Download App
4.33% My New Neighbour / Chapter 11: Unit 702

Chapter 11: Unit 702

Ting Tong.. Ting Tong.. (Suara bel)

Pintu pun terbuka,

"Halo Om,  aku datang! " sapa Oka sambil tersenyum pada Aris

" Oh, Hai Oka.. Masuklah.. " jawab Aris

" Om, aku datang bareng mama nih. Oka dengar, katanya kalian dulu satu kampus ya."

"Halo Mas Aris.. Kami datang berkunjung." sapaku yang tiba-tiba muncul dari balik punggung Oka

Aris pun terkejut, lalu berkata

"Loh, Lena.. Jadi benar Oka itu anakmu."

Aku pun mengangguk

"Iya.. Kudengar kalian sudah saling bertemu sebelumnya. " lanjutku berbicara

"Benar, baru tadi pagi. Ayo kalian berdua, silahkan masuk.. Maaf, sebelumnya masih berantakan."

Lalu Aku dan Oka masuk kedalam,

"Permisi.. " ucap kami berbarengan saat melewati pintu

" Silahkan duduk.. " Aris mempersilahkan

"Kalian mau minum apa? kopi, teh, atau softdrink.."

"Tidak usah repot-repot Mas Aris. Aku air putih saja." jawabku

"Kalau Oka? " tanya Aris

"Aku softdrink deh Om. Lagi pengen yang seger-seger soalnya, hehee.."

"Oke. Tunggu sebentar ya."

Dan Aris pun berlalu menuju dapur. Aku kemudian mengikutinya dari belakang.

"Mas Aris, ini.. Aku tadi masak kentang balado jadi kupikir bisa berbagi denganmu. Ini juga ada sedikit buah. Kubantu untuk menghidangkannya didepan ya."

"Oh.. Terima kasih Lena." jawab Aris

"Sebenarnya kau tidak perlu repot-repot.Tadi aku bilang kan aku yang akan menyiapkan cemilan jika kau datang. Ini.. biar aku saja yang menyiapkan semuanya. Kau tunggu saja didepan bersama Oka. Lagipula, kau kan tamu disini." lanjutnya kemudian

"Tidak apa-apa Mas. Aku juga tidak merasa repot kok. Kita ini tetangga jadi jangan sungkan untuk menerima bantuan dariku." jawabku tersenyum sambil membuka keranjang buah, dan menyusunnya dipiring

"Masih keras kepala, sama seperti dulu.. " gumam Aris

" Ehh.. Kenapa Mas? Tadi ngomong apa? " tanyaku

Sambil tersenyum, dia pun menjawab

"Oh Nggak.. Baiklah, kalau kau memaksa dan merasa tidak direpotkan.Terima kasih ya Lena."

" Sama-sama"jawabku tersenyum

Aris pun pergi meninggalkan dapur, kemudian mengambil softdrink dikulkas dan Pizza yg sudah dipesan sebelumnya untuk dihidangkan kepada Oka

"Wow.. Pizza!! " teriak Oka antusias

"Makasih Om. Tau aja kalau Oka suka Pizza." lanjutnya kemudian

"Bagus kalau kau suka. Habiskanlah.."

"Beneran nih om.. Kalau gitu.." Oka pun tanpa ragu-ragu melahap pizza yang sudah disediakan.

"Oh,  iya Om.. Mama mana? " tanya Oka pada Aris

"Lena ada didapur. Tadi dia memaksa agar dia saja yang menyiapkan makanannya." gerutu Aris

"Oh gitu, hahahaa.. Mama mah kalau udah mau lakuin sesuatu, memang gak bisa dilarang. " timpal Oka menambahkan

"Kau benar Oka. Lena itu memang keras kepala. Dari dulu juga sudah begitu.."

"Om sudah lama ya berteman sama mama? Bagaimana mama dulu sewaktu kuliah. Apa mama populer dikampus? Maksud Oka, mama kan cantik.."

"Iya Lena memang cantik. Bahkan sewaktu SMA juga sudah cantik"

"Ohh.. Jadi Om sama mama juga satu SMA bareng??" tanya Oka antusias

"Iya. Kami dulu juga satu SMA Ka. Tapi waktu itu aku belum terlalu kenal sama mamamu. Kami baru dekat saat kuliah.."

