Adith turun membawa beberapa buku, melihat Alisya yang berdiri dekat jendela yang memberi sinar penuh kewajah Alisya. Rambutnya bergelombang mengayun tertiup oleh angin. Baju kemeja putih ia masukkan kedalam rok hitam dibawah lutunya yang cukup lebar membuat Alisya tampak cantik dan Feminim.
Adith tak menyangka kalau Alisya bisa berpakaian se cantik itu, karena ia terbiasa dengan kesan kuat dari kepribadian Alisya.
"Ehem... Kita ke taman belakang saja yah... Biar belajarnya lebih nyaman!" Ajak Adith setelah terpaku cukup lama menatap Alisya.
Karin yang sedari tadi melihat Adith, yang menatap Alisya tersenyum - senyum sendiri melihat tingkah keduanya. Alisya dengan cepat memasang wajah seriusnya setelah mendengar suara Adith.
Selama 2 jam, Adith memberikan mereka beberapa materi dan juga soal yang harus mereka kerjakan, untuk bisa melihat sejauh mana kemampuan mereka dalam memahami materi. Dengan begitu, ia bisa memberikan metode pembelajaran yang tepat.
"Makan dulu yuk, biar bisa lebih fokus!" Ibu Adith membawakan beberapa buah dan minuman dingin untuk mereka.
"Uwaaaahhhhh... Terimakasih, tante!" Alisya langsung mengambil Jus Mangga dengan wajah sumringah.
"Hei itu punyaku!" Adith berusaha mengambil jusnya, namun sudah di sedot habis oleh Alisya. Ibu Adith tersenyum melihat tingkah keduanya.
"Adith kejam tante!" Karin juga mengambil Jus Jeruk secepat kilat.
"Terimakasih banyak, tante! " Rinto dan Yogi mengambil beberapa buah.
"Nama kamu siapa?" Ibu Adith menatap Alisya lembut.
"Ah... Nama saya Alisya, tante! " Alisya langsung berdiri memperkenalkan diri lalu mengambil tangan ibu Adith dan menciumnya dengan sopan.
"Kalau saya Karin, tante!" Karin juga mengambil tangan ibu Adith yang di ikuti oleh Rinto dan Yogi.
"Alisya tidak suka jus Jeruk yah?" Tanya Ibu Adith yang membuat Alisya gugup.
"I, Iya tante... Saya nggak suka, soalnya agak kecut!" Senyum Alisnya malu.
"Kalau gitu... Kamu bisa minta tante buatkan jus Mangga, kapan saja kamu mau! " Ibu Adith membelai rambut Alisya membuat Alisya terharu.
"Terimakasih, tante!" Suaranya tercekat menahan emosinya.
" Ya sudah... Kalian boleh lanjut. Tante, pergi dulu yah..." Ibu Adith berlalu pergi setelah mengambil beberapa gelas kosong untuk di isi kembali.
"Bagaimana Ma? " Ayah Adith segera menghampiri Ibu Adith, karena penasaran.
"Dia beneran Ali pa... Ali anak kecil dulu yang menyelamatkan Adith!" Nada suara ibu Adith tedengar sedih.
"Terus kenapa sikapnya biasa saja?" Ayah Adith bingung melihat interaksi mereka.
"Aku juga tidak tau, dia seperti tidak mengenaliku! Suara ibu Adith tercekat karena berusaha menahan tangis.
"Apa dia lupa akan rumah ini? Lupa pada kita dan Lupa pada Adith? " Ayah Adith memeluk Ibu Adith untuk menenangkan nya.
"Aku rasa dia punya alasan tertentu karena lupa pada kita Pa. Tapi ibu akan memastikannya sekali lagi." Ibu Adith segera bangkit untuk mengisi beberapa gelas kosong tadi.
Setelah beberapa saat kemudian, ia kembali dengan jus mangganya yang cukup banyak untuk bisa di minum oleh semuanya.
"Istrahat dulu... Kalian udah belajar selama 5 jam loh!" Ibu Adith datang ditemani oleh Ayah Adith.
"Oh Iya om... Tante, terimakasih banyak! Maaf merepotkan." Karin segera mengikuti langkah Alisya yang sigap mengambil barang bawaan keduanya.
"Kamu Alisya?" Tanya Ayah Adith.
"Iya Om! " senyum Alisya sopan.
"Sekelas sama Adith? " Tanya Ayah Adith lagi.
"Nggak Om, kami semua dari kelas MIA 2." jelas Alisya.
"Karin, tinggal dimana? " Tanya ibu Adith lembut.
"Aku di Kota A, tante!" Jawab Karin sopan.
"Rinto, dimana?" tanya Ayah Adith.
"Aku di Kota C, Om! " Rinto gugup tak menyangka berbicara dengan santai bersama orang sehebat Ayah Adith. Ia tak menyangka kalau kedunya begitu ramah.
"Kalau Alisya? " Tanya Ibu Adith dengan nada penuh kasih.
"Aku di Aku juga di Kota A, tante." Alisya menundukkan kepalanya tak berani menatap mata Ibu Adith yang penuh kasih.
"Bersama orang tua, disana?" Ibu Adith mengingat betul kalau Alisya, atau yang dipikir ibu Adith sebagai Ali, tidak tinggal disana.
"Nggak tante, saya tinggal sama nenek! Ibu saya meninggal 10 tahun yang lalu dan Ayah saya sedang diluar menjalankan tugas tante." Suara Alisya terdengar sedih.
"Emmm... Yogi kok nggak ditanya, tante?" Karin sengaja mengalihkan pembicaraan. Ia tau kalau sahabatnya akan sangat sedih setiap kali mengingat ibunya.
"Loh... Yogi kan orang rumah. Buat apa ditanya?" Ayah Adith tertawa pelan.
"Maksudnya, Om? " Tanya karin bingung.
"Yogi itu anaknya, paman Dimas! " Jawab Adith cuek.
"Apa?" Karin dan Rinto terkejut. Alisya juga balik menatap tajam ke arah Yogi, tak menyangka.
"Kok aku tidak tau? Padahal aku sering main kerumahmu. " Rinto membelalakan matanya ke arah Yogi.
"Kamu nggak pernah tanya, lagian ayahku kan jarang dirumah makanya nggak ketemu! " Yogi tertawa canggung.
"Berarti kalian sudah saling mengenal sejak kecil?" Tanya Karing bingung dengan interaksi antara Adith dan Yogi.
"Dulu mereka sangat akrab, bahkan suka tidur bareng. Mereka bertiga sering bertengkar hebat tapi setelah salah satu dari mereka menghilang, semuanya jadi berubah." Terang Ibu Adith.
"Bertiga? Sama siapa tante? " Tanya Karin setengah heran.
"Dulu ada anak bernama Ali, yang suka bermain bersama Adith dan Yogi. Ali adalah anak yang menyelamatkan Adith, dari 5 anjing yang menggonggong ke arah Adith, sewaktu Adith melarikan diri dari seorang penculik." Tambah Ayah Adith.
Mata Karin seketika membelalak tak percaya. Ia tak menyangka misteri yang selama ini berusaha ia cari telah terpecahkan. Dulu Alisya pernah berkata bahwa ia telah menolong seorang anak bernama Dithya, dari 5 ekor anjing. Tapi ia tak menyangka kalau anak yang selama ini dicarinya itu adalah Adith.
"Tapi anak itu menghilang 10 tahun yang lalu. Aku hanya pernah bertemu dengan Ibunya sekali, karena Ali yang sering bermain bersama Adith. Yang lucu adalah sampai sekarang Adith masih salah paham tentang anak itu." Ibu Adith tertawa licik melihat ke arah Adith.
Karin melirik Alisya yang mengeluarkan keringat dingin. Karin merasakan kondisi Alisya, yang sudah kurang baik dilihat dari jam penunjuk di tangannya yang mulai berbunyi kencang.
"Kamu nggak apa-apa Sya?" Karin khawatir Alisya, yang tampak memburuk.
"Aku ingin ke toilet sebentar... " Alisya memijit kepalanya yang mulai terasa pening.
"Aku antar ke dalam." Adith segera bangkit di ikuti oleh Alisya, yang berdiri lemas.
Karin yang memgkhawatirkan Alisya, juga berdiri dengan cepat mengikuti langkah keduanya. Tetapi begitu mendengar bisikan Ibu Adith, Karin menghentikan langkahnya.
"Aku yakin dia Ali, Pa... Tapi, sepertinya dia tidak mengingat apapun!" Suara ibu Adith lirih tak kuasa membendung kesedihannya.
"Emmm... maaf tante, bisa tante jelaskan mengenai pertemuan Adith dan Ali? Aku penasaran mendengar cerita tante tadi." Karin duduk menghadap Ibu Adith.
"Iya, aku juga dulu hanya pernah bertemu Ali, beberapa saat saja jadi tidak begitu mengenalinya." Tambah Yogi. Sejak awal pertemuan Yogi dan Alisya, Yogi sudah menyelidiki lebih dalam, tapi tak menemukan informasi apapun.
"10 tahun yang lalu, Adith mengalami penculikan dimana si penculik ini adalah psikopat yang tidak hanya melecehkan korbannya, namun juga membunuh dan mengambil organ-organ dalamnya. Adith bisa meloloskan diri, karena ia mengelabui si penculik dengan mengaktifkan penjawab panggilan otomatis yang berada di jam tangan yang ia jatuhkan sebelumnya. Penculik itu panik dan mencari keberadaan jam tangan Adith. Aku yang sebelumnya panik tidak mengingat kalau Adith memakai jam tangan yang bisa melacak IP ketika Handphone yang berbentuk jam tangan itu menjawab panggilanku di pagi hari." Ibu Adith mengambil nafas mengingat kesalahan kecil yang bisa saja mengambil nyawa anaknya tersebut.
"Berarti sehari setelah Adith di culik?" Karin tidak bisa membayangkan bagaimana kuatnya mental Adith saat itu.
"Iya benar... Berkat itu, karena si penculik yang bersiap melangsungkan aksinya sudah melepas penutup mata dan kaki Adith, Jadi Adith bisa melarikan diri. Dia dikejar oleh 5 ekor anjing miliknya. Saat itu di Gang kecil, Ali muncul membawa kayu balok untuk mengusir kumpulan Anjing itu sehingga mereka terselamatkan, karena pengawal yang mendengar teriakan Ali langsung sigap mengusir anjing-anjing itu. Berkat jam tangan Adith dan keberanian Ali, kami bisa menemukan gudang tempat persembunyian Si penculik. Namun penculik itu telah kabur. " Lanjut Ibu Adith.
"Tapi setelah itu, keduanya terus menangis ketakutan dan Ali lah yang paling besar menangis meraung-raung sambil memegang tangan Adith. " Ayah Adith tertawa mengingat hal tersebut.
"Tante, Alisya... " Karin yang ingin berkata terhenti karena kedatangan Adith dan Alisya. Karin bermaksud untuk menceritakan informasi mengenai Alisya, agar bisa mendapatkan info lebih lanjut. Akan tetapi, dia tertahan oleh kedatangan keduanya.