Jam Istrahat...
"Oke teman-teman, tolong perhatiannya sebentar" Karin berdiri didepan sebagai ketua kelas yang sedang mengarahkan seluruh anggota kelasnya didampingi Rinto.
Rinto berdiri sambil memegang secarik kertas brosur porseni yang baru saja diberikan oleh ibu Arni sewaktu mereka dipanggil ke ruang walikelas.
"Kita akan membahas mengenai anggota yang akan mengikuti kegiatan Porseni nanti, untuk diharapkan perhatiannya sebentar" Karin menarik perhatian sekelasnya sekali lagi.
"Aku sudah memegang brosur yang berisi kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan dalam kegiatan porseni nanti, untuk itu kita akan buat dalam 3 tim yang terdiri dari tim olah raga, tim seni dan terakhir adalah tim untuk penjaga stand kelas" Jelas Rinto menempelkan brosur di papantulis yang cukup besar seukuran kertas A4 yang dapat dilihat oleh semunya.
Karin dengan cekatan membagi papan tulis dalam 3 bagian dan menuliskan keterangan tim pada tiap bagian.
"Tiap orang berhak mengikuti semua kegiatan yang di inginkan tetapi khusus untuk Tim Stand, kami mengharapkan orang yang tetap berada di tempat untuk terus berjaga yang dengan kata lain tidak bisa mengikuti kegiatan olah raga maupun seni." Karin mengingatkan teman-temannya.
Seluruh kelas tampak antusias namun kemudian sedikit berfikir untuk memilih dengan baik demi meningkatkan citra kelas mereka dengan lebih baik.
"Kita akan mulai dari sekarang untuk Tim olah raga, ada beberapa kegiatan dimulai dari Folly putra/putri, basket putra/putri, bulu tangkis putra/putri, tenis meja putra/putri, catur putra/putri, lomba lari putra/putri, lompat jauh putra/putri dan khusus putra saja adalah Futsal. Bagi yang memiliki kemampuan ini bisa mengajukan nama kalian!" Pinta Rinto sembari mulai menuliskan cabang-cabangnya disertai dengan jumlah anggota yang akan dituliskan namanya.
Tak disangka semua dengan semangat mengajukan diri sesuai dengan bidang yang mereka kuasai secara antusias tanpa perlu ada paksaan dari orang lain. Melihat ini Karin tersenyum membara karena ia tak menyangka kalau mereka bisa se antusias ini untuk mengikuti sejumlah kegiatan yang ada.
Tidak butuh waktu lama bagi Rinto untuk menuliskan sejumlah nama2 yang akan mengikuti seluruh kegiatan yang ada.
"Untuk pentas seni, sekolah telah me list kegiatan diantaranya yaitu pembacaan puisi, paduan suara, lomba menyanyi pop dan dangdut, serta di puncak kegiatan di akhir acara seluruh kegiatan akan ada pemilihan ratu dan raja sekolah. untuk yang terakhir pemilihan pesertanya masih dirahasiakan dari panitia untuk lebih memeriahkan acara nanti" Jelas Karin memegang spidol siap untuk menuliskan nama anggota yang ingin ikut serta.
Beni yang sudah tak di ragukan lagi memiliki bakat dibidang seni dengan cekatan memilih anggota paduan suara yang dirasa cukup mampu hanya dengan latihan 3 hari saja. Beni adalah seorang pelatih handal yang dikemudian hari bisa dipastika bahwa dia memiliki masa depan yang cerah dalam bidang entertaiment.
Untuk bidang seni lainnya para anggota yang namanya masuk kedalam tim olah raga pun tak ketinggalan ambil bagian. untunglah saja waktu antara pelaksanaan kegiatan olah raga tak bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan seni dimana jika olah raga dari pagi hingga sore hari, maka seni dimalam hari. Inilah mengapa Porseni di sekolah SMA CENDEKIA INDONESIA sangat dinantika tiap tahunnya karena orang luarpun dapat menyaksikan pertunjukkan bakat yang bagaikan festival megah memukau mata dan sangat menghibur bahkan menerima orang luar datang dan melihat dengan bebas kegiatan itu dilaksanakan.
Semua siswa sudah mengambil bagian yang tersisa hanyalah Alisya yang terdiam terpaku tak tau apa yang harus dilakukan karena ia tak pernah mengikuti satu kegiatan apapun sewaktu ia masih SD dan SMP sebelumnya. Alisya melongo melihat semua mata kini yang tadinya sibuk dan antusian mengajukan diri dalam setiap kegiatan beralih menatap Alisya serius yang sedang makan dengan lahap tanpa menghiraukan kericuhan teman-temannya.
"Kenapa?" Tanya nya acuh tak acuh.
"Kamu sadar nggak dari tadi kamu sibuk sendiri?" Karin menatapnya dengan nada mengejek.
"Aku nggak ikut semua itu! aku nggak suka keributan dan keramaian!" Ucapnya sambil menyedot coca cola dengan bunyi yang melecehkan.
Karin menepok jidatnya lupa dengan kebiasaan sahabtnya yang satu itu. untuk alasan itu ia tak bisa memaksa alisya untuk mengikuti kegiatan yang akan banyak menarik perhatian.
"Kalau begitu kamu bisa menjaga Stand! kamu hanya perlu melayani pelanggan saja sedang aku yang akan menjadi kokinya" Rinto membuat semua mata melongo dengan ucapannya.