"Ohh.. Terus gimana mama pas kuliah? 

Aris pun mulai bercerita

"Lena itu selain cantik, dia juga supel, pintar, mudah bergaul, dan sering aktif dalam organisasi dan kegiatan kemanusiaan."

"Wahh.. Keren ya mama. Pasti jaman itu banyak banget ya Om cowok-cowok yang naksir sama mama. Oka jadi penasaran sama mantannya mama, ada berapa banyak, hihiii.. "

" Ya.. Walaupun kita tidak sejurusan tapi Om banyak mendengar orang-orang membicarakan tentang Lena. Terutama para mahasiswa Indonesia disana. Tapi sayangnya, meskipun begitu, Lena saat itu kan sudah jadi pacar.."

Sebelum Aris sempat melanjutkan, aku pun tiba-tiba datang

"Hayoo kalian, lagi bicarain apa. Keliatannya seru banget. Ini pada makan dulu yuk.."

"Nggak kok Ma. Ini aku sama Om Aris lagi bicarain tentang mama semasa kuliah dulu.. Katanya mama cukup populer dikampus" jawab Oka menjelaskan

Sambil menatap Aris, aku pun mengatakan

"Eeh.. Nggak juga kok Ka. Mas Aris terlalu melebihkan. Dia justru lebih populer dari mama"

"Ohh ya.. Bener gitu Om? " tanya Oka penasaran

Sebelum Aris sempat menjelaskan, aku berkata

"Iya. Bahkan dia selalu dipanggil "Pak Ketua" karna selalu jadi ketua di organisasi kemahasiswaan dan beberapa even kampus. Coba saja tanya mahasiswa yang kuliah di Sydney University, siapa yang gak kenal sama Aris waktu itu."

"Wah hebat.. Ternyata Om populer juga ya waktu kuliah. Pasti banyak ditaksir cewe-cewe juga tuh. Mantan Om jangan-jangan banyak juga nih" tanya Oka sambil meledek

"Nggak juga Ka. Lena terlalu melebihkan. Om justru cuma pernah pacaran sekali doang waktu kuliah. Ya sama mam... "

Seketika aku pun terkejut mendengar Aris berbicara seperti itu, kemudian sebelum terlambat.. aku pun bertindak

"Uhuukk.. Uhuukkk.. Uhuuukkkk.. Erhhmm.. Ehrrrmmm.. Mas Aris, bisa ikut kesini denganku sebentar"

Aku pun berakting berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Namun sepertinya, Oka menyadari bahwa sesuatu telah terjadi. Ada hal yang disembunyikan antara aku dengan Aris yang tidak ingin diketahuinya.Tanpa memusingkan itu, aku tetap saja menarik tangan Mas Aris untuk ikut aku ke dapur.

"Mas..  Boleh aku minta tolong padamu" pintaku

"Mengenai hubungan kita dulu,  tolong jangan beritahu pada siapapun terutama Oka. Aku tidak ingin dia salah paham nanti." lanjutku

"Kita ini bertetangga, rasanya aneh kalau aku bilang dulu Mas adalah mantanku. Jujur..  aku kurang nyaman dengan hal itu. Maksudku, kita sudah mempunyai keluarga masing-masing. Jadi.. Mas mengerti maksudku kan??" tanyaku padanya

Aris terdiam mendengarkan semua perkataanku. Tidak lama kemudian, dia berkata

"Iya, aku paham sekali maksudmu Lena, tapi..  mau sampai kapan kau memegang tanganku" tanya Aris sembari mengangkat tanganku yang sedang menggenggam erat tangannya

Tersadar, aku pun malu. Dengan cepat aku melepaskan tangannya.

"Ehh.. Maaf.. Maaf.. Maafkan aku Mas. Aku tidak bermaksud .. " kataku sambil malu-malu

"Kau keras sekali memegang tanganku, seperti orang yang sedang mengancam saja." keluhnya sambil memegang tangan yang tadi ku tarik

"Iya Mas. Maaf.. Aku kan tidak sengaja. Apa tangan Mas terluka? Sakit ya?? Kena kuku aku ya Mas??" tanyaku khawatir sambil kembali memegang dan memeriksa tangannya

Saat itu, aku tidak sadar kalau Mas Aris terus menatapku. Dan ketika tersadar, aku pun kaget. Ternyata jarak wajah kami cukup dekat, dekat sekali hingga aku bisa merasakan sedikit hembusan nafas yang keluar dari hidungnya.. Karena malu ditatap dalam jarak sedekat itu, aku pun salah tingkah dan kembali melepaskan tangannya. Lalu,

"Ehh.. Ah.. Anu..Itu.. Maaf Mas.. Aku.. 

