Tidak masalah bagiku untuk kau mengantarkannya jam berapa saja. Kalau bisa jangan yang berat-berat makanannya.."

"Pizza??" tanya Shina kembali

"Boleh.." jawab Aris

"Baiklah kalau begitu nanti aku akan memesannya.." ucap Shina senang

"Terima kasih Shina.."

"Tidak masalah.." jawab Shina

"Ariss.. Jaga dirimu baik-baik. Aku mencintaimu.." kemudian Shina pun langsung menutup telponnya.

Shina yang sudah mendapat respon lampu hijau dari Aris berpikir untuk mengantarkan makanannya sendiri langsung pada Aris di kantornya. Dia kemudian bergegas masuk ke dalam unitnya untuk mengganti pakaiannya dan bersiap-siap. Saat itu sesuatu terjadi. Begitu dia masuk ke dalam kamarnya, dia melihat bahwa dilemari pakaiannya itu sudah tidak ada lagi kaca disana.

Apa kacanya pecah dan Aris mencopot semuanya, pikir Shina heran saat itu. Dan begitu dia melihat pakaian Aris, jumlah pakaiannya juga berkurang.

Aris.. Apa dia memindahkan beberapa pakaiannya itu ke kantor. Tapi masa sampai setengah dari jumlah pakaiannya disini.. pikirnya heran.

Shina yang sudah merasa ada suatu kejanggalan disana, kemudian mencoba menghubungi Rani. Dari Rani dia memperoleh informasi bahwa Aris telah satu minggu yang lalu tidak tinggal diapartemennya lagi. Rani mengatakan bahwa Ayahnya itu mencari kos di daerah Tangerang agar memudahkan dirinya dalam mengawasi proyek pembangunan disana. Tentu saja Shina terkejut, sebab selama ini Aris tidak pernah menceritakan hal tersebut padanya.

Ada sedikit perasaan kecewa dalam dirinya saat itu, kenapa Aris menyembunyikan hal ini darinya. Padahal mereka rutin saling berkomunikasi, tetapi dia tidak pernah sekalipun menceritakan mengenai kondisinya. Apa Aris belum bisa mempercayaiku sebagai seorang istri, pikir Shina sedih.

Saat itu ketika Shina tiba didepan kantor Aris, dimeja resepsionis, semua orang sibuk memperhatikannya. Memang saat itu penampilannya tidak seperti wanita kantoran pada umumnya. Walaupun menurut Shina penampilannya itu sudah terlihat sangat biasa dan sederhana, tetapi tetap saja dia yang paling terlihat menonjol disana. Dirinya saat itu menggunakan dress span pendek diatas lutut dengan riasan wajah yang natural, kacamata berframe kotak (pemberian Aris waktu itu), sepatu sneakers, dan topi yang digunakannya untuk menutupi penampilannya sebagai seorang artis.

Begitu Aris tiba dilobi, Shina kemudian berlari dan langsung memeluknya sehingga membuat orang-orang disana terkejut. Aris yang malu kemudian,

"Shina, aku mohon jangan disini.." ucap Aris berbisik sambil berusaha melepaskan tangan Shina dari tubuhnya

"Kenapa? Kau malu ya?" ucap Shina tersenyum sambil melepaskan pelukannya

Kemudian Shina, setelah dia melepaskan pelukannya itu, dia kembali mengecup singkat pipi Aris sambil kemudian berkata

"Biar saja.. agar orang-orang disini tahu kalau kau itu sudah mempunyai pasangan. Jadi Jessy dan yang lainnya tidak akan berani berbuat macam-macam lagi denganmu.." ucap Shina

Kemudian Aris, untuk mengalihkan Shina agar tidak berbuat hal-hal yang membuatnya lebih malu lagi

"Pizzanya?" tanya Aris tiba-tiba

"Ohh Iya.." sambil Shina kemudian pergi ke meja resepsionis tadi dan mengambil Pizzanya disana

Saat itu Aris menyadari bahwa istrinya itu memakai pakaian yang cukup mini, hingga kemudian

"Kau tunggu disini dan jangan duduk.." ucap Aris

"Memangnya kau mau pergi kemana?"

"Pokoknya kau jangan duduk. Tetap berdiri disini seperti itu dan tunggu aku.."

Tak lama berselang, kemudian Aris dia membawa jaketnya dan mengikatnya di pinggang Shina untuk menutupi dress span-nya yang kependekan itu.

"Ohh manis sekali suamiku ini.." ucap Shina ketika Aris mengikatkan jaketnya di pinggangnya

Saat itu tiba-tiba Shina menyadari sesuatu disana.

"Aris.. tanganmu kenapa?" ucap Shina terkejut ketika melihat puggung tangan kanan Aris ada beberapa luka goresan

"Ini bekas terkena pecahan kaca.." jawab Aris

"Kaca?? Apa kaca di lemari kamar kita itu?"

Aris kemudian mengangguk menjawabnya.

"Ya ampun.. Bagaimana bisa, hah?" respon Shina cemas sambil memegang tangan Aris yang terluka itu

"Aku yang ceroboh.." jawab Aris

"Ceroboh bagaimana maksudmu? Bagaimana bisa kaca itu pecah?" tanya Shina kembali

Aris, dia terlihat bingung menjawab pertanyaan Shina. Dia tidak mungkin berkata pada Shina bahwa kaca itu pecah karena dia sendiri yang meninjunya.

*Flashback setelah Aris menghajar Roy dilorong apartemen

Aris kemudian terkejut begitu aku meneriakkan namanya untuk membuatnya berhenti memukul Roy. Saat itu Aris berpikir bahwa tidak seharusnya dia memperlihatkan sisi amarahnya itu padaku. Kemudian dia pun lalu memilih untuk pergi dari sana dan meluapkan amarahnya ditempat lain. Begitu masuk kedalam kamarnya, Aris yang melihat pantulan wajahnya di kaca lemari menjadi kesal dan langsung memukulnya. Tanpa sadar dia menghancurkan kaca tersebut menjadi berkeping-keping hingga membuat tangannya itu terluka.

*Flashback off

"Ariss.." tanya Shina berusaha menyadarkannya

"Sebenarnya ada masalah apa? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" tanya Shina khawatir sambil menatap dalam matanya


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C145
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT