Ruang ganti di dalam kamar Momonga dipenui dengan banyak item yang berbeda, hingga hampir kehabisan tempat. Dari Jubah hingga hal lain, Momonga bisa menemukan berbagai macam equipment dan item disini.
Suatu waktu dia membawa armor badan, tapi setelah mereka menjadi tidak berguna baginya ditaruh disini.Tidak hanya armor, juga senjata dari tongkat hingga pedang, tidak kurang sedikitpun.
Dengan membunuh monster-monster di YggDrasil, kristal data akan dijatuhkan. Kristal-kristal ini bisa
ditempelkan ke item setelah itu dan bermacam-macam item original bisa dibuat dengan cara ini. Jika ada item hebat dijual, banyak orang tidak bisa menahan diri untuk membelinya.
Sebagai hasilnya, begitulah keadaan kamar ini jadinya.Dari bermacam-macam senjata di dalam kamar, Momonga memililh sebuah pedang. Karena tidak ada sarung pedang yang cocok, pedang perak tersebut bersinar ditimpa cahaya.
Terukir di mata pedang tersebut,simbol-simbol seperti tulisan dan karena mereka terkena cahaya sehingga bisa dibaca.Momonga mengambil dan mengayunkannya. Ringan seperti bulu.
Ini bukan karena pedang tersebut terbuat dari material yang ringan, karena kekuatan Momonga yang besar. Karena Momonga adalah seorang magician, stat yang berhubungan dengan magic miliknya sangat tinggi tetapi stats untuk fisiknya sangat rendang jika dibandingkan.
Tapi setelah mencapai level 100, dia mengumpulkan banyak Strength Status Point lewat latihan, yang mana tidak boleh diremehkan. Jika dia menghadapi monster berlevel rendah, dia bisa dengan mudah menghadapinya hanya dengan menggunakan tongkat.
Momonga memasang kuda-kuda dengan pedang tersebut, tetapi suara dari logam keras yang terbentur bisa didengar di dalam. Pedang yang dipegang Momonga di tangannya langsung jauh ke lantai.
Pelayan di ruangan itu datang dengan segera dan mengambil pedang tersebut dari lantai dan menyerahkan ke Momonga. Namun, Momonga tidak menerimanya namun memandang ke arah tangannya yang kosong. Ini dia.
Inilah yang membuat Momonga bingung. Jika sikap, ucapan dan perbuatan dari NPC yang hidup membuat orang berpikir bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sebuah game, lalu bagaimana dengan belenggu di tubuh.
Masih belum menunjukkan bisa membuat orang lelah hidup di dalam game. Di YggDrasil, tidak mungkin bagi seseorang seperti Momonga, yang tak pernah mengambil kelas dasar Warrior, menggunakan Pedang. Tapi jika dunia ini menjadi dunia nyata, seharunya hal itu bukanlah hal yang tidak mungkin.
Momonga menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk berhenti merenungi masalah ini.
Dengan ketiadaan informasi yang cukup, sampai kapanpun dia mencari, dia takkan pernah bisa
menemukan jawabannya.
"Bersihkan."
Pelayan tersebut mengikuti instruksi Momonga lalu dia berputar dan melihat dinding yang hampir tertutupi oleh cermin, menunjukkan tengkorak yang memakai baju.
Melihat tubuh sendiri berubah menjadi bentuk seperti alien seharusnya membuat perasaan mengerikan. Namun, Momonga merasakan sebaliknya dan tidak merasa aneh dengan hal itu.
Karena sebelumnya dia bermain YggDrasil, dia sudah terbiasa dengan penampilannya saat ini, tapi ada alasan lain atas ketenangannya.
Sama seperti penampilan luarnya, kelihatannya kemampuan mentalnya juga terpengaruh. Pertama, tentang emosi di dirinya: segera setelah dia merasakan emosi yang kuat, langsung bisa ditenangkan, seperti ada sesuatuyang menahannya.
Hal lain adalah kurangnya macam-macam kebutuhan, baik rasa lapar atau ngantuk. Pertama
kelihatannya ada hasrat seksual, tapi bahkan setela menyentuh dada lunak Albedo, tak ada dorongan tambahan.
Merasa seperti dia kehilangan sesuatu yang sangat penting, Momonga tidak bisa tidak melihat pinggangnya:
"Karena tak ada kegunaan yang nyata.. apakah akan hilang begitu saja?"
Karena sedikit emosional, dia mulai mengucapkan hal ini karena frustasi, tapi sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, perasaan itu langsung hilang. Momonga percaya perubahan ini sangat berguna, terutama perubahan mentalnya. Mungkin seorang Undead benar-benar tahan terhadap serangan spiritual.
Meskipun Momonga sekarang memiliki tubuh dan pikiran Undead, dia masih memiliki sisi manusia jauh di dalamnya. Karena itu, ada saatnya dia merasakan emosi, tapi saat emosi itu menjadi terlalu kuat, akan langsung ditekan. Momonga takut jika dia kehilangan seluruh emosinya di masa depan jika terus tetap di dalam tubuh Undead.