TOILETNYA DIMANA YA Mas!!? " ucapku secara tiba-tiba dengan suara keras

" Ada dibelakang sana.." kata Aris sambil tersenyum kecil melihatku sembari menunjuk ke arah pintu toilet

Dengan perasaan malu dan muka merah, aku pun segera berlari ke toilet.

Saat itu Mas Aris..

"Hihihii.. Lena. Kenapa jadi salah tingkah gitu ya. Aku jadi tidak tahan untuk menggodanya. Manisnya.." gumamnya

Kemudian Aris pun tersadar

"Astaga.. apa sih yang aku pikirkan. Seketika aku lupa kalau dia sudah bukan milikku lagi. Benar.. tidak baik untuk menggoda istri orang"

Sementara, didalam kamar mandi

Ya ampunnn.. Lena. Sadarkan dirimu!Tidak usah bereaksi berlebihan. Dia itu kan bukan suami atau pacarmu.. Inget suamimu Mas Ryan, anakmu Oka, suamimu Mas Ryan, anakmu Oka, suamimu Mas Ryan, anakmu Oka.. Aku terus terus mengulang kata-kata itu dalam pikiranku.

Tidak.. Aku harus kuat menahan godaan dan kesempatan yang ada, tidak baik deket-deket terus sama mantan, nanti bisa terbawa suasana.

Benar, lebih baik aku segera pergi dari sini.. kataku dalam hati meyakinkan.

Setelah keluar dari toilet, Aku pun langsung pamit pulang dengan membawa serta Oka. Aku berbohong pada mas Aris. Aku bilang, aku baru ingat kalau ada urusan penting, jadi harus segera pulang. Mas Aris pun kemudian mengantarkan kami sampai depan pintu.

Sementara itu, disisi lain, Oka yang masih penasaran, terus memikirkan tentang keganjalan-keganjalan yang terjadi di rumah Aris. Dia ingin mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan antara aku dengan Aris, Apakah mungkin hubungan kami lebih dari sekedar adik dan kakak tingkatnya.

Setibanya diapartemenku,

"Ya..ampun. Gara-gara buru-buru, aku jadi lupa kan nanyain nomornya si Darma sama Mas Aris. Maafkan aku  Karin.. "gumamku

"Tapi.. sepertinya untuk saat ini aku harus menghindar darinya. Tidak baik untuk jantung dan hatiku.." keluhku

"Selain itu, aku juga tidak bisa menjamin bahwa aku bisa mengendalikan perasaanku jika aku terus terus berada didekatnya, bisa gawat nanti.."


Chapter 12: Joymart Moment

Hari itu sabtu pagi dan cuaca sangat cerah. Di apartemen, aku sedang menonton televisi acara memasak pagi live bersama Bu Shinta, koki yang cukup terkenal. Kebetulan menu yang mereka buat sup ayam spesial, jadi kupikir bisa langsung ku praktekkan, karena kebetulan bahan-bahan yang dibutuhkan sudah tersedia semua dirumah. Dengan cermat, aku memperhatikan sembari mencatat setiap detail bahan, bumbu, dan cara membuat kaldu dibuku resep masakan, hingga tiba-tiba suara hp ku berdering,

Kring.. Kriiingg....Kriiiingg..

"Halo Len! " sapa Karin dalam panggilan tersebut

"Halo! Oh, lw Rin. Ada apa? Tumben pagi-pagi udah nelpon." jawabku

"Iya nih.. Baru balik jogging gw. Jadi, gimana kemaren reunian ma mantannya? Sukses ga?" tanyanya penasaran

"Sukses apanya.. " keluhku.

Namun, sebelum sempat aku menjelaskan Karin pun kembali bicara

"Kenapa??" tanyanya heboh.

Dan saat itu, di mulailah investigasi Karin dengan semua pemikiran liarnya

"Emang ada kejadian apa kemaren? Jangan bilang kalian... Eh, tapi gak mungkin kan kalian.. Ada Oka soalnya ya, Hahahaa.."