"Kamu bisa masak??" Adora penasaran.
"Kalian bisa jadi pelanggan pertamanya untuk membuktikan kemampuan memasakanya" Jelas Yogi dengan sunggingan senyum.
"Baiklah, karena sisa kita berempat yang belum memiliki posisi berati maka kita berempat bisa menjaga stand sembari aku dan Rinto mengurus beberapa hal yang kalian perlukan besok" Karin memandang Yogi dan Alisya mengisyaratkan orang yang di isyaratkan adalah Alisya, Yogi, Rinto dan dirinya.
"Apa tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan???" pinta Alisya mencari alasan.
"Tentu saja ada!!! kamu bisa menjadi SPG penyebar brosur agar semua orang datang mengunjungi stand kita!" Tantang Karin dengan senyuman licik.
Mata Alisya membelalak pasrah dengan warna hitam bola matanya yang menghilang karena kesal.
"Tidak, tidak, tidak!!! aku akan menjadi pelayan saja" Alisya cepat menolak hak otoriter Karin sebagai seorang ketua kelas membuat Alisya tak bisa membantah dengan penuh arti.
"Bagus!" Senyum licik Karin membuat bulu kuduk teman-teman sekelasnya bergidik ngeri. mereka tak percaya Karin dengan mudahnya mampu mengontrol Alisya. Seorang Alisya yang tak memperlihatkan kelemahannya dihadapan siapapun yang bahkan terkadang mampu membuat Karin juga terdiam membeku. Melihat ini mereka yakin kalau hubungan kedunya sudah sangtlah erat dan kuat.
****
Di ruang wali kelas ibu Arni sudah siap menunggu kedatangan Karin dan Rinto untuk melaporkan hasil rapat mereka dalam menentukan anggota-anggota yang ikut dalam 3 kegiatan inti dalam Porseni yang diadakan tahun ini.
Bunyi ketukan membuat Ibu Arni menoleh kesumber suara dan melihat Karin dan Rinto tersenyum sopan melangkah masuk keruang guru.
"Permisi bu, maaf sudah lama ibu menunggunya!" Sapa Karin lembut.
"Maaf Bu, tadi ada sedikit keperluan dengan panitia sebelum kesini" Rinto menunduk meminta maaf.
"Tidak apa-apa, kebetulan masih ada yang ibu kerjakan!" Ibu Arni membereskan beberapa barang sebelum menghadap kembali ke arah Rinto dan Karin.
"Semua teman-teman sekelas ikut serta dalam kegiatan Bu, tidak menyisakan satupun yang menganggur! Karin tersenyum menyodorkan nama-nama peserta yang mengikuti seluruh kegiatan.
"Alisya juga ikut? lalu kalian? bukannya menjadi pengurus kegiatan sudah cukup merepotkan?" Ibu Arni bertanya dengan penuh Antusias.
"Alisya ikut kok bu, jangan khawatir... dia hanya bertugas di stand yang tidak terlalu menarik perhatian dan keramaian! Setidaknya tidak seperti jika dalam kegiatan olah raga maupun seni yang banyak menarik perhatian dan keributan tentunya." Jelas Karin menenangkan ibu Arni.
"Kami berdua dan Yogi juga akan ikut membantu menjaga stand jadi tidak perlu khawatir mengenai Alisya" tambah Rinto yakin.
Ibu Arni terharu melihat kedua orang remaja yang begitu cekatan dan perhatian terhadap temannya. Mereka berdua dengan terampilnya menangani semua hal kegiatan yang akan dilaksanakan dan mengatasi semuanya dengan baik sehingga menunjukkan kekompakkan kelas mereka yang sebelumnya sedikit terpecah belah.
"Kalau begitu ibu bisa percayakan semuanya kepada kalian!" Tegas ibu Arni.
"Tentu saja bu! kami tidak bergerak sendiri, melainkan semua teman-teman bergerak dan bekerja sama dalam setiap kegiatan dan saling mendukung satu sama lain meski mereka mengambil kegiatan yang berbeda!" Karin dengan bangga menjelaskan kondisi kelas yang sekaran dilihatnya.
"Bukan hanya itu, sekarang tidak ada satupun dari mereka yang meninggalkan kelas. mereka dengan semangat membahas dan menyiapkan hal-hal yang perlu mereka lakukan selama kegiatan nanti" Lanjut Rinto dengan mata berbinar.
"Terimakasih, berkat kalian suasana kelas kini lebih hidup dari sebelumnya! Ibu sudah tidak lagi melihat adanya jarak satu sama lain dan terlihat sangat akrab dan hangat dibanding sebelumnya. Ibu sempat takut dan tak tahu harus berbuat apa demi kalian" Ibu Arni memandang tumpukan berkas yang sebelumnya harus ia laporkan karena banyaknya masalah yang timbul.
"Ini bukan berkat kami bu, tapi berkat Alisya! Alisya memang dingin dan acuh tak acuh, tapi sebenarnya dia begitu perhatian terhadap orang lain. Selain itu berkat bantuan ibu jugalah kami bisa menemukan dan menyelesaikan masalah dengan baik. bahkan ibu harus sampai melakukan banyak hal demi menutup dan menyelamatkan kami dari berbagai masalah yang timbul" Jelas Rinto dengan nada yang menenangkan.