Tentu saja, bukan masalah besar jika hal itu terjadi, karena tak perduli apapun dunia ini nantinya, cara Momonga melihat dirinya sendiri tidak akan berubah. Di samping itu, ada juga NPC seperti Shalltear di dekatnya. Menjadi seorang Undead bukan karena hal ini, meskipun itu terlalu dini untuk dikatakan.
[Create Greater Item]
Setelah mengucapkan mantra, tubuhnya tiba-tiba ditutupi oleh satu set lengkap armor logam. Dibuat dari baja dengan warna hitam berkilau dan dipenuhi dengan dekorasi warna emas dan ungu, memberikan tampilan seperti barang mahal. Setelah menggunakannya, Momonga bergerak sedikit untuk memeriksa.
Meskipun tubuhnya merasakan sedikit tekanan, Armor tersebut tidak mengganggu gerakannya. Sangat pas dan menutupi seluruh bagian tubunya, membuat tulangnya tidak nampak sedikitpun.
Jika itu adalah equipment yang dibuat oleh magic dan Momonga bisa menggunakannya, maka itu sama saja seperti ketika di YggDrasil. Momonga mengagumi magic hebat ini, bayangannya yang terpantul dari cermin dengan mengenakan helmet yang juga tertutup penuh membuat terlihat seperti seorang Warrior yang hebat, dan dia tidak terlihat seperti magician sama sekali.
Momonga menganggukkan kepala penuh kepuasan, sambil menelan ludah.
Dengan tampang nakal dan seakan tidak berdosa, Momonga berkata:
"Aku akan keluar sebentar."
"Pengawal sudah siap setiap saat."
Pelayan langsung menjawabnya dengan refleks. Tapi...
Ini mulai menjadi semakin menjengkelkan.
Di hari pertama diikuti oleh pengawal, dia merasa agak tertekan; Di hari kedua, dia mulai sedikit terbiasa dan ingin pamer dengan pengawalnya, tapi ketika tiba hari ketiga ...
Momonga tidak bisa lagi menahan diri untuk menghela nafas. Tak perduli kemanapun dia pergi, pengawal tersebut selalu mengikutinya. Di Tambah lagi, orang-orang akan membungkuk dimanapun mereka bertemu dengannya. Perasaan seperti ini terlalu berat.
Dia masih bisa menahan diri jika itu hanya jalan-jalan di sekeliling dengan pengawalnya. Tapi itu tidak mungkin. Karena dia harus mempertahankan perannya sebagai seorang penguasa dari Great Tomb of Nazarick, dia tidak bisa menunjukkan sedikitpun celah kelemahan, jadi sangat membuat saraf tertekan.
Bagi orang biasa seperti Momonga ini benar-benar melelahkan.
Meskipun emosi kuat apapun yang tiba-tiba keluar bisa ditekan langsung, hal itu masih membuatnya merasa bahwa dia bisa saja tiba-tiba meledak.Terutama ketika bersama dengan wanita cantik yang mengikutinya dan tak pernah meninggalkan sisinya, dan dengan telatennya menjaganya.
Sebagai seorang pria dia tentu saja merasa senang, tapi ada sedikit masalah karena privasinya serasa dilanggar. Kelelahan mental juga bagian dari sisi manusianya. Sebagai seorang penguasa, sangat berbahaya sekali jika dia terperangkan dalam situasi darurat sementara dia mengalami kelelahan mental.
Ketika saat-saat penting, dia mungkin bisa membuat kesalahan fatal. Dia harus sedikit santai. Setelah mendapatkan kesimpulan ini, Momonga membuka matanya. Meskipun ekspresinya tidak berubah, tapi di dalam matanya semakin besar.
"Tidak perlu..., aku tidak ingin ada yang mengikuti, aku hanya ingin jalan-jalan sendiri."
"Tolong tunggu sebentar, jika Momonga-sama menghadapi masalah apapun, kami harus bertindak sebagai tameng bagi anda, kami benar-benar tidak bisa membiarkan apapun terjadi pada Momonga-sama."
Akan sangat keterlaluan untuk mengacuhkan perasaan ingin mengorbankan diri mereka untuk
melindungi tuannya yang hanya ingin jalan-jalan untuk bersantai. Namun, sudah tiga hari sejak terjadinya situasi yang abnormal, yang mana sudah lewat 72 jam. Dalam seluruh waktu tersebut, Momonga mencoba untuk mempertahankan kewibawaannya sebagai penguasa, dan hatinya sangat ingin istirahat.
Jadi meskipun dia merasa tidak enak pada mereka, Momonga sudah mempersiapkan alasan :
"... Aku harus melakukan sesuatu yang rahasia, jadi aku tidak akan memperbolekan siapapun mengikutiku."
Terhening sejenak.
Momonga merasa waktu seakan sudah lewat lama, lalu pelayan tersebut menjawab:
"Baiklah Momonga-sama. Tolong hati-hati."