"Gak usah mikir yang macem-macem deh bu." tangkasku

"Habis nada lw gitu. Gw kan jadi penasaran Len.. Terus gimana-gimana? Pasti pada salting ya.. Secara kalian kan dah lama gk ketemu" lanjutnya penasaran.

"Iya nih.. Gw malu banget Rin" kataku

"Emang kalian ngapain, sampe lw malu gitu. Please cerita, jangan buat gw penasaran n' gak bisa tidur nanti malem Len"

"Gak ada yg spesial sih, cuma pegangan tangan doang."jawabku cuek

"Ahh masa sih.. "tanya Karin tidak percaya

Akupun kemudian menjelaskan,

"Jadi, waktu itu kan gw lagi didapur bantuin Mas Aris buat siapin makanan, buat dimakan bareng-bareng didepan.. Nah gak sengaja tuh gw denger mereka ngomongin tentang gw ma dia dulu dikampus. Awalnya sih biasa Rin, ngomongin organisasi ma kegiatan kampus gitu, nah pas mau ngebahas tentang mantan.. Gile aja Rin, untung bisa gw rem tuh Mas Aris. Masa dia mau cerita ke Oka coba kalau gw mantannya dulu.. Kebayang gak lw. " kemudian aku lanjut bicara

"Nah, pas itu langsung tuh gw kasih kode ke dia Rin"

"Ngasih kodenya gimana" Karin penasaran

Dengan malu-malu.. aku pun bilang

"Pura-pura batuk n' keselek gitu gw Rin"

Seketika tawa Karin pecah

"Wkwkwkkk... "

" Ya abisnya.. Masa dia mau cerita sih ke anak gw, kalau gw mantan dia, parah.. " nadaku kesal

Masih terus sambil tertawa, Karin melanjutkan

" Terus.. terus.. " tanyanya

" Iya abis itu kan gw tarik dia ke dapur. Gw bilang ke dia buat rahasiain hubungan kita dulu sebagai mantan, terutama sama keluarga kita masing-masing.. Nah, waktu ngajak dia ke dapur sampai bilang itu, ga sadar gw pegang tangan dia tuh keras banget sampe dia bilang sakit, Rin. Katanya gw megang tangannya kayak orang mau ngancem gitu. Kan.. gw malu. Langsung gw lepas deh tangannya."

"Tapi.. karna panik, takut tangannya dia kena kuku gw or kenapa-kenapa gak sengaja gw pegang lagi tangannya buat ngecek. Dan lw tw Rin, pas itu tuh dia langsung natap muka gw dalem banget.. Muka kita tuh deket banget.. gw langsung salting dong. Langsung deh gw teriak kenceng bilang mau ke toilet. " ucapku malu

" Wkwkwkkk... Serius??" tanya Karin sambil tertawa

"Sumpah.. Gw malu banget-banget Rin. Gw gak tau deh muka gw mungkin udah kayak rebusan udang merahnya. "

"Eeh Ciye.. Ciyee.. Seneng tuh padahal." ledek Karin

"Seneng apanya.. Sport jantung iya gw"

Karin pun kembali tertawa

"Hahahaa.. "

"Terus aja terus.. Ketawain aja terus" kataku dengan nada sebal

"Iya.. iya.. Maaf. Abis gimana dong, kan gw turut bahagia dengernya. Hubungan kalian akur gitu, baik sebagai mantan atau tetangga Len." ledek Karin sambil tak berhenti tertawa

Sesaat kemudian, Karin kembali menanyaiku

"Ehh iya hampir lupa gw. Terus gimana sama nomornya si Darma. Dah dapet?"

Dengan polos kujawab "Belum.."

"Lah.. Kok? " Karin terheran

"Abis gimana, gw panik langsung cabut. Abis dari toilet gw langsung ijin minta pulang ma dia. Jadi lupa deh nanyainnya, Hehee.. "

"Ihh.. Lw mah Len.. Temen minta bantuan juga. Gih sana tanyain lagi sekarang ya..yah.." pinta Karin memaksa

"Gak deh Rin. Gak mau dan gak akan untuk saat ini." jawabku tegas

"Lah.. kenapa? Masa cuma gara-gara itu doang lw dah ciut sih Bu. Inget loh kalian tetangga. Pastinya bakalan sering ketemu. Emang bisa terus terusan lw hindarin dia."

"Setidaknya untuk saat ini mungkin bisa Rin.. dan harus bisa. Demi kalangsungan kehidupan rumah tangga gw bareng Mas Ryan gw harus bisa"

"Yah berarti batal dong rencana gw buat nemenin lw ke hongkong bulan depan. Yakin lw gak nyesel?? Mumpung gw mau nih.. Padahal gw udah siap-siap juga." Karin terdengar kecewa

"Iya.. Maaf ya Rin. Sorry kali ini gw gak bisa bantu lw."

"Yah.. Mau gimana lagi. Kalau lw gak mau, ya gak bisa dipaksa juga kan. Walaupun gw dh nyiapin vecation plan pas kita ke Hongkong nanti.. "

" Maaf ya.. " ucapku menyesal

" Iya gak apa-apa Len. Nyantai aja.. Gw ngerti kondisi lw kok. "

"Makasih ya Rin"

Kemudian, Karin kembali bertanya kepadaku

"Ohh iya, ngomong-ngomong Len, lw ada nomornya Aris. Biar gw aja deh yang nanya sendiri ke dia."

Sambil cengengesan kujawab

"Gak ada Rin "

" Serius??! " Karin tak percaya

" Iya. " jawabku

"Padahal tetanggaan juga. Masa gak saling nukar nomor telpon."

"Baru juga kemaren tetanggaan. Gimana mau saling nukar nomor"

"Ehh.. Iya baru kemaren ya dia pindah. Gw lupa.. "

" Iya makanya.. "

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil Karin dari dalam telpon

" Ehh, gw dipanggil ma laki gw. Dah dulu ya Len. Nanti kapan-kapan gw mampir deh ke tempat lw, sekalian nanyain ke Aris langsung nomornya Darma. See you.. "

" Ok " jawabku

" Ehh iya hampir lupa satu lagi Len"

tanya Karin membuatku penasaran

"Apa? " nadaku serius

"Ati-ati kalau nanti mau keluar apartemen. Lw harus cek lingkungan sekitar dulu. Maksud gw, kalau udah bebas dan aman dari mantan n' zona baper, baru deh lw bisa leluasa keluar" ejek Karin

"Apaan sih.. Mulai gak jelas deh ni Ibu rempong satu. "

" Pokoknya inget sebelum keluar pintu cek kanan kiri dulu Len, ok? Byee... " dan Karin pun mengakhiri telponnya

Aku pun kembali melanjutkan aktivitasku yang tadi dan mulai memasak sup ayam spesial. Ayam sudah ku presto untuk membuat kaldu, sementara aku memotong bahan-bahan sayurnya. Ketika akan menyiapkan bumbu, aku baru tahu kalau lada dan garam ku hampir habis. Sepertinya aku harus pergi ke Joymart bawah untuk membelinya. Namun, ketika akan keluar rumah, aku kemudian teringat kata-kata Karin.

"Benar juga. Aku gak boleh sampai ketemu dia. Gimana pun caranya harus cek diluar dulu nih, kalau udah aman baru keluar."pikirku

Akupun membuka pintu apartemenku dengan sangat hati-hati agar tidak sampai menimbulkan suara.. Kemudian aku menoleh ke sebelah kiriku, memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda tetangga sebelah akan keluar juga. Kemudian, aku pun bergegas menuju lift untuk turun ke loby.

Saat berhasil masuk dalam lift, aku merasa sedikit lega karena kupikir aku tidak akan bertemu dengannya. Hingga aku tidak sadar, begitu keluar dari lift ternyata Aris melihatku. Tanpa kusadari, ternyata dia pun turut mengikutiku hingga aku masuk ke dalam Joymart.

Di Joymart, aku memanjakan diri, dengan membeli cemilan berupa gorengan pisang, risol dan tahu, kemudian menyeduh teh untukku minum sambil duduk santai menikmati suasana pagi. Sambil makan, aku pun tenggelam dalam pikiranku.

Tanpa sadar akupun berbicara dengan bersuara sambil sesekali menguyah gorengan dimulutku,

"Uhh.. Kenapa juga Mas Aris pake pindah kesini segala.. Jadi gak leluasa gini deh. Lagian.. Dari sekian banyak apartemen di Jakarta kenapa harus di Royal Village. Terus juga towernya.. kenapa gak ditower sebelah aja, di West. Bukannya disana juga banyak unit kosong ya, viewnya juga bagus." keluhku

"Gak mungkin kan dia sengaja tinggal disini demi Gw. Gila aja apa, masa udah 17tahun belum move on sih dia.

Kemudian aku pun berhenti dan berpikir sejenak, hingga kembali berbicara

Atau mungkin.., mungkin karna gw terlalu berkesan dihatinya kali ya, hahahaaa.. " tawaku dengan percaya diri, yang seketika pula menyadarkanku bahwa ada orang sedari tadi sedang memperhatikanku dari samping. Ya benar dia adalah Mas Aris. Aku benar-benar terkejut.

" Ya ampunnn Tuhan.. Sejak kapan dia berdiri disitu. Mampus gw?!" kataku dalam hati

Lalu, aku pun memberanikan diri untuk menegurnya

"Mm.. MAS ARIS??! Lagi belanja juga ya? Hehee.. sapaku canggung

"Mas, sudah dari tadi..?" tanyaku memastikan apakah dia telah mendengar semua yang aku ucapkan

" Tenang saja Lena. Aku baru saja datang kok." jawabnya

"Aku mampir kesini tadi untuk beli obat flu. Kau tahu Lena, dari tadi aku bersin-bersin, entah karena lingkungan baru atau mungkin.. sepertinya karena ada seseorang yang pagi-pagi ini sedang membicarakan dan mengutukku dibelakang.. makanya aku seperti ini." lanjut Aris yang seperti sedang menyindirku

"Oh.. gitu. Hehehee.. "tawaku canggung

Padahal, dalam hatiku saat itu..

" Aduh.. Sial. Kayaknya dia tahu nih. Dia pasti udah datang daritadi dan denger semuanya. Malu banget Ya Allah... Kayaknya aku harus pergi sekarang untuk nyelamatin muka aku."

" Kalau begitu, aku duluan ya Mas. Aku baru inget aku harus buru-buru memasak. Nanti keburu Oka bangun." pamitku padanya

"Tunggu sebentar.." Aris menahanku

"Sekalian saja barengan.. Aku hanya membeli obat flu ini saja kok."

"Duhh!? Pake pulang barengan lagi. Gimana nih.. Gak enak juga kalau nolak" pikirku dalam hati

Kemudian, kujawab dia

"Oh.. Baiklah"

"Hihihii.. Seru juga godain Lena pagi-pagi gini. " pikir Aris

Kemudian, dia kembali bertanya

" Oh iya Lena. Kau belanja apa itu?"

"Oh.. Ini lada dan garam. Kebetulan dirumah stoknya hampir habis dan tidak cukup untuk membuat sup ayam sepsial, jadi kubeli deh" jawabku

" Wahh, sup ayam spesial.. Kelihatannya enak." katanya

Basa-basi kutawarkan saja dia untuk mampir dan makan bareng bersama keluarga kami. Walaupun jujur, sebenarnya aku berharap dia akan menolaknya. Please, tolak aja please.." kataku berteriak dalam hati."

Akan tetapi, dia jawab

"Wah.. Bolah kalau kau tak keberatan Lena. Kebetulan aku ingin sekali makan sayur dan kuah yang hangat-hangat. Bagus juga kan untuk mengobati flu ku ini." senyumnya sambil melihatku kemudian

Mendengar jawaban darinya aku pun pasrah. Aku tidak menyangka ajakan basa basiku tadi direspon olehnya. Jadi, mau tak mau aku terpaksa menerimanya.

"Tentu saja boleh. Kita kan tetangga" senyumku canggung

Kayaknya hari ini apes banget. Ngindarin orang malah ketemu orangnya. Bahkan lebih parah, dia dengar semua ucapan gw tentang dia tadi, haaahh... keluhku dalam hati menyesal.

**Sedikit nasehat

Kalau kalian pengen menghindar dari seseorang, lebih baik jangan terlalu berlebihan (mikirin gimana cara kita menghindar dari orang itu) karena ujung-ujungnya biasanya pasti akan ketemu😅

Mending selow aja.. dan pikirin gimana cara kita hadepin dia kalau seandainya kita ketemu nanti


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT